CKLEK
Gelap dan sepi.
Menunjukan bagaimana sekarang kondisi rumah Aira.
Aira masuk ke rumahnya, menghidupkan saklar lampu di setiap sudut ruangan.
"Dari mana?" Aira terlonjak kaget ketika berada di dapur.
Aira segera membalikkan badannya, mengadap ke arah orang yang mengejutkannya. Ternyata terdapat Azra yang sedang menyenderkan badannya di pintu dapur.
"Itu... dari rumah temen." Aira menjawab dengan takut-takut.
"Temen apa pacar?" Azra menatap tepat di mata Aira.
"Temen." Membuat Aira menundukan kepalanya.
"Terus tadi cowo yang ngangkat telepon siapa?" Aira membulatkan matanya.
"Duduk dulu." Aira berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Azra duduk di meja makan.
"Jawab aja." Azra masih pada posisinya.
Aira menceritakan semuanya dari awal ia pergi ke ruang XI MIPA B, hingga Arkan yang mengembalikan ponselnya.
Azra hanya menganggukan kepalanya, tanda mengerti. Kemudian melangkah ke hadapan Aira.
"Terus lo tadi bohong?"
"Maaf." Aira makin menundukan kepalanya.
Azra menghela napasnya melihat sikap Aira kepadanya yang masih sama.
"Ini, dari ibu." Azra memberikan sebuah bungkusan kepada Aira.
"Dimakan." Aira melihat isi bungkus itu yang ternyata dalamnya adalah makanan.
"Iya, makasih."
"Mandi. Habis mandi, makan. Habis makan, belajar. Habis belajar, tidur." Azra memperingatkan Aira, yang dibalas anggukan oleh Aira.
Azra membalikan badannya, berjalan keluar dari dapur yang sepertinya ingin kembali ke rumahnya. Aira mengikutinya, berniat untuk mengantarnya kedepan.
"Ingetin apa kata gue tadi." Azra mencoba mengingatkan Aira kembali.
"Iya."
"Bye, adek angkat."
<○>
"Dasi! Mana dasi?!" Aira berlarian mencari dasinya dikamar.
Aira kalang kabut mencari alat sekolahnya. Ia bangun kesiangan. Sekarang jam telah menunjukan pukul 06:23 WIB yang mana 7 menit lagi gerbang akan ditutup.
Aira menyumpahi dirinya sendiri. Entah setan apa yang membuatnya tidak mendengar alarm yang tiap pagi selalu membangunkannya.
Ia mengalungkan dasi di leher tanpa mengikatnya. Mengambil tasnya. Mengambil kunci motornya. Memasang kaos kakinya. Memasang sepatunya. Mengambil helmnya. Kemudian keluar dari rumah dan mengunci pintu rumahnya.
Ketika membalikkan badannya, Aira dikejutkan dengan seseorang yang menunggu di depan rumahnya bersama motor sportnya.
"Ibu nyuruh lo ikut sama gue." Azra membuka kaca helm full facenya.
"Tapi--"
"Kalo nggak mau telat, mending nurut." Aira hanya bisa menuruti apa kata Azra. Ia berlari kecil menghampiri Azra, kemudian menaiki motor Azra.
"Pegang." Seketika itu juga Azra melajukan motornya diatas rata-rata.
<○>
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficile
Teen FictionMemang sulit jika menyukai anak geng motor, terlebih lagi mereka sangat famous dan memiliki banyak penggemar yang hampir satu sekolahan menyukai mereka. Aira dan Alana, dua orang gadis yang menyukai anak geng motor. Aira yang sulit untuk bergaul dan...