**
Dio memasuki mobilnya yang berada di parkiran airport. Dysta yang di belakangnya bingung akan duduk di mana, setelah berfikir Dysta memutuskan duduk di jok belakang karena tidak ingin di cap sok dekat dengan kakaknya.
Dio yang melihat Dysta duduk di jok belakang menatapnya tajam melalui kaca spion.
"Pindah ke depan!! Gue bukan sopir loe." Perintah Dio dingin.
Dysta yang diperintah langsung pindah ke jok depan, di samping kakaknya, ia tidak ingin membuat Dio marah. Sungguh, ia sangat takut melihat kakaknya marah.
Setelah Dysta memakai seatbelt, Dio langsung menjalankan mobilnya. Selama di perjalanan hanya tercipta keheningan di antara mereka. Dio yang sibuk menyetir sedangkan Dysta lebih memilih memandangi jalanan melalui jendela mobil untuk mengalihkan kegugupannya.
Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pelataran kediaman sang kakek. Dio membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam. Dysta yang masih di mobil setelah melepas seatbeltnya hanya menghembuskan napasnya melihat sikap sang kakak. Entah berapa banyak ia menghembuskan napas hari ini. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke rumah kakeknya.
Dysta melangkah menuju dapur, ia membuka pintu kulkas dan menuangkan segelas air mineral. Ia meneguk air tersebut, rasa dingin dan segar mendominasi tenggorokannya. Setelah selesai ia melangkah menuju kamarnya, menaiki tangga melingkar yang menghubungkan ke lantai dua. Sebelum masuk, ia menatap pintu cokelat tepat di depan kamarnya dengan pandangan kosong, kamar itu milik Dio.
Ceklekk. Ia membuka pintu kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Ia ingin berendam untuk merilekskan fikirannya yang kusut. Ia masuk ke bath up dengan aroma vanilla yang membuatnya rileks, ia mencoba memejamkan matanya.
Tokk tokk. Bunyi ketukan pintu membuat Dysta membuka matanya karena sedikit terkejut.
"Non Dysta. Saya disuruh Tuan Dio memanggil anda untuk makan malam" teriak seorang pelayan dari balik pintu kamar mandi Dysta.
"Iya. Saya akan segera kesana"
Buru-buru ia menyambar handuk kimono yang ada di gantungan sebelahnya. Ia menuju walk in closet, mengambil pakaian casual rumahan. Ia memakainya dengan cepat, setelah selesai ia langsung turun ke meja makan. Di sana sudah ada kakaknya yang duduk diujung meja makan membelakangi Dysta. Ia menarik kursi yang berada di samping kiri kakaknya.
"Loe besok berangkat bareng gue !! Setengah tujuh tepat udah harus siap. Kalo nggak, gue tinggal" Ujar Dio datar memecahkan keheningan di meja makan.
"Iya kak" jawab Dysta lirih.
Selesai makan malam mereka menuju kamar masing-masing untuk tidur.
**
Tepat setengah tujuh pagi Dysta sudah siap. Ia menunggu Dio di ruang keluarga.
Tap tap tap. Bunyi ketukan sepatu terdengar dari anak tangga. Terlihat Dio menuruni anak tangga dengan seragam menengah atasnya. Dio langsung menuju mobilnya yang terparkir di halaman depan. Dysta mengekorinya di belakang. Mobil mereka melenggang membelah jalanan ibu kota.
"Nanti pulang gue ada latihan basket, loe tunggu aja dulu di tribune lapangan" kata Dio datar.
"Ehmmm. Nanti aku pulang bareng Nessa aja kak, aku takut ganggu latihan kakak" ujar Dysta takut-takut. Dio langsung menoleh tajam kearah adik sepupunya itu.
"Nggak. Loe pulang bareng gue!!" ujar dio tak mau dibantah.
"Lagian loe nggak inget kata para orang tua. Kalo gue suruh jagain loe. Nanti kalo ada apa-apa gue lagi yang di salahin. Dan itu nanti malah nambah beban gue" ujar Dio ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Hati (Completed)
Romance"Kamu akan jadi miliku Love. Selamanya kamu hanya miliku" "Loe yakin Di mau ngelakuin ini ?" "Loe tahu resikonya kan Di ?" "Gue yakin dan gue tahu resikonya" "Oke. Kita mulai sekarang" ~ Dio ~ ** "Kenapa kakak tega ngelakuin hal ini sama aku ? A...