|10| Rumit

44 9 3
                                    

Ada saatnya kita harus membuka hati dan meyakini bahwa yang datang kali ini tidak akan menyakiti. Lagi.

Sekolah adalah saat yang dinantikan bagi Mauryn.  Dari subuh ia sudah terbangun untuk membuatkan sarapan yang akan ia berikan kepada Aan.

"Morning Bun" sapa Mauryn saat melihat Eli turun dari tangga

"Pagi sayang, kamu tuh jam segini tumben udah rapi" Eli menghampiri Mauryn yang sedang memasak di dapur.

"Biasa buat calon mantu Bunda" Mauryn tersenyum dan melihat sekilas ke arah Ibundanya.

"Sayang, Bunda gak larang kamu untuk mengungkapkan perasaan kamu, asalkan jangan sampai kebablasan ya. Bunda izinin juga ada batasannya dan Bunda yakin kamu gak akan melanggar itu, jadi jangan pernah mencoba untuk hancurin kepercayaan Bunda ya" Eli memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang, ia tidak menyangka bahwa putrinya sudah tumbuh secepat itu.

"Iya Bun" Mauryn melepaskan pelukan Bundanya. "Rin gak akan melanggar batasan itu. Janji" ucapnya sambil tersenyum.

***

Di sekolah sudah banyak anak anak yang datang, salah satu diantaranya adalah Ahandra Mahesa.

Ia sedang bersama dengan kedua temannya yang sudah pasti dan bukan lain adalah Daffa dan Davin, sedang berada di kantin yang sudah seperti markas mereka bertiga.

"Dav. Lu penasaran gak sih Lucinta Luna tuh cewek atau cowok?" Tanya Daffa kepada Davin yang sedang makan gorengan Bu Dewi.

"Lucinta Luna siapa ngab?" Davin menoleh ke arah Daffa.

"Itu loh artis pendatang baru"

"Oh yang pernah deket sama vokalis band itu kan. Lu bego pake segala nanya. Jelas dia cantik lah, bule gitu selera gue" jawab Davin dengan santainya

"Woy itu mah Luna Maya bukan Lucinta Luna" Daffa menoyor keras kepala Davin. Sedangkan Aan hanya tersenyum kecil mendengar ocehan tidak bermanfaat dari kedua sahabatnya itu.

"Woy An, itu adek kelas yang ngejar ngejar lu mulu kan" tanya Daffa saat melihat Mauryn yang masuk ke area kantin.

Aan menoleh ke arah yang Daffa bilang. "Oh si benalu".

"Hei anak baru" Davin memanggil Mauryn yang seperti sedang mencari keberadaan seseorang, dan Davin langsung mendapat tendangan pelan dari Aan.

Mauryn tersenyum saat melihat seseorang memanggilnya "pucuk dicinta ulam pun tiba" dia langsung menghampiri tiga lelaki yang sedang berkumpul itu.

"Hai kak Aan" Mauryn menatap Aan secara terang terangan. Sedangkan Aan menatapnya tidak suka.

"Nih bekal buat kakak, aku masak sendiri, nasi goreng spesial dijamin pakai kecap bukan susu kental manis" Mauryn menyodorkan kotak makan yang ia bawa.

"Aan doang nih yang dibawain bekal, kita mah enggak" goda Daffa dan Davin.

"Hehehe anu iya kak... hmm tadi aku gak sempet bikinin buat kakak juga, maaf ya" Mauryn gugup dalam hati ia mengumpat kenapa ia tidak kepikiran untuk membawakan bekal juga kepada sahabat Aan.

"Ya ampun manis banget lo salting kayak gitu. Gak tahan gue liatnya" Davin menggoda dan menyenggol tangan Aan. "Terima tuh bekalnya dari adek manis" goda Davin.

Aan menghembuskan nafas jengah. Ia berdiri lalu pergi meninggalkan Mauryn bertiga dengan temannya.

"Plis kejar gue, plis tahan gue, plis panggil nama gue" dalam hati Aan mengucapkan mantra itu berkali kali.
"Satu.... dua.....ti..ga" Aan berhenti dan berbalik arah ke Mauryn.
"Woy kejar gue bego" Aan lari sedangkan Mauryn diam mematung.

"Itu kak Aan nyuruh gue" Mauryn terpanah dan menunjuk kearah dirinya. "Eh itu maksud kak Aan gue disuruh kejar dia?"

"Kak Aan tunggu aku" Mauryn tersadar dari kagetnya dan langsung berlari mengejar Aan yang sudah terlalu jauh.

"Dav...itu sahabat lu kenapa" Davin masih kaget dan menoleh ke arah Daffa yang juga kebingungan.

"Dia emang udah gila" ucap Daffa dan Davin berbarengan.

***

"Kak Aan ja...ja..ngan kecepatan larinya. A..aku gak bisa kejar" ucap Mauryn dengan nafas yang terengah engah.

Aan berhenti tepat di tengah lapangan basket yang jarang didatangi siswa karena lapangannya berada di belakang sekolah. Kejar kejaran yang membutuhkan waktu 8 menit itu cukup membuat nya kelelahan.

Lalu Aan duduk di lapangan, kebetulan sekali jam pelajaran pertama sudah dimulai. Untuk pertama kalinya ia membolos mata pelajaran.

Aan menoleh ke arah Mauryn tersenyum, Lalu ia menepuk lapangan dengan maksud agar Mauryn duduk disitu.  Tepat disampingnya.

"Huh... kak Aan, kenapa harus lari sih, capek tau" Mauryn protes kek Aan lalu duduk di tempat yang Aan maksud.

"Lo gapapa bolos?" Tanya Aan sambil menatap Mauryn.

Mauryn menoleh kek Aan lalu tersenyum manis "kalau bolosnya bareng kakak mah aku siap 45" ucapnya semangat.

Aan tersenyum miring. Dan ia menyodorkan tangannya "sini!"

"Hah? Sini apa?" Tanya Mauryn bingung.

"Bekal itu buat gue kan? Sini!" Jawab Aan santai.

Mauryn sangat bahagia.  Ia menampakan wajah paling membahagiakannya sekarang, akhirnya kak Aan mau menerima bekal darinya.
"Ee..eeh iya ini kak" Aan mengambil kotak makan yang diberikan Mauryn.

"Jangan lupa cuci ya kak kotak makannya"

Aan tertawa "Cuma lo doang yang kasih gue bekal tapi kotak makannya suruh cuci sendiri"

"Ah kak Aan. Pinter banget ngambil hati gue" ucap Mauryn dalam hati sambil menatap Aan yang sedang tertawa.

"By the way..." Aan menoleh ke arah Mauryn "lo kenapa sih bawain gue bekal mulu?"

"Karena Rin suka sama kakak" jawabnya jujur.

Aan tak bisa menahan senyumnya kali ini.  Tangannya tanpa sengaja mengacak acak rambut Mauryn gemas "lo tuh ya, polos banget jadi cewek"

Mauryn deg degan. Pipi nya menjadi semerah tomat sekarang, ia tidak menyangka akan diperlakukan manis seperti ini. Saat ini ia sudah tidak kuasa menatap Aan. Ia terus menundukkan kepalanya karena takut Aan melihat kearahnya.

"Lo kenapa?" Tanya Aan melihat Mauryn yang salah tingkah. "Salting ya lo" tebak Aan menggoda.

"Eeh anu nggak kok biasa aja" jawab Mauryn dengan posisi masih merunduk.

"Ah masa.. coba sini tatap mata gue" Aan menggoda dan meraih dagu Mauryn, namun Mauryn terus saja menghindar dan semakin merunduk karena malu.

"Ih apa sih kak" ucap Mauryn pelan.

Aan sudah puas menggoda Mauryn, ia bangkit dari duduknya. "Hah. Makasih buat bekalnya, besok gue balikin kotak makannya. Tentang hal tadi lebih baik lo lupain aja, gue gak mau seakan akan ngasih lo harapan" ucap Aan lalu meninggalkan Mauryn sendirian.

Mauryn yang masih duduk menatap punggung Aan yang mulai menjauh. "Emang ya paling bisa campur adukin perasaan gue kayak gini. Untung sayang" ucap Mauryn lalu ia berdiri dan segera masuk ke dalam kelas. Ia akan memberi alasan bahwa perutnya sakit hari ini, agar ia tidak perlu dihukum karena terlambat masuk kelas.

Tbc....


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang