10

86 18 4
                                    

"Sehun.."

"Eumm.."

"Kau tidak menyukai ku, kan?"

"Wae?"

"Ania.. Aku hanya..."

"Saranghae.. Jeongmal saranghae lee jieun."

"Sehun-ah..."

"Tidak masalah jika kau menyukai junmyeon hyung.. Karena aku hanya menyukai mu."

~Juni 2013

###

"Jongin-ah... Aku dengar tuan kim memberi perintah pada bawahannya untuk segera membongkar bangunan." seorang namja berkaca mata menghampiri kai tergesa.
"Mwo?" kai menghentikan kegiatan nya kemudian menatap namja itu tak percaya.
"Aku sudah memerintahkan park taeil untuk terus memantau perumahan itu."
"Hyung, kita harus mengamankan semua barang-barang yang berharga dari perumahan itu. Dan juga, kita harus menyelamatkan beberapa orang terpenting." jelas kai.

"Baiklah. Tapi jongin-ah, apa kau belum bisa menceritakan semuanya pada rey? " kai teringat pula akan hal itu. Pasalnya kai salah satu orang yang mengetahui semuanya. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangannya untuk memberitahu rey atau tidak. Jika ia beri tahu, selain rey akan marah besar juga akan ada masalah dalam perusahaan dan tentunya perumahan itu ikut terbawa. Tapi jika rey tak pernah tahu kebenarannya maka selamanya namja itu hidup dalam kebohongan. Sudah hampir tiga tahun lebih, tapi rey tak mengingat apapun tentang kejadian itu. Kai hanya berharap rey bisa mengingat semuanya dengan cepat sebelum ia memberitahukannya.

"Aku akan ke rumah sakit sekarang. Kau coba atur semuanya mulai malam ini. aku benar-benar mengandalkan mu, hyung" kai menatap namja itu dengan senyum nanar. Ada begitu banyak beban yang akhir-akhir ini harus di embannya.
"Aku akan membantumu membereskan semuanya. Kau tenang saja, eoh?" jongin tersenyum mengangguk seakan dapat spirit dari namja itu.

Kim jungdae, namja yang lebih tua dari kai itu memang sangat menyayangi kai. Ia selalu menjadi pendengar yang baik jika kai memiliki masalah di luar dan menasehatinya tanpa menyinggung perasaannya. Kai dan jungdae memang tidak bersaudara, mereka bertemu lima tahun lalu di london. Pertemuan sederhana yang membuat mereka bersama.

#

"Oppa, bagaimana ini?" jieun bertanya setelah keluar dari kamar ny. Kim.
"Entahlah. Huh... Jalan satu-satunya, kita harus membicarakan ini dengan rey. Kau tau dia dimana?" jieun menatap junmyeon bingung.
"Sudah seminggu ini aku tidak melihatnya di kantor. Kau bisa..."
"Aku akan menemuinya." jieun memotong ucapan junmyeon.
Junmyeon menatap jieun penuh arti. Namja itu tahu jika jieun menyimpan hati pada namja yang mirip dengan adiknya itu. Junmyeon cemburu. Namun kini ada yang lebih di prioritaskan dari pada hati nya.

"Eumm.. Bicarakan ini dengannya. Aku harap... Semuanya bisa selesai." Jieun menatap nanar punggung junmyeon yang perlahan menghilang di telan pintu.
"Mianhae oppa" bisiknya dalam hati.

*

Kai membuka pintu kamar rawat ny. Oh perlahan. Matanya tertuju lurus pada sosok yang tertidur di sisi kanan wanita itu. kai mendekat dan menatap nanar namja yang terlihat sangat lelah itu.
"Rey.." ucap kai pelan. Rey terbangun dan memijit keningnya yang terasa pening. Ia tersenyum melihat siapa yang berdiri di sampingnya.

"Kai... Kapan kau datang?" rey menegakkan punggungnya setelah membenarkan selimut eommanya.
"Baru saja. Gwaenchana? Wajahmu pucat sekali." kai nampak begitu khawatir sementara rey hanya menggeleng pelan dengan senyum tipisnya, berharap sahabat baiknya itu tidak lagi khawatir.
"Nan gwaenchana. Aku hanya kurang tidur."
Namun kai tidak pernah percaya dengan kata-kata 'baik-baik saja' yang selalu di ucapkan rey.

"Bisa kita bicara di luar? Aku juga mau mencari makan."
Tanpa menunggu lama, rey mengiyakan ajakan kai membuat namja berkulit tan itu menarik nafas lega. Pasalnya membujuk rey makan sangatlah susah, sesusah ia membuat irene tersenyum.

Setelah berada di restoran kai melahap makanan nya semangat sementara rey hanya mengaduk-aduk makanan yang di pesannya. Kai menghentikan makannya saat melihat rey tak bersemangat.
"Wae?...  Makanan nya tidak enak?" rey menggeleng dengan senyuman tipisnya.
"Kai... Ada sesuatu yang membuatku penasaran."
Wajah kai yang awalnya santai menegang. Apakah rey mengingat sesuatu? Apa rey menemukan sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Apa? Apa yang membuat mu penasaran?" kai bersikap seolah tak ada apa-apa.
"Eomma, jieun, junmyeon, ny. Kim, sehun dan semua penghuni perumahan itu ..." rey menatap kai yang juga menatapnya dalam.
"Terkadang aku tidak mengerti pada diriku sendiri. Ada sisi dimana aku seolah mengenal mereka dengan sangat baik. Namun ada kalanya aku hanya mengenalmu, Kai. Entah kenapa hanya kau yang ada di ingatanku saat aku mencoba mengingat masa lalu ku."

"Rey, jangan terlalu keras berusaha mengingatnya. Pelan-pelan saja, biarkan waktu yang menemukan ingatanmu."
Rey terkekeh keras di depan kai yang menatapnya heran. Apa yang lucu dari dari omongannya? Apa dia salah bicara?
"Wae? Apa ucapan ku salah?"
"Ani...Ania. Darimana kau menemukan kata-kata itu? Kau tidak berguru dengan Baekhyun, kan?" kai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara rey masih terkekeh sendiri.

Kai menatapnya dengan senyum senang sekaligus miris dengan kekehannya yang seakan bercampur dengan kesedihan. Dalam hati ia beribu kali meminta maaf. Bukan bermaksud membohonginya, hanya saja...
Hanya saja ada sesuatu yang perlu ia lindungi.

*

"Oppa, bagaimana eomoni?" jieun bertanya pada junmyeon yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Eomma baru saja tidur setelah minum obat. Aku meminta ahjumma lee menjaganya."
"Eumm... Aku juga sudah meminta tuan bong menjaganya."
Junmyeon mengangguk pelan. Jieun mengelus lembut punggung namja itu berharap dapat melukis senyum di wajah yang sedikit pucat itu.

Semoga saja semuanya cepat berakhir. Dan jieun berharap rey bisa berpihak pada mereka untuk tidak merobohkan bangunan dan mendirikan perusahaan di sana. Andai sehun ada di sini mungkin dia akan sedikit lebih tenang. Karena sehun bisa melakukan apa saja termasuk melawan mereka. Jujur, jieun sangat merindukannya.

*

"Mianhae Nyonya, kami tidak bermaksud melakukan ini pada mu."
Seorang pria tak di kenal menutup tubuh seorang wanita paruh baya dengan kain putih. Membawanya menyusuri lorong rumah sakit dengan santai.
"Aku berjanji setelah ini kau bisa merasa aman." gumamnya lagi.
Rasa sesal dan perasaan tak tega bercampur aduk di hatinya. Membawa paksa wanita yang hanya bisa bertahan hidup dengan bantuan peralatan rumah sakit. Bukan membuatnya menderita, hanya ingin. menyelamatkan nyawanya sebelum seseorang membunuhnya.

Sekali lagi ia berharap semoga apa yang di lakukannya itu membuat semua orang bisa tersenyum. Tanpa rasa sakit dan penyesalan. Semoga..

*

Kim junmyeon dan lee jieun kini berada di ruang kerja rey. Keduanya terdiam sesekali saling lirik, terkadang juga menatap rey yang tengah termenung dalam duduk nya. Entah apa yang di fikirkan namja itu, hanya saja terlihat gurat keresahan di wajah tampan nya yang sedikit pucat.

"Aku tidak tahu maksud kalian datang kemari. Dan aku juga tidak ada keinginan untuk tahu... Aku masih punya banyak pekerjaan." rey beranjak dari duduk nya dan melangkah.
"Aku tidak tahu kau rey atau sehun..." ucapan junmyeon menghentikan langkah rey.
"Aku pun tidak pernah ingin tahu..."  rey terdiam di tempatnya tanpa menatap Junmyeon ataupun jieun yang kini menatap punggung nya.
"Aku hanya senang dan merasa bahagia saat eomma bisa tertawa bersama mu. Aku tidak lagi melihat eomma yang terus memandang photo sehun sembari menangis..." lanjut junmyeon.

"Aku...meski aku cemburu padamu, aku tetap butuh bantuan mu. Bisakah kau mencegah ayahmu meruntuhkan perumahan kami?" jieun kini menatap junmyeon nanar. Ia tahu kedekatannya dengan rey membuat junmyeon cemburu. Tapi sekali lagi ada begitu banyak alasan bagi jieun untuk tetap memperhatikan rey, terlepas dia sehun atau bukan.
Rey tak bergeming, satu tangannya meremas ujung kursi mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Hatinya berontak memintanya membantu mereka namun kakinya terkunci sesuatu yang saat ini tengah ia lindungi.

"Mianhae.."

*

"Rey... eomoni.... Aku tidak menemukannya di manapun... Dia.. Dia hilang."

T
B
C
.
.

Sampai sini dulu ya 🙏🏻 masih butuh coment..😉
Silahkan tinggalkan jejak 🐾🐾

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang