Satu bulan kemudian
Dysta melangkah masuk ke kamarnya setelah pulang kerja pukul sepuluh malam. Ia meletakkan tasnya di meja belajar dan melepas pantopelnya. Ia mendudukkan tubuhnya di ranjang. Ia merasa lelah sekali hari ini. Dengan kegiatan kantor yang bisa di bilang cukup padat lalu di tambah tubuhnya yang kurang sehat hari ini. Ia merasa pusing, dan pagi tadi ia juga sempat mual-mual. Mungkin asam lambungnya kambuh saat ini, ia menyesalkan dirinya yang tidak teratur dengan jadwal makannya selama sebulan ini.
Ia berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Lebih baik mandi saja, mungkin bisa mengurangi rasa pusingnya. Dan bisa pergi ke alam mimpinya, ia sungguh ingin tidur saat ini.
**
Berhubung pagi ini adalah Hari Minggu, keluarga besar Wijaya mengadakan pesta kebun di taman belakang mansion. Semuanya hadir di sini, minus dengan tunangan Dio. Entah berada di mana wanita ular itu.
Dysta melangkah mendekati bundanya yang sedang menyiapkan peralatan di meja makan.
"Pagi bun. Ada yang bisa Dysta bantu?"
"Pagi sayang. Itu tata piringnya ke meja masing-masing ya"
"Eh kamu sakit sayang? Muka kamu kelihatan pucat"
"Aku nggak papa kok bun. Cuma agak nggak enak badan aja" ujar Dysta menenangkan.
"Kalau kamu sakit kamu istirahat saja sayang"
"Nggak papa bunda, aku masih kuat kok"
"Ya sudah kalau gitu"
Dysta kembali menata piring lalu bergeser ke meja yang paling ujung, namun saat beberapa langkah ia merasa kepalanya pusing sekali, seperti di hantam benda keras. Lalu pandangannya menghitam dan ia samar-samar mendengar teriakan-teriakan dan namanya disebut-sebut.
**
Semua keluarga besar Wijaya cemas menunggu di luar kamar Dysta. Gadis itu sekarang sedang diperiksa oleh dokter pribadi keluarga Wijaya. Tadi itu semuanya terjadi begitu cepat, tiba-tiba Dysta jatuh pingsan saat menata piring. Hal itu membuat semua orang yang ada di taman panik dan khawatir.
"Sudahlah bun. Kita berdoa saja agar Dysta baik-baik saja" ujar Ayah Dista menenangkan istrinya. Mengelus lengan istrinya yang berada di pelukannya. Tak lama kemudian suara pintu kamar Dysta di buka dari dalam. Keluarlah Dokter Evan, dokter pribadi keluarga Wijaya.
"Bagaimana Evan? Apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Tuan Hardi.
"Nona Dysta baik-baik saja. Hanya saja hal ini wajar terjadi kepada ibu hamil, apalagi mengingat usia kandungan Nona Dysta baru berumur satu minggu"
Penjelasan Dokter Evan membuat semua orang yang berada di situ terkejut.
"Saya sudah memberinya beberapa vitamin penguat janin dan juga obat pereda mual untuk mengurangi mualnya. Kalau begitu saya pamit undur diri dulu. Selamat pagi"
Tuan Hardi yang pertama kali sadar, langsung merespon Dokter Evan. "Ya terima kasih Evan. Selamat pagi"
Setelah Dokter Evan pergi, semua orang yang berada di situ termenung. Mereka masih syok dengan hal yang terjadi pada Dysta.
**
Dysta mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang ada di kamarnya. Ia mengernyit, memegang kepalanya yang berdenyut. Ia melihat semua anggota keluarga berada di kamarnya dengan raut wajah tak terbaca, ia mengernyit bingung.
"Bun Dysta kenapa?" tanya Dysta kepada bundanya yang berada di sampingnya. Namun bunda Dysta hanya mengusap puncak kepalanya dengan pandangan kosong dan wajah sembab, dan itu tambah membuatnya bingung.
"Dysta jawab pertanyaan kakek dengan jujur, sejujur-jujurnya" ucap Tuan Hardi dengan mimik sangat serius. Dysta mengerutkan dahinya semakin bingung.
"Siapa ayah biologis anak yang sedang kamu kandung saat ini?"
"Anak!!? Maksud kakek apa? Ayah anak yang ku kandung? Tunggu maksud kakek aku ha...hamil?"
"Ya!! Siapa yang menghamilimu!!?"
"Nggak....nggak mungkin. Nggak mungkin aku hamil kek" ujar Dysta panik.
"Dysta nggak mungkin hamil bun!! Yah!!" ia memandang bunda dan ayahnya, namun bundanya itu hanya menangis, sedangkan ayahnya hanya menatapnya.
"Dysta nggak tahu. Bahkan Dysta nggak pernah tidur dengan pria mana pun. Bagaimana Dysta bisa hamil. Nggak semua ini pasti salah, Dysta nggak mungkin hamil hiks.... nggak mungkin bun hiks...hiks"
"Jujur sama kami sayang, kami janji nggak akan marah" ujar Bunda Dysta lembut.
"Nggak bun!! Dysta nggak tahu!! Dysta nggak pernah tidur dengan pria manapun!! Dysta berani bersumpah!! Dysta nggak pernah ngelakuin hal itu bun, percaya sama Dysta" Dysta memohon kepada bundanya.
"Cukup. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini di ruang keluarga" ucap Tuan Hardi mengambil keputusan.
**
Setelah semua berada di ruang keluarga, Tuan Hardi memulai pembicaraan.
"Jadi Dysta, bicara sama kami, siapa ayah anak yang kamu kandung saat ini?"
"Kek...Dysta benar-benar nggak tahu gimana Dysta bisa hamil, karena Dysta nggak pernah ngelakuin itu. Benar-benar nggak pernah. Tolong percaya sama Dysta kek"
Hening. Semua yang ada ruangan itu hening. Bingung dengan semua ini. Namun sebuah suara kembali mengejutkan mereka.
"Akulah ayah biologis anak yang di kandung Dysta"
**
Nah siapa tuh yang ngehamilin Dysta?
Ada yang tahu siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Hati (Completed)
Romance"Kamu akan jadi miliku Love. Selamanya kamu hanya miliku" "Loe yakin Di mau ngelakuin ini ?" "Loe tahu resikonya kan Di ?" "Gue yakin dan gue tahu resikonya" "Oke. Kita mulai sekarang" ~ Dio ~ ** "Kenapa kakak tega ngelakuin hal ini sama aku ? A...