Part 4

13 6 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi membuat siswa siswi berhambur keluar melepas penat. Rhena jadi menyesali tawaran Farhan pagi tadi. Jadinya sekarang ia harus satu kelompok bersam Sena, karena dia adalah teman sebangku Rhena.

Sebelum keluar tadi guru sejarahnya tadi meminta untuk membuat semacam makalah penelitian mengenai museum yang ada disekitar sini dan tugas itu dikerjakan berkelompok dengan teman sebangkunya.

Sial.

Rhena sedang membereskan buku-bukunya yang berada diatas meja. Ia harus keluar dengan cepat dari kelas ini, selama masih ada cowok yang tertidur disampingnya maka kesialan-kesialan akan menghampiri Rhena. Hingga ada panggilan memekakan telinga membuat Rhena memegangi dadanya karena terkejut.

Ternyata panggilan itu membuat cowok yang sedari tidur terbangun sosok yang menjadi tersangka karena berteriak itu langsung menunduk ketakutan, takut-takut jika cowok itu bangun dan menghampirinya.

Kelegaan muncul saat cowok itu hanya melirik lalu melanjutkan tidurnya. Rhena buru-buru menghampiri cewek yang berteriak tadi.

“Lo sih Yes, main teriak-teriak segala kan jadi bangun tuh macan, untung nggak ngamuk.” Canda Rhena disertai kekehan ringan diakhir Kalimatnya.

“Gue kan nggak tau kalau dia masih disana, lo juga sih nggak keluar-keluar kan gue jadi kesel makanya gue samperin deh kekelas lo.” Yesika mencibik.

Rhena tergelak kencang hingga menjadi pusat perhatian. Sadar Rhena buru-buru meredakan tawanya.

“Ih malah ketawa.” Kesal Yesika. “Eh sorry ya kemarin gue nggak bisa bantu lo ambil buku.” Lanjutnya.

“Aelah santai aja kali gue juga bisa sendiri.” Rhena jadi terharu temannya yang satu ini sangat perhatian kepadanya.

“Jadi kemarin lo pulang sore dong?” Tanya Yesika diangguki oleh Rhena. “Terus pulangnya gimana?”

Rhena berfikir sejenak untuk mengingat kejadian kemarin.
“Ah iya kemarin gue pulang dianter Sena.”

Bola mata Yesika seakan ingin keluar benar-benar kaget dibuatnya, bisa-bisanya seorang anak baru ini diantar seorang Arsena.

“Demi apa lo? Gimana ceritanya?” Tanya Yesika dengan ekspresi kaget yang terlalu berlebihan.

“Lebay lah lo, gitu aja heboh.” Rhena malah terkekeh karena ekspresi yang ditunjukkan Yesika.

“Ih, seriusan gue.” Yesika terus memaksa Rhena menceritakan kejadiannya.

Rhena tak menjawab matanya mengedar keseluruh penjuru kantin berharap ada tempat duduk yang bisa ia tempati. Matanya menangkap sebuah tempat kosong ditengah-tengah kantin.

Rhena langsung menarik lengan Yesika menuju bangku itu untuk duduk dan memesan makanan. Setelah mendaratkan tubuhnya dikursi barulah Rhena mengucapkan sesuatu.

“Nah gini kan enak kalo mau cerita, jadi apa yang lo tanyakan?” Rhena tersenyum sambil menatap Yesika yabg sedang cemberut.

“Itu kemarin kenapa bisa pulang sama Sena?” Tanya Yesika dengan nada sedikit kesal.

“Kenapa? Cemburu hm?” Tidak menjawab Rhena malah menggoda Yesika dengan pertanyaannya.

Yesika memutar bola matanya malas. “Rhe gue cuma heran aja, gue enggak suka ya sama cowok bar-bar kayak Sena.”

“Oke kita lihat saja nanti.” Tantang Rhena.

Yesika mendengus mendengar ucapan Rhena. “Udah sih Rhe, jawab dulu pertanyaan gue.”

Rhena terkekeh kecil. “Iya-iya, singkatnya gini kemarin waktu gue mau pulang kan udah sore angkot udah jarang yang lewat, waktu gue nunggu tiba-tiba ada preman gitu nyamperin gue terus tiba-tiba Sena dateng cuma bilang 'berhenti' gitu doang preman itu langsung kabur. Dan berakhirlah gue minta tolong anterin dan alhamdulillah gue dianter sampe rumah dengan selamat.”

Rhe(na)thanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang