pagiku pagimu juga

463 110 4
                                    

Jam dinding sudah menunjuk pukul 6 pagi. Harusnya Yoongi sudah bangun dan bergegas mandi. Tapi nyatanya ia masih berada di atas kasur seperti buntalan daging. Kesadarannya sudah pulih 100% sebenarnya. Hanya saja ada sedikit rasa mengganjal yang mencegahnya bangun.

Malas? Iya

Ada lagi yang lain sebenarnya.

Ia tiba-tiba teringat kejadian kemarin maghrib, ketika ia pulang bersama Jimin dan tiba-tiba dadanya terasa bergemuruh. Entah, ia sendiri juga tidak tahu itu apa. Tapi ia ingat pernah merasakan itu beberapa kali, dulu sekali. Bahkan kemarin maghrib ia sampai menangis lama di pelukan Jimin karena resah dengan keadaannya sendiri. Jujur, perasaan itu jadi membuatnya takut setengah mati. Rasanya seluruh dunia akan runtuh menimpanya.

Untung saja Jimin bersedia memeluknya sepanjang ia menangis hingga berhenti. Jika saja tidak ada Jimin, ia bahkan tidak tahu akan jadi seperti apa dirinya. Pernah suatu ketika ia mengalami kejadian serupa, sendirian, tanpa ada Jimin. Dan itu berhasil membuat anak-anak OSIS panik bukan kepalang sampai dibawa ke rumah sakit. Saat itu Jimin masih kelas 3 SMP dan Yoongi baru awal masuk SMA 4.

Suara berisik dan lengkingan suara bersahutan terdengar samar. Pagi-pagi begini sudah hal yang biasa di rumahnya mendengar Mas Yoonjae bercengkerama dengan Mongkay, kucing persia betina mereka yang berwarna orange kecoklatan. Biasanya kucing itu tidak sengaja poop di lantai, makanya Mas Yoonjae kadang suka uring-uringan sendiri setiap pagi.

"Mbul.."

Yoongi berjengit dari tidurnya yang menghadap dinding. Kok ada suara astral pagi-pagi begini?

"Masih tidur ya?"

Suaranya kelewat halus, sampai-sampai Yoongi berdesir mendengarnya. Bukan hal yang mengherankan sebenarnya, mendapati Jimin sudah ada di rumahnya pagi-pagi begini. Biasanya memang dia akan menjemputnya lebih awal, bahkan kadang sampai harus membangunkan si putri tidur itu lebih dulu.

"Apa?" sahut Yoongi singkat. Ia tersadar suaranya jadi terdengar ketus. Ah, sejak kapan ia jadi memikirkan suaranya akan terdengar seperti apa? Ditelinga Jimin lagi..

"Bangun, yuk. Mandi sana. Nanti dimarahin bunda, lho. Tadi aku udah disuruh bangunin kamu biar gak kesiangan."

Yoongi terpaksa bangun, menyibakkan selimutnya dan menghadap kearah Jimin. Jimin sendiri sudah duduk di pinggir kasurnya, lengkap dengan seragam sekolah hari selasa, jaket bomber warna army, dan tas consina abu-abunya. Bau parfum tiba-tiba merebak menyusup indra penciumannya. Wangi khas Jimin di pagi hari memang seperti lemon segar bercampur biji kopi dan cocoa dari Axe Chocolate kesukaannya. Dasar pembuat candu!

"Jim.."

"Apa?" Jimin yang sedang membuka hp-nya untuk cek grup chat kelasnya segera menoleh.

"Maaf ya aku selalu nyusahin kamu."

Jimin terkejut, tentu saja. Ada gerangan apa ini sampai Yoongi harus minta maaf sebegini seriusnya.

"Ada apa sih? Sepaneng deh. Biasanya gimana? Kamu gak pernah minta maaf meskipun udah nyia-nyiain aku." Jimin lanjut mengalihkan tatapannya ke layar hp, disaat Yoongi justru sibuk memeta wajah rupawan Jimin yang terlihat serius. "Anjir, lupa lagi ada pr bahasa inggris!"

"Aku sadar, aku selalu gak bisa apa-apa tanpa kamu."

Dan kata-kata itu sukses mengalihkan atensi Jimin mutlak kepada Yoongi. "Kak.."

Nah kan, jika panggilan itu sudah muncul itu tandanya situasi diantara mereka sudah serius. "Kamu selalu ada bahkan disaat aku gak tau harus gimana."

Jimin terdiam, menatap kosong sprei bermotif bebungaan warna biru milik Yoongi. Bohong jika kata-kata Yoongi tidak berefek sesuatu padanya. Nyatanya, dadanya berdenyut. "Kak Yoongi gak harus gitu, kok. Seharusnya memang aku begitu, melindungi kak Yoongi semampuku."

"Jimㅡ"

"Kak Yoongi itu udah tanggung jawab aku. Mutlak. Jadi jangan merasa bersalah, bahkan sampai minta maaf."

Yoongi justru terdiam setelahnya, tak tahu harus bagaimana menanggapi atmosfer yang mendadak serius seperti ujian praktek agama. Akhirnya ia menunduk, memandangi jari jemarinya yang bertaut di atas selimut. "Kalau begitu, makasih.."

Jimin justru terkejut, mendadak tergagap ketika disuguhi senyum tulus Yoongi Sopyan Afdallah di pagi hari. "Terimakasih udah jadi pelindungku sejak kecil, Jimin."

Nyatanya, hening diantara keduanya justru semakin membuat detak jantung mereka bergemuruh sesuka hati. Keduanya sama tahu, ada hal lain yang melandasi pertemanan mereka sejak kecil. Tentang Yoongi yang merasa harus selalu bergantung pada sosok Jimin Hartono. Ataupun Jimin yang menetapkan peraturan pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Yoongi Sopyan Afdallah dan selalu menempatkannya di daftar prioritas atasnya.
 
 
 
 
 
backsound : hivi - siapkah kau tuk jatuh cinta lagi
 
 
 
 
 
tbc.

 
 
 
 
Long time no see, ya!

Sedikit dariku yang gabut di pagi hari, nungguin makul masih nanti jam 2

Enjoy ya!

Horizon ㅡMyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang