•[4]

75 35 0
                                    

BRMM... BRMM...

Aira terbangun mendengar suara dari luar rumah. Ia melihat sekelilingnya, ternyata ia masih dirumah Alana, namun tidak ada Alana disana. Aira hanya mengangkat bahunya acuh, kemudian mulai bangun dari kasur Alana.

Aira berjalan ke arah dapur guna mencari Alana. Jangan salah tentang Aira yang semena-menanya dirumah Alana. Aira sudah sering berkunjung ke rumah Alana, sehingga orang tua Alana menganggap dirinya seperti anak mereka sendiri.

Alana tidak mempermasalahkan hal tersebut, malahan Alana sangat senang jika Aira sering berkunjung ke rumahnya karena Alana sering ditinggal orang tuanya bekerja, sehingga ia sendirian dirumah.

Namun Aira tau batasannya, tidak setiap hari ia berkunjung. Ia tau aturannya, ia hanyalah teman Alana, bukan siapa-siapa dalam keluarga tersebut.

Aira mendapati Alana yang sedang memasak membelakanginya. Kemudian, Aira berjalan ke arah Alana tanpa suara.

"Masak apa?"

"Ih! Kaget gue!" Alana memukul Aira yang mengagetkan nya.

"Oo... lagi masak nasi goreng." Aira berjalan santai ke arah meja makan yang tidak terlalu jauh dari tempat Alana memasak.

"Jam berapa?" Aira bertanya pada Alana.

"Itu ada jam," Alana menunjuk ke arah jam yang menunjukan pukul 16:13.

"Kenapa nggak bangunin gue?" Aira menidurkan kepalanya di atas meja, melihat ke arah Alana yang sedang memasak.

"Gue aja baru bangun, lapar." Alana membawa masakannya ke meja makan. Setelahnya duduk, menyantap makanannya.

"Hm, gue mau pulang." Aira bangkit dari tempat duduknya.

"Nggak makan dulu?" Alana bertanya dengan mulut penuh.

"Nggak, deh. Dahh..." Setelahnya Aira meninggalkan Alana yang sedang makan.

Namun tak sampai beberapa menit, Aira kembali lagi, berjalan tegak dengan wajah syoknya. Ia mendudukan dirinya di tempatnya tadi, masih dengan wajah syoknya.

"Kok balik lagi?" Alana bertanya dengan mulut penuhnya, menatap Aira bingung.

Aira menurunkan kepalanya ke atas meja, mencondongkan tubuh menunduknya ke arah Alana.

"Kok ada kak Arkan?!" Aira berbisik namun tersirat nada panik.

"Lah--!"

"Sayang, aku lapar." Belum sempat Alana menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja ada orang yang mengalungkan lengannya di leher Alana, yang tak lain adalah Arkan.

Aira menegakan tubuhnya, menatap tidak percaya apa yang baru saja ia lihat. Wajah yang tadinya shook, sekarang benar-benar tidak bisa deskripsikan lagi.

'WhAt?!'

Alana buru-buru melepaskan lengan Arkan yang mengalung di lehernya. Oh, astaga! Ia ingin tersedak.

"Abang, ih! Lepas! Uhuk! Uhuk! Kan keselek gue! Aaa!" Alana buru-buru meminum air di dekatnya.

"Temannya Alana, ya?" Arkan bertanya kepada Aira yang masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Hanya anggukan yang dapat Aira berikan.

Arkan menjulurkan tanganya sembari tersenyum. "Arkan Grellyan Andreas, panggil Arkan. Abangnya Alana."

'WHAT?!!'

Oke, keterkejutan Aira makin menjadi-jadi. Ia menatap Arkan dan Alana secara bergantian. Ia benar-benar tidak tau bagaimana wajahnya sekarang.

Arkan menatap Aira. Ia menggerakan tanggannya yang diabaikan oleh Aira. Memberi kode agar Aira membalas jabatan tanggannya.

DifficileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang