Happy Reading!
.
.
.
.
.Suara alarm membuat kedua mata seorang gadis berambut pendek terbuka secara paksa. Tangan kanan gadis itu terarah ke arah nakas untuk mematikan alarm. Setengah malas, gadis itu mengucek kedua matanya, menyibakkan selimut, dan beranjak dari ranjangnya yang empuk.
"Haaah.." helaan napas keluar dari mulut gadis cantik itu. Dengan gontai, dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa saat setelahnya suara shower terdengar dari dalam.
Son Wendy atau biasa yang dipanggil Wendy bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta bertaraf internasional di Seoul. Gadis berumur 25 tahun itu merupakan lulusan terbaik University of Canada jurusan ekonomi. IPKnya yang hampir mencapai angka sempurna ㅡ3,95 membuat Wendy dilirik oleh berbagai perusahaan di Kanada. Namun gadis itu lebih memilih untuk merantau ke tanah kelahirannya, Seoul.
Bukan tanpa alasan Wendy memilih tinggal sendirian di Seoul. Hubungan Wendy dengan sang ibu bisa dikatakan tidak baik. Awal mula keduanya berseteru adalah karena sang ibu ingin menikah lagi. Wendy merasa sang ibu tidak menghargai mendiang ayahnya. Oleh karenanya, Wendy menolak mentah-mentah keinginan tersebut. Tapi karena sang ibu tetap bersikeras ingin mewujudkan keinginannya itu, Wendy marah dan memilih pergi dari Kanada.
Di Seoul, Wendy membeli sebuah rumah minimalis yang harganya tidak terlalu mahal. Uang yang digunakan berasal dari tabungan yang ayahnya berikan. Wendy bersyukur karena tidak pernah menggunakan tabungan tersebut sehingga dia bisa membeli rumah ini.
Suara shower sudah tidak terdengar. Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, Wendy keluar dengan penampilan yang jauh lebih segar.
Gadis bermarga Son itu berjalan menuju lemari untuk memilih busana yang akan dia kenakan hari ini. Pilihannya tertuju pada kemeja berwarna putih dan celana panjang hitam. Setelah tubuh langsingnya terbalut pakaian, Wendy segera memoleskan make up tipis ke wajah cantiknya.
"Saatnya memulai hari yang membosankan." Wendy bergumam sembari memandangi penampilannya di cermin.
Wendy meraih tas selempangnya dan berjalan keluar kamar. Gadis bertubuh langsing itu pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Sembari mengoleskan selai di roti tawar, Wendy memesan ojek online.
"Saya keluar sekarang." Wendy memutus panggilan dari si supir ojek kemudian meminum susunya secepat kilat. Buru-buru dia keluar rumah dan memakai sepatu heels.
"Pak, agak ngebut ya. Soalnya saya sudah telat." ujar Wendy setelah bokongnya menyentuh jok motor. Motor pun melesat cepat menuju kantor.
Keseharian Wendy dari Senin hingga Jumat bisa dibilang sangat membosankan. Bangun pagi, menghabiskan waktu selama 8 jam di kantor dengan memandangi layar komputer, dan tidur tepat waktu. Dia jarang hangout ke sebuah klub malam ataupun belanja di Mall. Setiap akhir pekan, Wendy hanya akan bersantai di kamar sembari menonton drama.
Wendy adalah tipe wanita yang cuek terhadap penampilan dan pria. Toh, dia masih muda sehingga belum terlalu penting untuk memikirkan dua hal itu.
"Terima kasih." Wendy memberikan sedikit tip pada si supir kemudian melangkah masuk ke dalam kantor.
"Selamat pagi, Wendy." seseorang menyapanya. Wendy berbalik dan tersenyum tipis pada Cha Eunwoo ㅡsalah satu karyawanㅡ yang barusan menyapanya.
"Iya, pagi juga."
"Semalam tidurmu nyenyak?" tanya Eunwoo.
"Ya tentu saja. Eum, aku harus ke ruanganku sekarang. Sudah dulu ya." Wendy melambaikan tangan sekilas dan berjalan meninggalkan Eunwoo yang sedang tersenyum tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
▶Nerd Man ✔
ФанфикCompleted! Satu kata yang terlintas di otak Wendy ketika melihat Chanyeol adalah culun dan membosankan. Namun Wendy tidak menyangka jika di balik penampilannya yang culun, Chanyeol adalah sosok yang tidak terduga. "Aku menyesal telah mengenal Chanye...