14. Berharga

336 31 18
                                    

Assalamualaikum^^

Masih ada yang nungguin up nggak nih? Hehe, maaf ya, saya lagi banyak masalah nih, masalah yg susah buat diceritain😅

Selamat membaca 😊

###



Hari-hari terasa berlalu dengan cepat. Setelah saling mengungkapkan perasaan masing-masing, Eunyool memutuskan untuk menunjukkan kasih sayang pada istrinya tanpa segan. Terlebih jika ia mengingat memori masa lalu mereka. Dirinya yang dulu tidak pernah punya kesempatan untuk itu. Ia merasa kali ini Tuhan menganugerahinya waktu untuk menebus segala hal yang tidak bisa dilakukan oleh Wang Eun dulu.

Saat ini mereka tengah menikmati cuaca pagi yang damai. Hembusan angin laut begitu kencang, membuat keduanya merapatkan jaket tebal yang mereka gunakan.

Shiyeon berjalan hati-hati di atas pasir pantai yang tertutupi salju. Senyum tak lepas dari bibirnya, tangannya terentang guna menjaga keseimbangan tubuh. Eunyool merengut masam melihat istrinya seolah mengabaikan kehadirannya. Diraihnya tangan wanita itu, membuat si pemilik tangan mengalihkan atensi padanya.

"Jalannya licin, kau bisa tergelincir," ia menjelaskan sebelum ditanya. "Akan lebih baik kalau aku memegangmu."

Shiyeon tersenyum manis. "Terima kasih," tanggapnya tulus.

Eunyool berdeham. Tangan kanannya yang bebas terangkat menuju wajah, mencoba menutupi rona di sana. Sekilas bayangan tentang Wang Eun dan Soondeok lagi-lagi berkelebat, mengingatkannya akan penyesalan karena sudah menyia-nyiakan wanita ini untuk waktu yang lama.

Menarik napas untuk mengumpulkan kepercayaan diri, Eunyool menarik Shiyeon mendekat padanya. "Sejujurnya, aku memang ingin menggandeng tanganmu. Kau tahu, seperti pasangan pada umumnya."

Kontan saja wajah istrinya bersemu merah karena pernyataan blak-blakan seperti itu. Eunyool sendiri pun masih belum terbiasa dengan hal-hal semacam ini. Diliriknya lagi Shiyeon di sampingnya. Melihat wanita itu tersenyum membuatnya ikut tersenyum.

Ia tahu sekarang. Ia hanya perlu menuruti kata hatinya.

Maka dari itu, dirangkulnya pundak istrinya supaya mereka lebih dekat, menghasilkan pekikan terkejut wanita yang berusia empat tahun lebih muda darinya itu. Ia menoleh kembali, seringai lebar terpatri di wajahnya.

Dan selanjutnya, mereka menikmati hari yang indah.

***

Hari Sabtu, sesuai janjinya Go Hajin mengunjungi mereka. Duduk di ruang tamu rumah kakek Go, yang letaknya sekitar 500 meter jauhnya dari penginapan, mereka berbincang mengenai kabar terbaru di Seoul.

"Keadaan masih cukup aman, tidak ada yang curiga karena kalian sudah memberitahukan ingin berbulan madu," tutur Hajin. "Hanya saja Direktur Park cukup khawatir karena putrinya tidak memberi kabar."

Wajah cerah Shiyeon seketika menjadi muram. "Dia pasti bingung kenapa aku tidak pernah menghubunginya. Apakah memang tidak bisa menggunakan ponsel, walaupun hanya sekali?"

Hajin menggeleng. "Maafkan aku, tapi kau tidak akan aman lagi untuk tinggal di sini setelah menggunakan ponselmu."

Melihat kegusaran di wajah istrinya, Eunyool mengusulkan, "Apa kami tidak bisa menggunakan alat komunikasi lain, meminjam ponselmu, misalnya?"

"Sekali lagi aku meminta maaf," Hajin mengatakannya dengan raut menyesal. "Jika Wang Yohwan ingin melacak keberadaan kalian, tentunya dia akan memulai dari orang-orang terdekat kalian. Dan aku bisa pastikan Direktur Park berada di daftar teratas."

Our DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang