WARNING !!!!
Di part ini ada adegan dewasanya, yang belum cukup umur di skip aja ya guys.
Oke selamat membaca .....
**
"Selamat siang bu" sapa beberapa staf kepada wanita yang masuk ke gedung Wijaya Corp.
"Iya siang"
Sampai wanita itu di depan lift, ia memencet tombolnya dan masuk ke dalam. Menekan angka dua puluh untuk menuju lantai di mana suaminya berada. Yap wanita itu Dysta. Ia mengantarkan makan siang untuk suaminya.
Ting
Pintu lift pun terbuka dan ia melangkah menuju meja sekretaris suaminya.
"Siang Doni. Pak Dio nya ada?" sapa Dysta kepada pria yang sedang berkutat dengan komputer di depannya.
"Oh siang Bu Dysta. Ada. Pak Dionya ada di dalam"
"Ya sudah saya langsung masuk saja kalau begitu"
Dysta membuka pelan pintu ruangan Dio. Ia melihat suaminya sedang berkutat dengan beberapa berkas yang berserakan di meja kerjanya. Ia tersenyum samar. Bahkan saking fokusnya, suaminya itu tidak tahu akan kehadirannya.
Ia melangkah pelan menuju sofa di sudut ruangan dan duduk. Meletakkan rantang makanannya dan memandang Dio.
"Lebih menarik kertas-kertas itu ya dari pada aku" ujar Dysta mengalihkan atensi pria itu.
"Love"
"Kapan kamu datang? Kok aku nggak dengar"
"Gimana kakak mau dengar, orang kakak serius banget mantengin kertasnya"
"Sini kak. Aku bawain makan siang"
"Oke sebentar lagi. Aku selesain ini dulu, tinggal dikit"
Dysta mengangguk. Sembari menunggu suaminya selesai, ia mulai menata makanan mereka di meja. Selang beberapa menit, Dio menyusul istrinya, duduk di samping wanita itu.
"Ini kamu yang masak?" tanya Dio seraya tangannya mencomot rendang favoritnya.
"Iya aku yang masak. Habisnya aku bosen di rumah karena nggak ada kegiatan. Ya sudah akhirnya aku masakin makan siang buat kamu"
"Enak" komentar Dio.
"Enaklah, kan masaknya pake bumbu cinta" ujar Dysta sambil mengerling genit ke arah suaminya. Dio yang gemas langsung menyambar bibir mungil gadis itu, melumatnya pelan.
"Kamu tambah agresif ya sekarang. Ini bawaan babynya atau emang bundanya yang pingin hemm?"
"Mungkin dua-duanya"
"Aku jadi pingin makan kamu sekarang"
Dysta memukul pundak Dio pelan. Wajahnya memerah mendengar ucapan suaminya.
"Apaansih kak. Frontal banget"
"Ya habisnya kamu godain aku terus. Bukan nggak mungkin kan kalau aku bakal makan kamu di sini?"
"Kakakkkk!!"
"Oke-oke kita makan sekarang"
Mereka makan siang dengan khidmat sesekali bergurau karena tingkah konyol mereka.
**
Dio menggosok tubuhnya dengan sabun di bawah guyuran shower, membersihkan sisa-sisa kepenatannya. Setelah sepuluh menit, ia mematikan showernya dan mengambil bathrobe di sampingnya. Melangkah menuju walk in closet dan memakai piyama tidurnya.
Dio membuka pintu kamar mandi dan mengedarkan pandangannya. Namun ia tidak menemukan keberadaan istrinya. Ia mengalihkan pandangannya ke pintu balkon yang terbuka. Di sana istrinya dengan piyama tidurnya, sedang memandang langit malam. Ia menghampiri istrinya dan memeluknya dari belakang.
"Kenapa ada di luar? Udara malam nggak bagus buat kamu"
"Sebentar saja kak"
Cukup lama mereka berdiam dan bepelukan seperti itu. Sampai akhirnya Dio melepas pelukannya dan berdiri di samping istrinya. Memegang pundak wanita itu untuk menghadapnya, menatap wanita itu dalam diam. Ia merasa istrinya sangat cantik malam ini, dengan sinar rembulan yang menyinari wajahnya membuat istrinya itu tampak mempesona.
Dysta yang ditatap suaminya seperti itu membuat debaran jantungnya bertalu-talu. Ia merasa tatapan Dio kali ini sangat intens. Perlahan tapi pasti, Dio mengikis jarak di antara mereka. Hingga benda kenyal lembut menempel di bibir Dysta, melumatnya pelan. Dysta mencengkeram erat pundak Dio. Ia merasa ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya.
Dio memegang tengkuk Dysta, memperdalam ciuman mereka. Ia mengeksplor semua yang ada di dalam mulut Dysta. Membelit lidahnya dengan lidah wanita itu. Tangan Dysta sekarang mengalung erat di leher Dio, ia merasa kakinya sangatlah lemas tak bertenaga. Benar-banar ciuman dengan sensasi yang memabukkan.
Dio melepas tautan bibir mereka saat dirasa mereka mulai kehabisan oksigen. Ia menempelkan keningnya di kening Dysta. Ia menatap istrinya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Dysta mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Ia merasa bibirnya sedikit bengkak. Ia memandang Dio yang saat ini memandangnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Tiba-tiba tubuhnya terasa melayang, Dio menggendongnya ala bridal dan membawanya masuk ke dalam kamar. Menutup pintu balkon dengan kakinya lalu meletakkan Dysta di ranjang.
Dysta merasa kali ini tatapan suaminya berbeda dan itu membuat jantungnya berdegub kencang. Perlahan tubuh Dio merangkak menindih tubuh Dysta, menatapnya dalam. Dysta yang berada di bawahnya meneguk ludah kasar.
"Bolehkah?" tanyanya. Dysta menatap suaminya lekat, kemudian ia menganggukkan kepalanya perlahan tanda ia memberi izin. Dio yang melihat itu tersenyum dan kembali mencumbu istrinya.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Hati (Completed)
Romance"Kamu akan jadi miliku Love. Selamanya kamu hanya miliku" "Loe yakin Di mau ngelakuin ini ?" "Loe tahu resikonya kan Di ?" "Gue yakin dan gue tahu resikonya" "Oke. Kita mulai sekarang" ~ Dio ~ ** "Kenapa kakak tega ngelakuin hal ini sama aku ? A...