14 (2 last part.)

139 17 2
                                    

Untuk sebuah kebahagiaan, mengorbankan sesuatu bukanlah hal yang sulit. Beberapa orang meninggalkan tanah kelahirannya hanya demi mimpi. Ada yang merelakan orang yang di cintainya hanya demi dia bahagia. Kebahagiaan kita yang menentukan dengan siapa dan pada siapa kita membaginya.
Bagi namja tinggi yang berdiri di lantai atas perumahan, kebahagiaan itu terasa dekat namun sulit tuk ia gapai.

Baginya kebahagiaan, bagi mereka yang tak memahaminya mungkin itu kesedihan. Rey berdiri di sana mencoba terus meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja. Wajah itu tampak sangat marah. Rey ingat saat pertama ia melihatnya, beliau sangat baik dan selalu menatapnya lembut. Kini, semuanya sirna karena kekuasaan yang menebalkan ke egoisannya.
"abeoji... Bisakah aku tetap memanggil mu seperti itu?" ujar rey lirih. Pria itu menatapnya tajam.
"Untuk apa? Kau bahkan tidak pernah menuruti perintah ku. Kau hanyalah sebuah penghalang bagi ku." ucap tuan kim sinis.

"Begitu? Aku harap kau berbohong tentang itu. Aku salah, karena pernah mengkhianati mu. Mianhae..." rey hendak meninggalkan tempat itu namun langkahnya terhenti saat merasakan perih yang menjalar ke ulu hatinya.
"Aku tidak akan pernah mengampunimu." ujar tuan kim setengah berbisik.
"JANGAN PERGERAK." Teriakan seorang polisi menghentikan pergerakan tuan kim. Beberapa dari pengawal tuan kim hendak melarikan diri namun mereka sudah terkepung.
"Kau di tangkap atas
menggelapkan dana rumah sakit Shinhwa dan kasus suap perijinan mendirikan bangunan di kawasan ini." Ujar ketua polisi kim. Dengan tanpa perlawanan tuan kim ikut ke kntor polisi dengan borgol di tangan begitupun pengawalnya yang lain.

"Rey, gwaenchana?" kai berlari menghampiri nya di ikuti junmyeon, irene dan jieun di belakangnya.
Rey mengangguk meyakinkan.
"Sebaiknya kita segera kembali. Rey, wajahmu pucat sekali." irene juga menghampiri rey khawatir. rey hanya tersenyum menanggapi seraya mengelus pucuk kepala yeoja itu.
"Jieun-ssi..."

*

Rey dan jieun kini berada di taman sungai han, duduk di bangku panjang yang menjadi tempat favorite mereka untuk beberapa bulan terakhir. Jieun terus saja menatap wajah rey penuh khawatir.
"Jangan memandang ku terus, kau tahu? Kau membuat ku sedikit gugup." mendengar itu jieun tersenyum lembut.
"Rey, sebaiknya kita kembali. Wajah mu pucat sekali. Aku..."
"Berikan aku sedikit waktu untuk bisa bersama mu. Kau tidak keberatan, kan? Sebentar saja." rey berujar membuat jieun mengalah dan membiarkannya tetap di sini.

"Jieun-ah... Aku menyukaimu." jieun sedikit menegang. Kata-kata itu membuatnya senang sekaligus serba salah. Satu sisi ia juga memiliki perasaan yang sama, namun di sisi lain ia masih menyukai sehun.
"Sehun hyung.... Bagaimana dia di mata mu?" bibirnya terangkat membentuk senyuman.
"Dia... Menyebalkan dan sering membuatku kesal."
Bayangan masa lalu menariknya mengingat sosok namja yang selalu mengisi kesehariannya.
"eum.. Jinjjayo?" Rey antusias dengan apa yang akan di ceritakan jieun.

"Dia sangat berisik, hiperaktif, dan pembuat onar. Eomoni selalu mengomelinya saat ia pulang dengan seragam yang terkoyak dan beberapa luka lebam di wajahnya. Sehun meminta maaf dengan penuh penyesalan namun setelah itu ia kembali melakukannya tanpa berfikir..."
Jieun menghentikan ucapannya saat rey menyandarkan kepalanya di bahu yeoja cantik itu.
"Lanjutkan." ujar rey lirih, meski kekhawatiran itu semakin memuncak namun jieun kembali melanjutkan .

"Dia tidak pernah menyerah menyatakan perasaannya padaku, meski ia tahu aku menyukai junmyeon oppa. Sehun selalu melindungi ku dan selalu ada saat aku menangis. Sehun..." ucapan jieun sedikit terhenti saat linangan di matanya berubah menjadi tetesan.
"Sehun adalah orang pertama yang ada di dekatku saat aku ada masalah. Aku.. Aku menyesal karena beberapa kali menyakiti perasaannya.  Sementara dia selalu menjaga perasaanku. rey..." jieun semakin khawatir karena rey tak bersuara. Yeoja itu sedikit bergerak dan membuat rey jatuh ke pangkuannya.
"Rey...Gwaenchana?" tak ada jawaban. Saat tiba-tiba tangan rey terkulai lemas darah menetes dari tubuh namja itu membuat jieun terbelalak kaget.
"Rey..."

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang