Prolog

50 8 3
                                    

“Jadi maksud kamu apa?” Tanya Rhena dengan suara getir.
“Ya gini, gue pengen putus dari lo!” Tegas sang cowok tanpa peduli dengan perasaan Rhena.

Kata-kata dari sang mantan terus terngiang ngiang di dalam kepala Rhena. Rhena memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu dengan berjalan tanpa arah. Ia menyusuri jalan seorang diri dengan rupa yang sangat mengenaskan.

Ia baru saja diputuskan oleh pacarnya tentu saja ia menangis. Rambutnya yang semula diikat rapi sekarang sudah tak berbentuk. Matanya sembab. Hidungnya memerah. Kepalanya pening.

Dia tak tau harus pergi kemana. Jika ia pulang ke rumah maka ia akan diserang oleh berbagai pertanyaan mengapa ia pulang dengan keadaan seperti ini.

Sampai akhirnya ia berdiri diatas jembatan sendirian dengan penerangan yang minim. Ia berkali-kali duduk dan bangun. Entah apa yang sedang ada dipikiran Rhena. Ia sudah pasti hancur. Saat ia sudah sayang dengan satu orang dia malah dikhianati dan disia-siakan.

“Kenapa lo jahat banget sih sama gue, gue salah apa!” Teriaknya di atas jembatan itu.

“Gue hidup kayak gini kayak nggak ada artinya. Gue udah serahin hati gue ke lo tapi apa malah lo khianati.” Argumennya sendiri.

Jembatan ini lumayan sepi jarang ada yang berlalu lalang disini. Jadi kemungkinan kecil ada yang melihat Rhena berbicara seperti ini.

“Apa gue mati aja biar lo seneng?”

Rhena sudah gila. Ia berniat meloncat dari atas jembatan. Tapi Rhena masih ragu. Apa iya yakin akan mengakhiri hidupnya dengan cara ini.

“Ah bodolah. Gue hidup juga nggak dihargai.”

Ia mulai melangkahkan kakinya menaiki jembatan. Ia melihat kebawah sambil mengambil nafas dalam-dalam bersiap untuk menaikan kakinya, saat ia akan manaikan kaki satunya tiba-tiba tangannya dicekal dan langsung di tarik kebelakang hingga menubruk sesuatu yang ada didepannya.

Rhena merasakan tubuhnya ditarik oleh seorang yang ia tak tau itu siapa. Rhena bahkan sudah berada diambang kematian tadi. Tapi ada seseorang yang mengembalikan suatu perasaan ingin hidup itu.

Rhena mendongak mendapati siapa yang menarik tanganya sekarang. Dan booom, seorang cowok dengan aura yang sangat menyeramkan dengan rahang yang kokoh serta wajah yang dingin dan jangan lupakan seragam yang masih melekat ditubuh cowok itu.

Sadar Rhena dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari laki-laki itu.

“Lo siapa?!” Tanya Rhena.

“Lo gila apa masih waras?” Tanya balik sang laki-laki itu.

“Enak aja ngatain gue gila. Gue waras!” Tegas Rhena.

“Kalo waras jangan bunuh diri.” Balas sang Cowok.

Rhena gelagapan mencari jawaban. Ia ketahuan akan melakukan percobaan bunuh diri. Rhena frustasi tadi. Ia tidak berfikir sama sama sekali. Hatinya sudah terlanjur sakit.

Sang laki-laki yang menyadari bahwa Rhena tengah melamun segera menyadarkannya agar tidak melakukan hal aneh lainnya.

Padahal sama sekali Dirinya enggan untuk mengurusi orang lain. Entah mengapa dirinya tergerak untuk menolong cewek gila yang ingin bunuh diri.

“Heh lo gila beneran yah?” Tanya sang cowok.

Rhena tersadar dari lamunannya lalu membalas menatap cowok itu dengan sengit, seolah ingin mengatakan ‘Jangan ngomong sembarangan!’ .

Sang cowok itu tak mengindahkan ucapan mata dari Rhena dan berniat pergi dari hadapan Rhena.

“Eh!” Teriak Rhena yang membuat sang cowok membalikan tubuhnya.

“Apa?!”

“Anterin gue pulang dong.” Pinta Rhena.

“Siapa gue harus nganterin lo pulang!”

“Karna lo udah nolongin gue tadi dan lo bertanggung jawab untuk anterin gue ke rumah dengan selamat.”

“Lah sebernarnya gue nggak berniat nolongin lo!”

“Terus kalo nggak niat kenapa nggak biarin gue loncat aja tadi.”

“Gue rasa kalo lo hidup mungkin lebih berarti.”

“Dasar cowok! Karena lo nggak mau nganterin gue pulang oke gak papa gue mau lanjutin acara loncat gue tadi!” Kesal Rhena lalu berbalik berniat meloncat dari atas jembatan tersebut.

Cowok itu berdecak lalu meraih lengan Rhena dan berucap, “Oke gue anterin pulang!”

Rhena diam-diam melengkungkan bibirnya membentuk senyuman. Ia sebenarnya sudah tidak selera lagi untuk bunuh diri. Entah kenapa aura cowok itu membuatnya lupa bahwa ia sedang galau sekarang.

“Nama lo siapa?” Tanya Rhena setelah masuk kedalam mobil milik sang cowok itu.

“Penting banget buat lo tau?” Jawab si cowok itu.

Rhena berdecak. “Ya penting lah, nanti kalo ada apa-apa gue bisa inget lo serta nama lo.”

“Jadi nama lo siapa?” Ulang Rhena.

“Nathan.” Jawabnya singkat.

••••







Hello gaes welcome back to my story. Yeay kali ini cerita baru lagi. Hehe:)

Part akan ada yang diprivat yah, jadi jangan lupa follow sebelum baca. Terimakasih

Ini cerita insyaallah beda dari cerita ku yang lain yah, so pantengin terus ceritaku ini yah:)

See you, jangan lupa Vote and Comment:)

21 Mei 2019

Dhiyanitarhm

Rhe(na)thanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang