Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali sambil menguap kecil serta merenggangkan badannya. Setelah nyawanya terkumpul Rhena bergegas memasuki kamar mandi.
Ini hari pertamanya masuk sekolah baru, setelah seminggu lalu ia harus berdebat dengan orang tuanya. Akhirnya mereka mengizinkan Rhena untuk pindah sekolah.
Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan seragam yang lengkap. Ia mengeringkan rambutnya. Memoles wajahnya dengan sedikit bedak agar terlihat segar, dan liptint sedikit dibibir mungilnya.
“Not bad.” Gumannya sendiri saat melihat pantulan wajahnya dari kaca.
Setalah itu ia turun dari kamarnya. Menyapa Orangtuanya yang sedang duduk diruang keluarga menyaksikan acara televisi.
“Morning Mam, Dad.” Sapanya lalu mengecup singkat pipi orangtuanya.
“Morning Rhe. Cerianya anak mama.” Goda Sandra-Mama Rhena.
“Harus dong Ma.” Balasnya dengan senyum simpul diwajah cantik Rhena.
“Iya-iya.”
“Mau dianter papa nggak?” Tawar Dhani-Papa Rhena.
“Nggak usah Pa, Rhena nyari angkutan aja.” Tolak Rhena.
Dhani mengangguk setuju lalu menyeruput kopi yang ada didepannya.
Rhena berpamitan lantas keluar dari rumahnya. Rhena berjalan sendiri dipagi hari ini. Ia memandang seragam miliknya, berbeda. Rhena bukan tanpa alasan pindah ke sekolah yang baru ini. Niat utamanya adalah menjauhkan dirinya dengan mantan pacarnya yang dengan tega melukainya.
Dan niat terselubungnya adalah untuk mengenal seseorang yang tempo hari membuat dirinya kembali semangat menjalani hidup. Ia tau orang itu sekolah di sekolah yang ia tempati sekarang dari almamater yang melekat ditubuh cowok itu.
Ia sudah naik kedalam angkot yang mengantarkannya pergi ke sekolah. Ia bersenandung kecil lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling angkot. Jalan yang ia lewati sangat berbeda dengan sekolah yang sebelumnya.
Beberapa saat kemudian ia telah sampai di depan sekolah barunya. Bagus dan besar, tak kalah dengan sekolahnya yang lama. Tidak ada rasa canggung di hati Rhena, karena ini memang keinginannya.
Dengan senyum yang tak pernah luntur Rhena berjalan menuju tempat yang digunakan guru-guru untuk berkumpul. Ruang guru. Rhena percaya diri karena ia cantik, memang karena dia perempuan. Jika ia laki-laki maka ia akan tampan.
Rhena tetap santai berjalan sambil bersenandung kecil hingga tepukan di bahunya menyadarkan lamunannya.
“Hei!” Sapa seseorang anak perempuan dengan rambut sebahu yang tak dikuncir itu.
Rhena tersenyum lalu langsung mengulurkan tangannya.
“Nama gue Rhena, gue anak baru disini.” Ucap Rhena dengan senyum yang tak pernah luntur.
Si cewek terkekeh lalu ikut mengulurkan tangannya membalas uluran tangan Rhena.
“Kalo nama gue Yesika, gue anak kelas XI-IPA6.” Ucap sang cewek bernama Yesika itu.
Rhena tersenyum kembali lalu berjalan dengan Yesika santai.
“Lo mau kemana? Udah tau kelas lo belum?” Tanya Yesika.
Rhena menggeleng cepat lalu nyengir kuda. “Ini baru mau ke kantor untuk tanya kelas.”
“Lah? Kantornya kan didepan, kenapa lo jalan kebelakang?” Tanya Rhena heran.
“Hehe, niatnya jalan-jalan sih. Tapi emang nggak tau dimana kantornya juga.” Jawab Rhena seadanya, memang dia tak mengetahui dimana letak ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhe(na)than
Teen Fiction"Dan kenapa lo tolongin gue waktu itu, kenapa nggak biarin gue mati aja?"-Rhena. "Rhe, tolong ngertiin posisi gue."-Nathan. "Apa Nath apa? Lo mau bilang kalo lo nolongin gue karena kasihan iya Nath?"-Rhena. "Nggak git-" "Udahlah Nath basi tau nggak...