Rhena sampai rumahnya sekitar hampir maghrib, tadi perjalanan pulang jalanan sangat macet karena Rhena pulang bertepatan dengan jam pulang kerja jadi seperti inilah akhirnya. Dan imbasnya sekarang ia harus terkena marah Mamanya karena pulang terlambat juga karena membuat Sena menunggu. Padahal kan yang menunggu Sena kenapa mamanya yang sewot?
“Ya ampun Rhena kamu dari mana aja nggak tau apa temenmu ini udah nunggu kamu dari siang tadi.” Omel Sandra.
“Maaf ma tadi Rhena ada urusan bentar terus pulangnya kejebak macet jadi nyampe rumah udah mau maghrib gini deh, maaf deh ma.” Sesal Rhena.
“Minta maaf sana sama Sena, dia kan udah yang kamu bikin nunggu.”
Rhena mendengus serta mengumpat dalam hati.
Apa-apaan ini?
Dengan sangat terpaksa akhirnya Rhena mengucapkan maaf kepada cowok songong yang sedang santai duduk dikursi rumahnya dengan wajah tenangnya, tapi Rhena yakin seratus persen wajah itu hanya tipuan karena dibalik itu tersimpan wajah iblis yang sangat mengerikan.
Sena bangkit. “Kerjain besok aja udah malem, gue pulang.”
Rhena mengangguk tetapi Sandra menahan gerakan Sena.“Tunggu nak Sena kita makan malem bersama saja papa Rhena sebentar lagi pulang.”
Sena tersenyum sungkan lalu menjawab seadanya. “Tidak usah, terima kasih.”
Tunggu apa tadi Sena tersenyum? Senyum sungkan atau apalah itu Rhena yakin Sena melengkungkan bibirnya. Rhena melihat Sena tersenyum dua kali dalam satu hari.
“Tidak apa duduk sebentar ya ini juga maghrib kita sholat dan makan dulu bersama.” Kata mama Rhena dan diangguki Sena dengan wajah tanpa ekspresinya.
Ah kenapa Rhena disini jadi dianggurin.
“Rhena mau bersih-bersih dulu.”
“Iya cepetan ya Rhe.”
Rhena mendengus kesal belum melakukan sudah disuruh cepat. Rhena jadi kesal sendiriakhirnya menyesali keputusannya menerima tawaran Sena untuk kerja kelompok bersama. Sial kuadrat sudah.
Rhena masuk kamar mandi melepas semua bajunya dan merendam tubuhnya menggunakan air hangat yang sudah siap. Setelahnya Rhena hanya memakai kaos bergambar beruang yang panjangnya terlihat hampir setengah paha dan dipadukan dengan celana jeans pendek sepaha.Rhena berjalan malas menuju meja makan, sangat tidak selera sekali makan dengan cowok songong seperti Sena.
“Ayo Rhe semua sudah siap sini.” Ajak Sandra yang memang benar sudah ada Dhani, Sandra juga Sena. Rhena kembali memutar bola matanya malas.
Rhena duduk dikursi dekat Sena parfum cowok itu masih menempel ditubuhnya seperti setiap pagi menemani Rhena belajar. Entah setan mana yang membuat Rhena menengok kea rah Sena yang masih berbalut seragam SMA nya dan sialnya Sena juga melihat kerahnya. Kontak mata itu terjadi selama beberapa menit sebelum suara deheman membuat keduanya berpaling dengan perasaan aneh.
“Ini mau makan apa mau liat-liatan nih?” goda Sandra.
Dhani yang melihat hanya tersenyum lalu menyodorkan piringnya untuk meminta makan.
“Nak Sena, bagaimana Rhena disekolah saya dengar kalian satu kelas bahkan satu bangku?” Tanya Dhani di sela-sela kegiatanya mengambil makanan.
Sena berdehem sebelum menjawab pertanyaan Dhani. “Rhena baik kok om, dia juga sepertinya mudah untuk menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru disekolah kami.”
Rhena terbatuk karena mendengar jawaban yang sangat panjang dari seorang Arsena. Buru-buru Sandra memeberikan minumnya lalu diteguk setengah oleh Rhena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhe(na)than
Teen Fiction"Dan kenapa lo tolongin gue waktu itu, kenapa nggak biarin gue mati aja?"-Rhena. "Rhe, tolong ngertiin posisi gue."-Nathan. "Apa Nath apa? Lo mau bilang kalo lo nolongin gue karena kasihan iya Nath?"-Rhena. "Nggak git-" "Udahlah Nath basi tau nggak...