12

78 16 5
                                    

Washington dc, Amerika

"Apa yang kau ingin aku lakukan?" seorang namja berdiri di hadapan seorang namja dengan berbagai alat bantu hidup. Bukan kondisinya yang membuatnya terkejut hanya saja, wajahnya. Wajahnya begitu mirip dengan nya.
"Oh sehun. Berikan hidup mu untuk nya."
Namja yang bernama sehun itu menoleh kaget. Jelas saja, ia di minta memberikan nyawanya pada orang yang tidak pernah ia kenal. Meski wajah mereka sama persis, tetap saja sehun tak mengenal orang itu.

"Rey kim, menderita kebocoran jantung dan kerusakan hati akibat kecelakaan sepuluh tahun yang lalu." namja di samping sehun menatapnya datar.
"Kau hidup bahagia dengan keluargamu, apa aku tega membiarkan saudara mu terus menderita bahkan hanya untuk bertahan hidup?" 
Sehun menatap namja itu kemudian menatap rey kembali.
Hatinya tergerak untuk memberikan hidupnya untuk namja itu, namun satu sisi ia juga bertahan dengan egonya.
"Aku menunggumu tiga hari. Pikirkan baik-baik."

***

Kim jongin, warga berkebangsaan korea itu sudah memperhatikan sehun dari enam bulan yang lalu saat ia pergi ke seoul untuk mengurus sesuatu. Jongin tahu semunya, keluarganya, saudaranya dan masalah perumahan yang namja itu tempati. Dan malam dimana nyonya kim meminta sehun pergi pun jongin ada di sana, di antara pengawal tuan kim.
Ia mengambil kesempatan saat melihat sehun yang frustasi di atas jembatan sungai han dan membawa namja itu bersamanya.

"Rey, sebentar lagi kau akan merasakan kehidupan yang selama ini kau inginkan. Jadi bertahanlah sedikit lagi." jongin menggenggam tangan rey erat.
"Aku... Ingin bertemu dengan nya." ucap rey dengan suara lirih. Jongin mengangguk mengiyakan meski ada keraguan.

**

Pertemuan itu terjadi. Rey terus menatap sehun sementara namja itu menunduk sesekali juga menatap rey.
"Kenapa ingin bertemu dengan ku?" pertanyaan sehun menjadi pembuka percakapan setelah lama mereka terdiam. Rey tersenyum dan menyentuh tangan sehun di samping nya.
"Apa... Tidak boleh aku bertemu dengan hyung ku sendiri?" lirih dengan senyum lembutnya.
"Eoh.. Hanya saja..."
"Canggung?" potong rey cepat, membuat sehun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Apa kai sudah memberitahu mu?"
"Kai?" sehun terlihat bingung.
"Eumm.. Maksudku kim jongin. Aku sering memanggilnya kai." kini keduanya tersenyum kikuk.
"Ne." mereka kembali serius.
"Aku tidak memaksa mu... Hanya saja... Aku sangat ingin hidup seperti mu... Meski untuk sesaat." tersenyum menatap sehun yang menatapnya sendu.

"Aku... Aku akan melakukannya." ujar sehun tegas membuat rey membelalak tak percaya.
"tapi, karena aku tidak akan hidup kembali. Jadi... Aku minta pada mu untuk menjaga eomma ku dan perumahan yang kami tempati." sehun tidak yakin dengan keputusannya, hanya saja ia percaya jika rey bisa memenuhi keinginan terbesarnya.
"Wae? Kenapa... Kau.. Mau melakukannya?"
"Karena aku tahu kau bisa melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan."

"Ka..kkau.. Percaya pada ku?" dengan cepat sehun mengangguk. Air mata itu lolos begitu saja dari onix bening rey sekali namja itu berkedip. Terus mengalir meski ia berusaha tersenyum. Sehun ikut tersenyum dan menggenggam tangan rey menguatkan.
Mungkin ini lah yang terbaik untuk semuanya.

*

"Bagaimana eomma ku?" sehun menghampiri kai yang tengah sibuk dengan beberapa dokumen di meja. Namja tan itu menatap sehun dengan senyum hangatnya.
"Semuanya baik-baik saja. Jangan khawatir setelah ini aku akan membawa rey untuk melindungi ibu mu." mendengar itu sehun menatap kai masih sedikit ragu.
Keputusan singkatnya ini memang bukan tanpa perhitungan yang matang, hanya saja tetap sehun belum bisa mempercayai mereka.

"Kau masih ragu pada kami?" meski tanpa anggukan, kai tahu sehun masih ragu. Namja tan itu juga mengerti, dimana ada manusia yang berani memberikan nyawanya untuk orang yang belum pernah ia temui sebelumnya. meskipun ia tahu itu saudaranya sendiri tetap saja mereka memiliki kehidupan yang berbeda.

***

Hari ini tiba. Sehun berbaring di samping rey yang juga masih menatapnya. Dalam hati rey mengucapkan begitu banyak terima kasih pada sehun. Pertemuan pertama mereka berakhir dengan kepergiannya salah satunya. Rey tidak akan pernah melupakan apa yang telah di lakukan sehun. Tidak akan pernah. Sehun tersenyum menatapnya sendu. Seakan tak ingin kehilangan senyum itu, rey terus menatapnya meski matanya sangat berat akibat anestesi yang di berikan dokter. Air mata rey mengalir melihat sehun yang juga ikut menangis.

Kai yang melihat itu ikut terisak. Kai juga turut mengucapkan terimakasih sekaligus permohonan maaf. Kai berjanji akan selalu menjaga keluarga sehun terutama ibunya. Kai pasti memegang janjinya. Pasti.
"Mianhae sehun-ssi, Gomawo."

-satu hari sebelumnya-

"Apa alasan mu mau melakukannya?" kai bertanya pada sehun yang kini berdiri di atas gedung mewah tempat mereka kini.
Namja tinggi itu menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan kai.
"Aku hanya ingin melindungi eomma."
Mendengar itu, kai mengerutkan dahi bingung.
"Bukankah selama ini kau bisa melindungi eomma mu dengan baik?" Sehun menggeleng pelan.

"Aku selalu jadi anak yang merepotkan eomma, dengan perkelahian dan bolos sekolah karena bosan. Huh... tak jarang aku juga membuat eomma mendapat teguran dari orang-orang yang anaknya ku ajak berkelahi. Eomma selalu bilang baik-baik saja, padahal dia menangis diam-diam. Dan saat orang kaya itu datang..." sehun menghentikan ucapannya sejenak. Ia menerawang langit kota yang terik pagi ini. Mengingatnya sehun selalu saja ingin menangis.

"Entah kesalahan apa yang ku perbuat sampai-sampai eomma memintaku keluar dari rumah dan harus pergi bersama pria itu. Yang ku tahu eomma mempertahankan perumahan itu. Huh... Entahlah. Yang pasti kau harus melindungi eomma ku dan perumahan itu. Juga..." sehun menatap kai penuh harap.
"Bisakah kau menjaga yeoja yang bernama lee jieun? Dia sangat berarti untuk ku. Jika dia tidak beruntung kau juga bisa melindung kim junmyeon."

"Hyung mu?" sehun mengangguk. Sehun memang masih kesal karena jieun selalu saja membela junmyeon. Tapi tak dapat di pungkiri jika sehun juga masih menganggap namja itu sebagai hyung nya.
"Aku janji. Aku tidak akan mengingkari janjiku sedikit pun. Karena ini bukan demi siapapun tapi demi rey, sahabat sekaligus adik bagi ku. Dan kau saudara rey juga aku anggap sebagai adik ku sendiri." kai menepuk pundak sehun meyakinkan. Keduanya tersenyum saling menguatkan satu sama lain.

**

Dua puluh delapan jam para dokter berjuang di ruang operasi untuk memberi kehidupan pada salah satu dari mereka. Kai menatap lirih tubuh namja yang tertutup kain putih. Berikutnya ia melihat rey dengan berbagai alat bantu hidup di tubuhnya.
"Dia selamat, kai. Dalam beberapa hari rey akan sehat kembali." dokter han menyadarkan lamunan namja tan itu. kai mengangguk pelan. setengah tak percaya kai akan melihat senyum riang sahabatnya itu.

Sementara sehun di bawa kembali ke korea untuk proses pemakaman. Sesuai permintaan namja itu kai memaksa pihak rumah sakit untuk membawa namja itu dan merahasiakan identitasnya.
"Aku benar-benar minta maaf, sehun-ah."

#

"Ya... Sehun hyung. Boleh aku memanggil mu seperti itu?" tanya rey. Sehun menghentikan pergerakannya mendorong kursi roda yang di duduki rey. Namja itu duduk di bangku yang ada di depan rey.
"Tentu. Bukankah aku lahir lebih dulu?" rey mengangguk pelan.
"Juga... Karena kau kuat." senyum rey menyiratkan sebuah luka. Luka yang sejak awal membuat sehun merasa iba.
"Hyung. Apa yang membuatmu yakin aku bisa mewujudkan keinginan mu."
"Kekuasaan." jawab sehun cepat. Rey nampak berpikir.
"Apa aku bisa mengalahkan keegoisan orang itu?" sehun menatap rey bingung saat mendengar kata 'orang itu'. Setahu sehun kim seho adalah ayah mereka.

"Dia membawamu dari rumah itu karena terpaksa. Dia memberi pilihan yang sulit untuk nyonya kim. Keinginanya hanya lokasi perumahan itu untuk membangun perusahaan besar. Sehun hyung, bisakah... Kita hidup bersama di tempat yang jauh? Aku... Aku bisa hidup untuk beberapa bulan lagi."
Sehun menggenggam tangan rey erat dan mengelusnya lembut.
"Jika kita melarikan diri. Apa kau rela membiarkan orang itu menang?  Kau memiliki sahabat yang akan membantumu. kau percaya padaku begitupun aku yang percaya pada mu."
Rey mengangguk haru dan membawa hyung nya itu kedalam pelukannya.

.
.
.
.
T
B
C

Lanjut atau tidak??

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang