CHAPTER 6

17 6 0
                                    

  🎶Dengarlah matahariku,suara tangisanku
Ku bersedih karna panah cinta menusuk jantungku
Ucapkan matahariku,puisi tentang hidupku
Tentang ku yang tak mampu menaklukkan waktu🎶

Suara lagu berjudul matahariku mengalun indah di telinga Feli. Baginya lagu ini sangatlah indah dan bagus untuk di dengar. Bagaimana tidak?lagu ini seperti menggambarkan perasaannya sekarang ini untuk seseorang.

Di tengah keasyikan  yang sedang menyanyi mengikuti lagu itu,tiba tiba saja ketiga sahabatnya datang dan merusak ketenangan dirinya.

"Hola Cia princesnya keluarga Williams!" Teriak Viola seperti biasa. Dan hal ini langsung menimbulkan efek kaget untuk Feli. Spontan ia pun langsung menengok dan tak berapa detik langsung memutar bola matanya kembali.

"Ngapain kalian kesini?ganggu ketenangan gue aja." Ucap gue datar karena suasana hati sedang tidak baik.

"Elah ya kita kesini mau main lah masa mau minum kopi bego banget lo!" Feli yang di katain bego spontan langsung memberikan tatapan tajam untuk Viola. Dan Viola yang diberikan tatapan itu hanya mengangkat jarinya dan membentuk huruf 'V'.

"Udah napa gausa ribut kan niatnya mau kumpul kumpul lagian kita udah bilang mama lo kok ci." Arva mencoba melerai dua sahabatnya itu.

"Eh kalian setuju gak?kalo hari Minggu nanti kita nonton?" Tawar Syalsya.

"Gak ah film gada yang bagus."

"Hmm iya si yauda deh gajadi kita jalan aja ke mall gimana?" Tawar Syalsya untuk yang kedua kalinya. Arva dan Viola hanya mengangguk sebagai jawaban sedangkan Feli hanya menatap Syalsya dengan muka datar.

"Lo gimana ci mau ikut apa kaga?"

"Hm."

"Hm apa?ngomong yang bener." Entah kenapa Syalsya selalu jengah dengan nada bicara Feli yang terkadang datar,dingin,dan sebagainya walaupun kalau di sekolah agak periang.

"Gabisa." Jawab gue singkat.

"Why?"

"Piano."

"Hah?"

"Gue ada les piano kalo hari Minggu."

Ketiga sahabatnya tampak berpikir sejenak lalu tak lama kemudian mulai membuka suara kembali. "Yauda Sabtu bisa gak?" Usul Arva agar saat mereka pergi jalan jalan tidak kekurangan satu orang pun.

"Bisa dong!" Syalsya dan Viola menjawab dengan antusias. Lain halnya dengan Feli yang lagi lagi memasang ekspresi datar. Muka tembok dasar. Batin Arva.

"Gak."

"Kenapa lagi?"

"Private. Gue les private bahasa Jepang."

"Oh, yauda deh hari Minggu aja tapi tanpa Feli gapapa?"

"Ok."

"Lu gapapa kan?"

"Gak!gue udah sering belanja satu troli sama mama gue jadi bosen." Ketiga sahabatnya yang mendengar itu hanya melongo seperti memasang ekspresi tidak percaya.

"Gak percaya?tanya aja sama mama gue kan di keluarga gue ada tradisi belanja gila gilaan jadi belanja apapun bisa lebih dari satu lusin." Jelas gue.

"Wow enak ya jadi lo."

"Gajuga. Gue ga terlalu suka belanja di ruang ganti gue isinya hoodie semua sama jaket plus kaos biasa gada kaya dress. Ada si tapi cuma dikit."

"Hmm..." Ketiga sahabatnya hanya bergumam dan tidak ingin membuka suara lagi.

Color In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang