|6| Mauryn

41 11 4
                                    


Drrrttt....drrrtttt

Alarm sudah berbunyi 3 kali tetapi orang yang sedang hanyut di dalam mimpi itu tidak menyadarinya.

"Kamu harus tanggung jawab mas, kamu sudah melakukan ini semua ke aku. Mario tega kamu selingkung disaat keadaan aku seperti ini"

Gadis itu terhentak dari tidurnya dan matanya tetap tertutup, namun ia berteriak tidak jelas sambil sesekali terisak.

"Mario Maurer, kalau kamu gak mau tanggung jawab, aku akan sebarkan hal ini ke semua orang...hiks hiks tega kamu" gadis itu menangis sesegukan sambil berteriak hingga membuat khawatir seseorang di balik pintu kamarnya.

"Rin, kamu kenapa sayang? Kenapa teriak teriak"
terdengar sekali nada khawatir dari mulut Eli-Bunda Mauryn dari depan kamar anaknya, namun pintu tetap tidak dibukakan oleh seseorang yang ada di dalam, hingga akhirnya ia langsung membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam.

"Bundddaaaa hiks hikss bun...daaa" Mauryn langsung tersadar saat pintu dibuka dan langsung memeluk bundanya.

"Iya Rin, Bunda disini, kamu kenapa sayang?"

"Bunda...R..rrinn maa..u ke thailand bun...hiks hiks,, Rin mau ke thailand sekarang, Rin mau meminta pertanggung jawaban dia bun huaaaaa" Mauryn menangis sejadi jadinya, dan hal itu membuat bundanya bingung

Mauryn mengelus elus perutnya dan terus menangis
"Bunda aku hamil bun,dia udah anu bun anu, bunda aku mau pesen tiket ke thailand sekarang, bunda harus anterin aku ke bandara, aku mau minta pertanggung jawaban dia"
Saat kalimat itu keluar dari mulut Mauryn, Eli sudah paham apa yang sedang terjadi, putri semata wayangnya ternyata sedang terbawa mimpi dan terlarut dalam khayalannya, terkadang Eli sangat khawatir dengan tingkah putrinya yang kelewat ajaib itu, tapi ia tahu bahwa gen mengkhayal itu adalah turunan dari Adijaya-suaminya.

"Mario Maurer lagi? Haduh kamu tuh ya,udah sana mandi,liat tuh udah jam berapa" Eli lalu meninggalkan Mauryn yang masih setengah sadar dari khayalannya.

***

"Bunda" Mauryn menghampiri bunda nya yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Iya sayang, udah selesai mengkhayalnya?"

"Ih bunda,itu mimpi buruk tapi enak, bukan mengkhayal" Sementara Eli yang mulai mengerti maksud dari pembicaraan anaknya hanya diam, dia tau Mauryn akan terus melanjutkan pembicaraannya yang tidak enak didengar.

"Rin,kamu tuh jangan sering kayak gitu ya,bunda tuh takut tau, bunda aja sampai keinginan untuk ajak kamu ke dokter jiwa, tapi bunda takut menerima kenyataan" ucap Eli

"Ih bunda, difikir aku gila kali ya, aku tuh masih sehat bunda, masih cantik unyu unyu menggemaskan kayak ikan cupang"

"Cantik kok kayak ikan cupang sih, cantik tuh kayak bunda" jawab Eli

"Yeh bunda, oh iya papa mana bun?" Tanya Mauryn ke Bunda nya dan tiba tiba saja yang sedang dipertanyakan datang.

"Asik banget sih bicaranya,lagi ngomongin papah ya?" Adijaya muncul dan mengajak anak dan istrinya untuk mengobrol.

"Ih papah baru aja diomongin udah muncul, kalau kata orang zaman dulu itu tandanya panjang umur pendek nafas"

"Udah panjang umur malah pendek nafas, kamu tuh kalau bicara yang jelas sayang" Adijaya memeluk putri kesayangannya itu, tak heran dia rela bekerja pagi pulang malam untuk mencari nafkah buat anak dan istrinya.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang