4

204 41 8
                                    

"ya.. Oh sehun. Kau bahkan mengabaikan ucapan ahjumma pagi ini. Kau tau?.."

"aku tau. Kau cerewet sekali. Aku terlalu sayang padanya, jadi aku sengaja melakukan itu."

"kau sayang pada eomma? lalu kenapa selalu membuatnya menangis? kau sadar perbuatanmu? setidaknya dengarkan perkataan eomma sekali saja."

"akan aku lakukan. Pasti aku lakukan..."

##

"aku sangat menyayangimu eomma."
Ray menatap sendu tubuh yang berbaring diam. Nafasnya terdengar beraturan menandakan masih ada kehidupan di sana. Kedua matanya tertutup rapat namun ray yakin kedua telinganya mendengar ucapannya meski tak ada respon.

Ray tak pernah menyangka sang eomma akan menderita setelah kepergiannya.
'maaf' kata itu yang selalu terucap dari mulutnya yang terkadang terkunci rasa benci dan egois.
"Hhahh.. " hembusan nafas berat terdengar putus asa sebelum namja jangkung itu meninggalkan ruangan sang eomma.

-

"Eomma... Sudah ku bilang aku tidak ingin keluar dari sana. Lagipula.... Bagaimana eomma bisa yakin kalau direktur kim menyembunyikan banyak hal dan itu sesuatu yang berbahaya untukku? "
Perdebatan itu belum juga selesai. Eomma beberapa kali meminta junmyeon keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Namun junmyeon juga berkali-kali mengatakan bahwa ia tetap dengan keputusannya.

"Eomma... "
Melirik sang anak sekilas sebelum ia menyerah.
"Huhh.. Baiklah. Tapi kau harus berjanji akan menjaga dirimu baik-baik, eoh! "
Junmyeon mengangguk semangat. Beranjak memeluk tubuh mungil sang eomma, tak lupa ucapan terima kasih dan pujian ia lontarkan pada malaikat penjaganya itu.
-

"Akan aku jelaskan cara kerjanya. Jadi kau hanya perlu... "
Suara pintu terbuka menghentikan penjelasan rey. Rey menatap nya datar.
"Kau terlambat. Keluar dan tunggu di ruanganku." ujarnya dingin.
Yeoja itu menurut tanpa berkata apapun. Di tempatnya, junmyeon menatap yeoja yang kini hilang di telan pintu.

-

"Jong... Aku pinjam mobilmu hari ini. "
"Kau meminjam mobilku? Untuk apa? Kau kan punya mobil sendiri. Di garasimu masih ada mobil merah dan hitam. " santai namja itu menjawab sementara rey meraih kunci mobil milik temannya itu kasar. Dan melenggang pergi meninggalkan namja yang masih sibuk dengan kemputernya.

-

"Ya... Lee jieun. Kau menyulitkan ku di hari pertama aku datang dan sekarang kau terlambat? Huh... Tapi sudahlah, aku juga tidak ingin membahas nya lagi. Aku hanya penasaran akan satu hal."
Kali ini jieun yang sedari tadi menunduk mendongak menatap Rey lekat.
"Kau..."
"Rey... Tuan kim memanggil mu."
"Huh..."
Rey menarik nafas dalam. Kenapa setiap kali ia akan menanyakan hal yang membuatnya penasaran pada jieun, selalu ada saja penghalang.

Jieun tak berniat menahan sehun agar ia melanjutkan ucapannya meski ia sangat penasaran. Ia harap sehun tidak benar-benar melupakannya.
"Sehun hanya sedang mempermainkan ku dengan candaan seriusnya seperti saat sekolah dulu. Aku harap." batin jieun lirih.

-

"Appa..."
Pria berusia 40 tahunan itu menoleh dan mendapati anak laki-laki nya masuk. Dan tersenyum kala melihat ia berjalan Pelan ke arah nya.
"Appa memanggil ku?"
Mengangguk tanpa berujar.
"Wae? Apa ada hal serius?" tanya Rey lagi.
"Heh..." rey mengernyit mendengar kekehan sang ayah. "Apa kau benar-benar ingin meneruskan perusahaan ku?" lanjutnya
"Eoh.." tanpa menunggu lama Rey mengiyakan membuat ayah kembali terkekeh.

"Kalau begitu ada tugas besar untuk mu..."

*

kim Junmyeon berdiri di depan rumah jieun gusar, pasalnya sejak setengah jam yang lalu ia menunggu jieun namun yeoja itu tak kunjung keluar.
"YA lee jieun. Kau kemana saja? Dari tadi aku menunggu mu di sini." ujar junmyeon setelah melihat yeoja yang di tunggu nya keluar.
"Mian, kau berisik sekali. Aku masih banyak pekerjaan di dalam." jieun berujar sembari membenarkan sepatu nya yang belum terpasang sepenuhnya.

"Sehun" gumamnya pelan membuat junmyeon refleks menoleh dan melihat ke arah tatapan jieun. Benar dan, dia di sana. Memakai setelan jas rapi tanpa dasi,  berdiri dengan angkuh sembari menatap jieun intens.

_SehunP.O.V_

Kai bilang rumah jieun tidak jauh dari kantor. Apanya yang tidak jauh? Sementara aku harus berjalan kaki melewati banyak tangga untuk sampai di rumahnya. Ada saja ide appa, kenapa di ingin membangun perumahan elite juga hotel di kawasan yang jelas-jelas masih layak huni. Huh, aku harap keputusan ku menuruti appa tidak salah meski mungkin akan ada banyak pihak yang ku rugikan.

Beberapa menit kemudian aku sampai dan melihat jieun bersama namja yang ku tahu bernama kim junmyeon.
Ah.. Tunggu...
Sepertinya aku pernah kemari sebelumnya. Pernah punya cerita bersama di sini.

"Ya, jangan lari. Tali sepatumu bahkan belum kau ikat kencang. Kau mau jatuh dan berguling di tangga."

"Kau cerewet sekali.. SUHO OPPAA.. ADIKMU INI CEREWET SEKALIII.."

"YAAA... LEE JIEUNN.."

"Direktur kim, kenapa kau kemari?" suara jieun menghilangkan beberapa suara aneh di telinga ku.
"ada hal apa yang membuat mu kemari." ujar junmyeon ketus namun jieun menyenggol lengannya pelan mengisyaratkan nya untuk diam.
"Aku akan ke kantor sekarang, aku tidak akan terlambat."
"Lee jieun." jieun menghentikan langkah nya dan menatapku yang juga menatapnya.
"Aku.. Aku.."
"Kenapa?"
"Aku rasa... Kita.. Pernah bersama di sini."

.
.
.
T
B
C
.

Sampai di sini dulu ya..
Hany masih sibuk sama kerjaan dan kompetisi jadi yang pengen kelanjutannya mohon koment nya 😉👌🏻

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang