NOTE:
GAMBAR DI CHAP INI HANYA SEBAGAI ILUSTRASI!
<○>
Kini Alana dan Akbar telah berada di bandara. Mereka berjalan menuju Starbucks Coffee, guna menunggu Alice yang telah membuat janji di tempat itu.Tidak ada yang membuka suara, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Akbar yang sedari tadi melekat pada ponselnya, dari ia sampai di bandara hingga mendudukan dirinya di Starbucks Coffee. Sedangkan Alana, ia hanya melamun sedari tadi, melamunkan percakapan mereka di perjalanan menuju bandara.
.
"Gimana rasanya punya abang kaya Arkan?" Di tengah perjalanan, Akbar berbasa basi agar menghilangkan suasana canggung diantara mereka.
"Biasa aja. Kaya kakak-adik biasa." Jawab Alana.
"Kaya biasa itu, gimana? Gambaran kata 'kaya biasa' itu punya arti yang beda-beda tiap orang." Akbar membesarkan volume suaranya agar Alana bisa mendengar dengan jelas.
"Yaa kami sering berantem. Ada yang beda dikit aja ditengkarin, suka usil juga. Tapi yaa gitu-gitu bang Arkan perhatian kok orangnya." Alana tersenyum tipis mengingat bagaimana selama ini interaksi antara ia dan Arkan.
Akbar tersenyum tipis disela kesibukannya. "Nggak jauh beda ya, sama yang disekolah."
"Lo udah punya pacar?" Pertanyaan tersebut membuat jantung Alana berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Belum." Entah kenapa Alana sekarang ingin tersenyum selebar-lebarnya.
"Ada orang yang disuka?" Akbar kembali melontarkan pertanyaan yang membuat jantung Alana semakin menggila.
"Eum.... A-da." Alana menjawab dengan ragu-ragu.
"Oh."
"Kenapa memangnya, kak?"
"Kalo belum ada, gue yang mau ngisi." Akbar memperlihatkan senyuman terbaiknya melalui kaca spion.
Perasaan Alana campur aduk. Ia ingin menangis, berteriak, dan meloncat kesenangan mendengarnya. Ditambah lagi Akbar yang tersenyum manis kepadanya melalui kaca spion.
"LO BODOH APA BEGO, SIH?! GUE ITU SUKANYA SAMA LO, BUKAN YANG LAIN!" Yaa, sayangnya kalimat tersebut hanya dapat Alana ucapkan di hatinya. Alana hanya bisa tersenyum malu-malu, merasakan pipinya memanas. Mungkin jika berada di kartun-kartun pipi Alana akan sangat merah.
Tanpa sadar Alana meremas jaket yang dikenakan Akbar. Membuat senyuman kecil muncul di wajah Akbar.
.
Mengingat hal itu membuat pipi Alana kembali memanas. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja, berusaha menyembunyikan senyuman yang mengembang tanpa persetujuan Alana.
Melihat Alana yang seperti itu membuat Akbar keheranan. Namun Akbar berusaha tidak memperdulikannya. Ia berdiri guna mengambil pesanan mereka yang telah dipanggil.
TUK
Alana merasakan hawa dingin di sekitar tangannya. Ia mengangkat sedikit kepalanya menghadap depan. Oh, ternyata pesanannya sudah datang.
Alana kembali menegakan tubuhnya kembali. Ia melihat Akbar yang tengah meminum minumannya sambil menghadap ke samping. Alana berani bersumpah, pose tersebut adalah pose yang membuat kadar ketampanan seorang Akbar bertambah. Ingin sekali rasanya Alana mengambil gambar Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficile
Teen FictionMemang sulit jika menyukai anak geng motor, terlebih lagi mereka sangat famous dan memiliki banyak penggemar yang hampir satu sekolahan menyukai mereka. Aira dan Alana, dua orang gadis yang menyukai anak geng motor. Aira yang sulit untuk bergaul dan...