01. Permulaan

697 45 8
                                    

Jangan lupa videonya diputer😁

###


Shiyeon mengintip dari balik pilar lantai dasar gedung Goryeo Corp., mengamati seorang pemuda di kejauhan.

"Ah, kenapa Ayah repot-repot memanggilku ke sini? Bukankah kalau ingin membicarakan soal makan malam bisa lewat telepon? Uh, padahal aku ada pertandingan satu jam lagi," keluh pemuda bernama Eunyool itu. Dia baru saja turun dari ruang kerja ayahnya di lantai lima belas.

Shiyeon yang menguping gerutuan tersebut tersenyum. Di matanya, bahkan wajah cemberut Eunyool terlihat tampan. Ia kemudian berdeham membersihkan kerongkongannya, menegakkan punggungnya, serta mengumpulkan keberanian untuk mendekati pemuda yang berjalan lesu tersebut.

Saat Eunyool melewati pilar tempatnya berdiri, saat itu pula Shiyeon muncul tepat di hadapannya.

"Ah!! Kau mengagetkanku!" seru Eunyool, tersentak beberapa langkah ke belakang.

Shiyeon tersenyum.

"Kau-- apa lagi sekarang?" Eunyool bertanya bosan.

"I-itu..." Shiyeon tergagap. Eunyool mendesah lelah.

"Apa kau mau mengajakku ke game center lagi?"

"Hm!" dengan semangat Shiyeon mengangguk membenarkan.

"Aku tidak bisa. Sebentar lagi aku harus bertanding," pemuda itu menolak ajakannya. "Lagipula, bermain denganmu tidak seru. Kau selalu mengalahkanku di hampir semua permainan."

Senyum di wajah Shiyeon memudar. "O-oh... Kalau be-"

"Oh! Itu Hajin!" teriak Eunyool memotong kalimat gadis di depannya. Perhatiannya kini tertuju sepenuhnya pada karyawan cantik yang sedang mondar-mandir di salah satu stand tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kakinya bergerak otomatis menuju arah tersebut.

"Sepertinya ia sibuk sekali. Apa tidak apa-apa jika aku menemuinya sekarang?" ia bermonolog, lupa sepenuhnya dengan gadis yang ia tinggal di belakang.

"Ta-tapi..." Shiyeon berupaya memanggil, namun suaranya makin hilang.

Ia kini menghela napas menyaksikan Eunyool berbincang pada gadis bernama Hajin tadi dengan penuh semangat. "Bukankah sebentar lagi dia mau bertanding?"

"Hei!" seorang pria tua memanggil Shiyeon dengan kotak bekal kosong di tangannya.

"Oh, Ayah," sapa Shiyeon menghadap pria tersebut. "Apa Ayah sudah menghabiskan semuanya?"

"Tentu saja," jawab Park Sangjoon. "Bagaimana mungkin makanan seenak itu kusisakan, bukan? Terlebih lagi putriku tercinta ini yang memasaknya."

Shiyeon tersenyum mengambil kotak bekal dari genggaman ayahnya, tetapi matanya masih tertuju pada Eunyool dan Hajin yang sekarang tengah menertawakan sesuatu.

"Oh ya ampun," keluh ayahnya saat mengamati perubahan wajah putri bungsunya ini. "Jam makan siang masih tersisa 30 menit lagi. Ayo kita cari tempat duduk dan mengobrol."

***

"Di antara banyaknya putra Ketua Wang, kenapa kau harus tertarik padanya?" ayahnya menginterogasi Shiyeon. Mereka tengah duduk di kafe dekat perusahaan.

Yang ditanya hanya diam mengaduk jusnya.

"Coba misalnya, adiknya yang bernama Junghoon itu, bukankah dia jago beladiri sepertimu? Atau Wookjin, dia model sekaligus aktor tampan yang terkenal. Kuyakin mereka pasti bisa membahagiakanmu."

Shiyeon mengangkat wajahnya. "Aku akan bahagia bersama orang yang kucintai."

"Apa?" sentak Sangjoon yang tak menyangka putrinya bisa bicara hal-hal seperti itu. "Memangnya apa yang bisa dia lakukan untuk membahagiakanmu? Bagaimana dia bisa menghidupi anak istrinya jika kerjaannya hanya duduk di depan komputer sepanjang hari?"

Our DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang