|8| Tertarik

29 10 0
                                    

Mauryn melangkahkan kaki keluar dari gerbang sekolah, matanya terus saja menunduk melihat langkah kakinya yang mulai menuju halte sekolah. Sebenarnya Mauryn tetap ingin disekolah untuk memikirkan kemungkinan apa saja yang akan terjadi jika ia terus berlanjut mengejar lelaki yang sangat menguasai perasaannya itu. Tetapi untung saja otaknya masih bisa berfikir sehingga ia tak perlu memanjat pagar sekolah karena gerbang sudah ditutup kalau ia tetap didalam sana.

Mauryn sebenarnya bukan tipe cewek yang seperti sekarang ini. dia memang senang bergaul, tetapi tidak untuk mengejar laki laki. Mauryn yang dulu sangat menjaga perasaannya, ia memang senang dengan banyak lelaki tampan, tetapi senang bukan berarti cinta bukan?

Akhirnya Mauryn mendudukkan dirinya di bangku halte, tak banyak orang disana, hanya menyisakan beberapa murid yang sedang menunggu jemputan-mungkin.

"Ya Tuhan, stres Mauryn, jadinya gimana ini, Mauryn harus melangkah maju atau mundur?" ia menangkupkan kedua tangannya di wajahnya seraya mengacak rambutnya frustasi.

"Gila ya, gue ngapa jadi kayak gini sih? Mana bus belom dateng dateng, tayo plis selamatkan Rin. Rin mau pulang, butuh air untuk menyegarkan badan"

Terdengar suara motor dari arah gerbang sekolah, Mauryn menoleh dan mendapatkan Jalu sedang mengendarai motor Scopy miliknya-kabarnya motornya itu bernama obleng- dasar orang sableng, motor aja dikasih nama, pikirnya.

"Assalamualaikum calon Umi, mau bareng gak naik obleng" Jalu yang tiba tiba berhenti di depannya menawarkan Mauryn untuk pulang bersama naik motornya.

"Waalaikumsallam calon mumi, Rin gak mau bareng, makasih" Mauryn langsung mengalihkan pandangannya dari arah Jalu ke samping.

Jalu yang melihat Mauryn berbeda dari biasanya langsung mematikan motornya, ia turun menghampiri Mauryn dan duduk disamping cewek itu.

"Lo kenapa Rin? Kayak ada yang beda, bebek lo mati? Burung puyuh lo kecebur lagi?"

"Gak lucu"

"Terus lo kenapa?"

"Gue stres" Mauryn bicara dengan sangat tegas dan jelas.

Tiba tiba Jalu langsung mengambil posisi sujud, dan membuat cewek yang sedang stres itu mengangkat sebelah alisnya bingung
"Alhamdulillah ya Allah, Mauryn udah sadar kalau dia stres" Jalu menadahkan kedua tangannya keatas seperti sedang berdoa.

Mendengar perkataan Jalu,Mauryn langsung menjitak kepala cowok itu "Eh bocah sableng, bukan stres gitu, gue cuma lagi pusing aja"

"Et elah nih anak, pusing mulu kerjaannya, udah kayak orang dewasa aja"

"Bodo, nyesel gue ngomong sama lu''

"Pusing kenapa sih, sini cerita sama babang"

"Ogah"

"Gue serius, gue dengerin Rin, gini gini gue juga bisa jadi pendengar yang baik"

Mauryn menoleh ke arah Jalu,untuk kali ini saja, dia ingin mencurahkan perasaannya ke orang lain yang bukan Nasya dan orang tuanya.

"Gue salah gak sih ngejar Aan?" Tanya Mauryn sebagai pembuka sesi curhatnya.

"Kenapa lo kejar? Dia punya utang sama lo?" jawab Jalu

"Ihhhhh Jalu, sumpah ya gue lagi serius, males ah" Mauryn langsung memukul mukul lengan Jalu.

"Iya iya, gue serius sekarang, bener deh. Menurut gue sih ya, ada salah dan ada benarnya. Salahnya itu lo ngejar dia yang notabennya adalah laki laki, seperti yang lo tahu, perempuan itu diperjuangkan bukan malah sebaliknya. Kalau gue ada diposisinya Aan, pasti gue merasa risih karena hal yang lo lakuin itu cukup mengganggu, kecuali kalau dianya juga suka sama lo." ucap Jalu

"Terus yang benernya apa?"

"Yang benernya itu, cinta memang harus diperjuangkan, lo berhak memperjuangkan apa yang lo suka,dan lo juga bisa memilih apa yang lo mau. Tapi inget juga, sesuatu itu gak bisa lo paksain. Lagian buat apa sih lo ngejar ngejar cowok?. Lebih baik lo stay calm gitu, nanti juga ada cowok yang deketin lo"

"Tapi gue suka kak Aan Jal, lo tau gak, perasaan ini..." Mauryn memegang dada nya dengan tanda ia sedang merasakan detak jantungnya
"Perasaan ini bener bener aneh, gak pernah gue rasakan sebelumnya, hati gue terasa ada di tempat yang tepat saat gue melihat dia."

Jalu yang melihat raut wajah Mauryn sangat bahagia saat sedang menceritakan kakak kelas yang berhasil mencuri hatinya itu hanya bisa diam dan memerhatikan.
"Kayaknya lo bener bener cinta sama dia ya Rin"

"Iya Jalu, karena itu gue mau memperjuangkan dia, walau hal itu kedengarannya gak wajar tapi gue tetap akan berusaha, gue yakin kok, sekeras kerasnya batu, pasti akan hancur oleh air, apalagi yang gue hadapin ini hati, pasti gue bisa"

Jalu mengacak rambut Mauryn "Lakuin apa yang membuat lo senang Rin, gue akan selalu mendukung lo"

"Jalu? Lo gak kesambet kan?" Mauryn memegang dahi Jalu "Tapi gak panas"

Jalu mengambil tangan Mauryn yang ada di dahinya. lalu ia menggenggamnya dan mengeluskan ibu jarinya di tangan Mauryn.
"Iam okey. Whats wrong?" tanya Jalu sambil menatap lekat mata Mauryn

"Lo nyenengin kalau kayak gini, bukan Jalu yang absurd seperti yang gue kenal"

"Hahaha, Dasar bocah, gue gituin aja langsung baper, bodo gue mah gak tanggung jawab" ucap Jalu lalu berdiri meninggalkan Mauryn ke arah motor kesayangannya.

"Ihhhh dasar Jalungkung, gila, bocah ayan, bagus gue gak suka sama lo"

"Ettt bocah mulutnya gak pernah di yasinin ya"

"Elo tuh mulut sama kelakuan gak pernah diyasinin, malah di mandiin kembang 7 rupa, pantes serem kayak kudanil"

"Astagfirullah bocah, mulutnya pedes banget kayak cabe cabean"

"Enak aja ngatain gue cabe cabean, lo kayak terong terongan"

"Udah ah Rin, cape mulut gue ngomong sama mulut mercon kayak lo"

"Dasar mulut kudanil ya lo" Mauryn langsung diri dari duduknya dan langsung menjambak rambut Jalu.

"Ampun Rin, gila mainnya fisik, bagus lo cewek, woyyy udah woyy lepas gue nyerah" Jalu meronta meminta pembelaan.

"Huh, bagus ya lo cowok, kalo cewek, gue tikung pacar lo" ucap Mauryn setelah menyudahi acara jambak jambakannya

"Bodo Rin, udah gue mau pulang"

"Jaluuuuuu"

"Kenapa lagi Rin, kalau mau ribut besok aja, gue capek mau pulang"

"bareng ya pulangnya, Kak Aan ternyata gak nungguin gue"

Setelah mendengar Mauryn mengucapkan itu, Jalu tersenyum tipis, sangat tipis, bahkan tak ada yang bisa menyadari senyumannya itu kecuali dirinya sendiri, bahkan dirinya pun bingung kenapa ia tersenyum untuk hal sepele seperti itu.

"Yaudah naik" Jalu menoleh ke arah jok belakang mengisyaratkan Mauryn untuk naik kesana.

"Jangan pegangan, gue belom siap punya rabies"

"Jalungkungggggg gila lo, lo pikir gue anjing rabies" Mauryn memukul helm yang dipakai Jalu, tentu saja hal itu tidak membuat Jalu sakit, cowok itu justru tertawa sambil melihat wajah cemberut Mauryn dari arah spionnya.

Untuk kali ini saja, Jalu ingin merasakan sebuah kehangatan yang belum pernah ia rasakan oleh perempuan manapun selain Mama, untuk kali itu saja Jalu ingin menjadi manusia yang sesungguhnya, yang bisa merasakan apa itu bahagia dan cinta, bukan manusia yang hanya memikirkan bagimana cara membuat orang lain bahagia dengan canda dan tawa yang ia berikan.

Dan didetik itu juga,ada hati yang merasa dikhianati untuk yang kesekian kalinya

***

Hola gaissss
Maaf banget aku gak bisa update di bulan Maret ini.
Karena akun wattpad yang digunakan sedikit bermasalah.
Terus juga aku lagi UTS, doain ya semoga nilainya memuaskan.

Budayakan vote and comment setelah membaca.

Salam sayang,
Author Manjah

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang