CHAPTER 7

21 6 0
                                    

   Sekarang ini Feli dan ketiga sahabatnya baru memasuki areal kantin. Banyak yang memandang mereka kagum. Tetapi yang paling banyak di pandangi adalah Feli. Bagaimana tidak? Sudah cantik,manis,tinggi yang pas,dan pipi yang chubby menambah kesan imut untuknya. Di tambah lagi ia anak orang kaya,sempurna sudah kehidupan Feli.

"Cia, banyak yang lihatin lo tuh," ucap Viola sambil memperhatikan sekeliling.

Feli tidak menjawab ia hanya tetap berjalan sambil pandangannya lurus ke depan, berusaha menemukan tempat untuk duduk yang kosong.

"Kita duduk di situ aja kayaknya enak," ujar Feli saat matanya mendapati tempat duduk kosong di posisi berada di tengah.

"Yaudah. Mau pesan apa?" Tanya Syalsya.

"Jus Strawberry sama cilok aja deh," ucap Viola dan di angguki oleh Syalsya.

"Es lemon," ucap Feli singkat,padat,dan jelas tentunya.

"Gak pesan makanan?"

"Enggak,udah kenyang tadi makam sandwich buatan nyokap."

"Ohh oke, lu Va mau apa?"

"Es jeruk sama Mie rasa kari ayam," jawab Arva.

Setelah semua temannya menyebutkan pesanan mereka Syalsya beranjak dari tempat duduknya dan menuju stand pesanan teman temannya. Tak lama makanan mereka pun tiba di bawakan oleh pengurus kantin dan Syalsya juga tentunya.

"Ini saya taro sini ya dek makanannya," ucap sang pengurus kantin itu. Dan hanya di balas anggukan oleh Feli dan juga teman temannya.

"Saya permisi,"

"Iya."

"Eh ini minumannya," ujar Syalsya sambil menaruh nampan berisi pesanan minuman di atas meja kantin.

"Makasih,"

Syalsya tersenyum dan menjawab, "Sama sama."lalu dirinya duduk dan mulai menyantap makanannya.

Dari kejauhan tampak Alif dan gengnya berjalan memasuki kantin. Feli sudah merasa malas jika melihat mereka. Baginya melihat geng itu terutama Alif adalah sebuah malapetaka. Dan sekarang dia sedang sangat tidak beruntung.

Geng Alif berjalan mendekati meja geng Feli.

"Hai," sapa Aryo sambil melambaikan tangannya ke arah Feli dan yang lainnya tak lupa juga tersenyum.

"Hai juga," jawab geng Feli mencoba untuk ramah. Tanpa menunggu aba aba atau izin geng Alif langsung ikut nimbrung di meja kantin yang sudah di tempati oleh geng Feli,jelas hal itu membuat Feli emosi tetapi di tahan oleh Arva.

"Tenang jangan gegabah dan buat keributan lanjutin aja dulu makan sama minumnya." Bisik Arva yang menyadari hal yang akan di lakukan sahabatnya ini.

"Tapi gue kesel va!" Gertak Feli emosi.

"Sssst! Udah diem duduk aja dulu jangan bacot."

"Ish lo mah—"

"Duduk atau jangan temenan sama gue lagi?" Ancam Arva yang membuat Feli menyerah seketika.

Obrolan yang tadi dibicarakan oleh geng Feli harus terhenti akibat ulah mostwanted ini. Jadilah disini hanya ada suara dentingan sendok dan suara menyeruput minuman. Sunyi.

"Eh kok diem dieman gini sih?" Ujar Aryo mencairkan suasana. Ia tidak suka dengan yang namanya sunyi jadi maklum saja kalau dia sering membuat lelucon yang tak jelas asalnya.

"Kenapa?"

"Gue nanya balik nanya dasar bego!" Sentak Aryo yang mendapati kebegoan sahabatnya yang satu ini. Rangga.

Color In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang