9

111 19 2
                                    

"Nona bae, kau tidak ikut appa mu ke London?"

"Buat apa aku ikut. Biarkan saja appa pergi sendiri."

"Apa kau yakin? Bagaimana jika appa mu akan lama di sana?"

"Wae? Kenapa kau mengurusi masalah ku. Apa kau benar-benar peduli?"

"Aku peduli karena kau adik kecilku yang manis" namja mungil mengacak rambut yeoja manis itu gemas, membuatnya mendapat tatapan tajam.

"Ya, rey kim. Berhenti mengacak rambutku. Dan aku bukan adik kecilmu."

#

Rey berjalan menghampiri irene yang tengah duduk di kursi taman. Namja itu duduk di sampingnya perlahan. Irene menoleh sekilas lalu kembali dengan kesibukannya mengamati beberapa helai sakura yang berjatuhan.
"Apa kau masih senang menikmati suasana taman ini?" ucap rey setelah beberapa menit mereka terdiam.
Irene menghela nafas dalam sebelum membalas ucapan rey.

"Aku hanya masih ingin mengaguminya. Sepertinya hanya taman ini yang tidak pernah berubah." rey menoleh menatap yeoja itu. Seperti nya dia sedang ada masalah. Tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan cerewet.
"Apapun masalah nya, aku pasti akan mendengarkan mu." tatapan keduanya beradu.
"Aku tidak yakin kali ini. Huh.. Masalahnya terlalu rumit." Irene menunduk membiarkan rambut panjangnya menutupi sebagian wajah putihnya.

"Apakah lebih rumit saat kita kehilangan minny saat berkunjung ke London?" irene kini kembali menatap rey yang tersenyum ke arahnya. Detik berikutnya ia ikut tersenyum. Dan beberapa saat kemudian mereka tertawa bersama, mengingat bagaimana konyol nya mereka waktu itu. Dan rey senang, adik kecilnya itu kembali tertawa. Setidaknya ia bisa mengurangi sedikit kegelisahannya.

*

Junmyeon mengarahkan pandangannya ke penjuru kantor. Sudah hampir seminggu rey tidak menampakkan diri. Ada sedikit terbersit dalam dirinya rasa khawatir, meski masih tertutup rasa kesal.
"Kim junmyeon-ssi. Direktur kim memanggil mu." junmyeon mengangguk membiarkan sekretaris jung berlalu.
"Ada apa?" batinnya.

*

"Nona bae, direktur kim meminta mu datang ke ruangan nya sekarang." assisten lee memberi tahu.
"Eoh, baiklah." tanpa menunggu lama irene segera pergi ke ruangan direktur utama.

*

Saat junmyeon masuk, ia sudah menemukan irene duduk di depan direktur. Duduk di samping yeoja itu, junmyeon mengabaikan rasa penasaran nya dan menunggu direktur kim berbicara.
"Aku meminta kalian kemari, karena ada persoalan penting yang harus kalian selesaikan."
Junmyeon dan iren saling tatap tak mengerti. Jika direktur tidak membicarakan nya bersama rey kemungkinan ini memang serius.
Semoga. Semoga saja bukan hal yang tidak junmyeon inginkan.
"...."

*

"Rey, Gwaenchana?" tanya jieun saat melihat namja tampan itu duduk melamun di kursi kayu depan rumah milik keluarga junmyeon. Rey memang masih di perbolehkan tinggal di sana karena hutang junmyeon.
Rey menoleh dengan senyum manisnya. Menggeleng dan menghampiri jieun yang tengah sibuk dengan makanan di tangannya.
"Apa yang kau bawa?" rey mengambil satu dan melahapnya. Itu adalah makanan kesukaan rey, dan rey heran kenapa jieun tahu makanan kesukaan nya.

"Hodu Gwaja. Kenapa kau membuat ini?" tanya rey setelah mereka duduk di bangku yang sama.
"Kau menyukainya?" rey mengangguk cepat, jieun tersenyum. "Sehun sangat menyukainya." jieun menerawang.
"Hampir setiap hari eomma membuatkan ini untuknya. Dan setiap kali melihat hodu gwaja di meja, huh dia seperti menemukan harta terbesar." jieun tersenyum miris mengingat wajah bahagia sehun kala itu.

Rey menatap jieun dengan sedikit rasa sesal.
"Apa... Kalian sangat dekat?" tanya rey kini.
"Eumm... Kami sering kali bertengkar, namun dia tetap bisa membuat ku bahagia." jujur, jieun merindukan sosoknya.
"mianhae." terdengar lirih namun mampu membuat jieun menoleh ke arah rey dengan dahi berkerut.
"Mian, karena aku tidak mengingat apapun. Sekilas aku melihat diriku disini, namun terkadang di tempat yang lain. Huh... Aku memang terkadang sering merasa terpanggil saat seseorang memanggilku 'sehun'. Tapi entah kenapa, semakin aku mencoba mengingatnya justru ada sebagian memory ku yang hilang."

Kekehan kecil terdengar hambar di telinga jieun. Ada kesedihan dan penyesalan di sana.
"Kenapa harus menyesal? Bukankah semua ini bukan keinginan mu?" rey menatap manik mata jieun yang menyiratkan begitu banyak keraguan.
"Kau percaya padaku?"
Jieun mengangguk. Rey terkekeh dalam hati. Dia tau yeoja manis itu menyimpan curiga padanya. Ya, kecurigaan yang sama seperti sejak pertama mereka bertemu.
"Mianhae, lee jieun."

*

Kim junmyeon dan Irene duduk di bangku taman dengan hening. Mereka rupanya terlalu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Huh... Kim junmyeon-ssi. Apa rencana mu?" Irene mengawali percakapan mereka. Junmyeon menoleh sekilas sebelum kembali pada tatapan nya semula. Namja itu menarik nafas berat.
"Aku tidak tahu. Jika aku melakukannya, aku akan menghancurkan harapan ibu ku. Tapi jika tidak ku lakukan mereka akan menyakiti ibu ku dan menghancurkan semua nya."

Ya, mereka bingung, sangat bingung. Pasalnya direktur kim meminta mereka berdua untuk segera melakukan pembangunan itu. Sementara junmyeon sudah berjanji pada ibunya untuk menjaga satu-satunya peninggalan ayahnya. Irene, meski di pihak yang sama dengan direktur kim tetap saja ia tidak bisa. irene ingat beberapa minggu lalu rey berani menentang ayahnya sendiri demi mengulur waktu agar pembangunan itu tidak di lakukan.

Entah apa alasan rey, irene hanya ingin membantunya. Membuatnya tersenyum lagi dan setidaknya ia bisa membuat namja itu melupakan kesedihannya sejenak.
"Aku harap apa yang akan kita lakukan tidak melukai siapapun." irene mengangguk mengiyakan dalam hati juga membenarkan.

#

Rey berlari tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit. Entah kenapa kamar rawat ibunya terasa sangat jauh.
Sesampainya di sana segera ia menggenggam tangan eomma yang sedikit dingin.
"Beliau sudah melewati masa kritisnya. kita hanya tetap harus menunggu."
Pertahanan rey tak bisa di tahan lagi. namja itu menangis, ia menangis sembari menggenggam tangan eomma berharap dapat kembali menghangat.

"Kau harus tetap kuat, eumm?" dokter han mengusap lembut punggung rey yang nampak tak tegap lagi.
Semoga semuanya cepat berakhir.

*

Malam ini hampir seluruh warga berkumpul termasuk ny. Kim. Beberapa saat yang lalu perwakilan direktur kim datang dan memberi surat perintah untuk menghancurkan gedung.
"Eomma, ada apa ini?" tanya junmyeon saat ia baru saja pulang bersama jieun dan heran melihat orang-orang berkumpul.
"Tidak bisakah kau menentang keinginan direktur kim untuk menghancurkan rumah kami??" ujar tuan bong, Lelaki berusia 60 tahunan yang sedari dulu menempati perumahan itu.

Jieun menatapnya nanar. Dulu ia dan sehun sering sekali makan di kedai ramen miliknya. Sehun sangat menyukainya meski berakhir mendapat omelan sang eomma karena terlalu banyak makan mie. Tuan bong sangat ramah dan baik hati.
"Aku akan mencoba menemuinya nanti." ujar jieun yang membuat junmyeon menatapnya kaget.
'Kenapa jieun yang harus turun tangan?'

"Aku saja yang bicara padanya. Lagi pula kantor kami dekat." junmyeon berujar.
"Bagaimana dengan sehun?"
Tidak hanya junmyeon, jieun dan eomma namun yang lain juga turut menatap seorang namja tinggi di sana.
"Sehun?" tuan bong mengernyit.
"Bukankah dia beberapa kali kemari? Bahkan aku lihat dia menempati gedung atas."
"Dia memang tinggal di gedung atas, tapi dia bukan sehun. Dia rey kim anak tunggal direktur kim." jelas junmyeon sedikit kesal.

"Kalau bukan sehun, kenapa wajah mereka mirip?" tanya wanita dengan dandanan bak wanita penghibur.
"Aku juga pernah tak sengaja memanggilnya sehun dan dia menoleh." sahut yang lainnya.
Ny. Kim terduduk lemas, beruntung jieun segera menyangga ke dua bahunya.
"Jieun-ah, bawa eomma ke dalam." jieun mengangguk dan membawa ny. kim kedlam rumah meski harus menaiki beberapa anak tangga.

"Junmyeon-ah, sebaiknya segera selesaikan. Kasihan eomma mu, eoh"
Tuan bong memberikan tepukan di bahunya mencoba memberi semangat sebelum ia membubarkan warga yang lain.
Kim junmyeon menghela nafas berat. Ia menatap tangga menuju rumahnya dengan tatapan nanar.

"Hyung, aku ingin membangun perumahan ini menjadi bangunan yang saaaangat besar. Seperti apartemen milik ahjussi kang. Setiap rumah ada ac dan kamar mandi yang besar. Ah.. Juga tv besar di ruang keluarga. Yang terpenting dapur yang bagus dan peralatan memasak yang lengkap agar eomma memasak banyak makanan."

"Kau itu jangan suka menghayal. Bagaimana bisa kau mengubah semuanya tanpa uang?"

"Aku bisa... Lihat saja. Kau tidak akan mengejekku lagi jika semuanya terwujud."

"Aku harap kau bisa mewujudkannya oh sehun."

.
.
T
B
C
.
.

Sekian...
Hani lanjut kalau masih ada yang mau kelanjutannya.
Please tinggalkan jejak 🐾🐾✌🏻

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang