CHAPTER 9

15 6 0
                                    

 Budayakan vote sebelum baca!

*Happy reading* 

Setelah kepergian Alif dari UKS,Feli sekarang seorang diri disini. Ditempat yang menurutnya tidak nyaman dan berbau obat obatan. Ia sedang menunggu sahabat sahabatnya yang katanya tadi mau di panggilkan oleh Alif.

"HOLA FELICIA!" Suara teriakan milik Viola menggelar di ruangan UKS ini. Bodoh! Sudah tahu ini UKS tempat orang sakit tetapi dirinya berteriak teriak. Mentang mentang sekolah punya gue kali ya?

"Berisik!"

"Tau nih,ini UKS bego bukan kantin dimana lo bisa teriak teriak buat mesen makanan!" Tegur Arva yang berdiri tepat di sebelah Syalsya.

"Sorry sorry,"

"Udah sehatan ci?" Tanya Syalsya.

"Alhamdulilah udah,btw kalian tau darimana kalo gue sakit?" Feli mencoba bertanya untuk memastikan apakah Alif yang memberitahu mereka atau orang lain? Tapi jika orang lain tidak mungkin pasalnya UKS sangat sepi hanya ada beberapa anak PMR dan hanya Alif dan guru BK nya saja yang tahu. Ah sudahlah kenapa jadi ribet begini? Mau Alif atau bukan yang memberitahu mereka toh yang terpenting sekarang ia tidak kesepian lagi.

"Alif." Jawab Viola.

"Ohh."

"Udah makan?"

"Udah."

"Makan apa?"

"Gak usah kepo!"

"Santai dong babi!"

"Lo babi!"

"Lo!"

"Lo!"

Jengah dengan perdebatan antara Feli dan Viola Syalsya akhirnya menengahi. "Jangan bacot ya kalian! Ini UKS!".

Feli dan Viola hanya diam mendengar ucapan itu. Sementara Arva terlihat sedang memikirkan sesuatu. Itu sangat terlihat jelas dari gerak geriknya yang seperti orang linglung.

"Mikirin apa Va?" Tanya Feli.

Merasa terciduk atas tingkahnya Arva hanya menjawab, "oh enggak kok,gak mikirin apa apa cuma heran kenapa Alif bisa ngasih tau kita dikelas tadi."

"Dia terlambat dan dihukum bareng sama gue,dia juga yang ngangkat gue kesini jadi ya dia tahu lah." Jawab Feli jujur. Karena memang itu nyatanya,jika dirinya menceritakan bahwa Alif menyuapinya ia akan malu karena selama ini yang orang tahu adalah hubungan Feli dan Alif tidak pernah membaik. Hanya tetap pada pendirian masing masing. Musuh.

"What?! Kok lo bisa terlambat? Tumben bokap lo gak marah?"

"Gak tahu mungkin akan kultum nanti setelah pulang kerja,soalnya pas papa gue mau berangkat kerja biasanya gue udah nimbrung di meja makan tapi tadi pagi enggak." Balas Feli sambil membayangkan kembali apa yang akan terjadi di rumahnya nanti. Mungkin tidak ada yang bisa membantunya menghindari hukuman sang papa karena mamanya pasti akan mendukung papanya sedangkan adiknya tidak tahu menahu soal ini.

"Wah gilaks siapin mental dan fisik lo Ci kita akan bantu kok tenang aja," Viola berucap dengan santainya sampai tidak sadar apa yang baru saja di ucapkannya itu membuat Feli senang bukan main.

"Serius mau bantu?" Tanya Feli mencoba mencari kepastian karena tipe tipe seperti Viola ini banyak bohongnya.

"Hm..."

"Asik dateng aja nanti ke rumah gue yak,"

"Ngapain?" Tanya Viola baru beberapa menit yang lalu dirinya mengatakan akan membantu Feli terhindar dari ceramah sekaligus hukuman papanya tapi sekarang? Ia berkata seolah olah tidak pernah mengatakan apapun.

Color In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang