Suasana Bandung pagi ini tidak terlalu panas, cocok untuk jalan jalan. Sudah lama Rhena tidak traveling naik motor seperti ini, memang tidak terlalu jauh tetapi Rhena senang hingga tanpa sadar Rhena memeluk pinggang Sena. Semakin lama pelukannya semakin erat Rhena sendiri tersenyum lebar.
Sisi lain Sena bingung dengan tingkah Rhena, kenapa Rhena memeluk dirinya padahal dari awal perjalanan tadi Rhena benar-benar tidak mau untuk pegangan. Sena tidak ingin suasananya seperti ini. Jadi sangat awkward.
"Hm, lo kenapa?" Tanya Sena dari balik kaca helmnya.
"Udah ih diem dulu gua mau nikmatin suasana ini." Jawab Rhena asal.
Sena diam membiarkan Rhena memeluknya erat.
Beberapa detik kemudian Rhena sadar ia tengah memeluk cowok judes yang memaksanya pergi ke Bandung.
"Eh tolol lo meluk meluk gue?!" Tanya Rhena ketus sambil melepas pelukannya.
"Bego! Gue nyetir mana bisa meluk, elo kali yang meluk gue." Argumen Sena.
Rhena jadi malu sendiri, pipinya memerah karena ketahuan memeluk Sena sangat erat.
'Kok gue bego si!' Batin Rhena.
"Ini masih lama?" Tanya Rhena mengalihkan pembicaraan.
"Masih, besok baru sampai."-Sena.
"Gila aja lo!"-Rhena.
"Udah tau mau nyampe masih nanya, kelihatan begonya." Hina Sena.
Rhena hanya mendengus sambil mencubit pinggang Sena.
"Bego, kalau jatuh gimana ha?!" Bentak Sena.
"Elo sih rese banget."
Sena tak menanggapi ia malah menambah kecepatan motornya membuat Rhena kembali memeluk pinggangnya. Dari balik kaca helmnya Sena tersenyum melihat Rhena sedang ketakukan dan menyumpah serapahi dirinya.
*~*~*~
Setelah sampai didepan museum Sena mencari tempat parkir dan mengajak Rhena masuk.
"Gila ya lo kalau mau mati sendiri aja nggak usah ngajak gue!" Marah Rhena.
Sena mengabaikan Rhena dan berjalan mendahului Rhena.
"Woi es batu tungguin gue!"
Lagi lagi Sena hanya tersenyum, Rhena berhasil membuat senyumnya hadir sesering ini.
Tiba tiba Rhena datang lalu memegang lengannya.
"Ih jangan tinggalin gue, gue ada parno ditempat ramai kayak gini." Ucap Rhena.
Sena hanya berdehem lalu beralih melihat lengannya yang dipegang Rhena otomatis Rhena juga melihat lengan itu.
"Hehe nggak papa ya, gue takut kalau hilang." Rhena nyengir tak mau melepaskan pelukannya di lengan Sena.
Sena menghela nafas lalu beralih menuju meja kasir dengan Rhena yang masih menempel padanya.
Setelah mendapatkan tiket masuk mereka lalu berjalan kedalam, Rhena masih saja pada posisinya.
Sudah beberapa kali Rhena dan Sena berkeliling museum hanya melihat lihat, dan Sena tidak berbicara apa apa.
Sebenarnya dia akan meneliti apa disini!"Kita mau neliti apa sih disini?" Tanya Rhena.
"Mending lo duduk dulu deh, gue mau lihat itu dulu." Ucap Sena sambil menunjuk sebuah patung.
Rhena menurut lagi pula dia capek keliling keliling tak menemukan hasil apapun.
Saat ini Rhena sibuk berselfie ria, Rhena sempat membuat snapgram foto sepatunya. Dan ia beri tanda museum tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rhe(na)than
Teen Fiction"Dan kenapa lo tolongin gue waktu itu, kenapa nggak biarin gue mati aja?"-Rhena. "Rhe, tolong ngertiin posisi gue."-Nathan. "Apa Nath apa? Lo mau bilang kalo lo nolongin gue karena kasihan iya Nath?"-Rhena. "Nggak git-" "Udahlah Nath basi tau nggak...