#2 Angin

61 10 15
                                    

Bagi pembaca lama, silakan baca dari awal yaa, karena ada beberapa perubahan hehe Jangan sungkan meninggalkan komentar yaa!^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Stop joking!"

Gita menghela nafasnya dengan kasar, entah sudah berapa kali ia mengatakan hal yang sama pada Tara.

"Dibilang serius juga!"

"Terus nanti yang bangunin aku kalau kesiangan siapa? Yang ngingetin aku mandi siapa? Yang masakin aku siapa? Yang nemenin aku ngegabut siapa? OMG, CAN'T BELIEVE THIS!"

"Aku lagi serius, Ra."

"Dan aku sedang duarius, Ta."

"Kamu bisa pasang alarm, bisa order makanan, dan terakhir, kamu nggak pernah bener-bener gabut."

"Kamu, kan, tahu aku sering matiin alarm tanpa sadar. Terus kalau order makanan, selalu berakhir mesen ayam. Please, don't go!"

Gita terkekeh membenarkan semua alibi yang disebutkan oleh Tara. "Mau gimana lagi, Masku yang minta."

Tara kembali merebahkan dirinya di atas kasurnya. Seharusnya ia sudah tahu, tidak mungkin Gita tiba-tiba memutuskan hal tersebut, ia tahu betul bahwa saat ini hingga akhir tahun nanti, kegiatan himpunan sedang banyak-banyaknya dan juga bukan sekadar agenda sederhana.

"Aku mau cari kerja, deh, Ra."

Tara kembali terduduk dengan raut heran sekaligus terkejut. "Really?? Kamu pasti tahu kegiatan-kegiatan kampusmu sedang di zona nggak aman, dan sekarang kamu mau nambah nyari kerja?"

"Seengganya kalau aku cari kerja, aku masih bisa ngekos, Ra."

"No offense, but... kerja dengan sisa waktumu yang sedikit itu, paling juga hanya dapat berapa, kemudian kamu pakai untuk membayar kos, agar kamu bisa mempertahankan kegiatan-kegiatanmu. Let me ask you, apa yang sebenarnya sedang kamu pertahankan saat ini?"

Gita terdiam, sibuk berpikir.

Tara kembali merebahkan dirinya. Melihat Gita yang masih pada posisinya, membuatnya meringsut ke pinggir kasur dan menepuk sisinya yang kosong. Gita yang paham pun ikut merebahkan dirinya dan kembali menghela napasnya.

"Kupikir kuliah hanya sekadar mengejar ambisi." Ucap Tara pelan.

"Masku bilang, dunia setelah perkuliahan akan lebih ganas dari ini."

"Trust me, kalau kamu kuat, kamu bisa lebih ganas dari hidup."

Gita menoleh ke sisi kanannya, menatap Tara yang sedang menatap atap dengan tatapan menerawang. "How to be a girl like you?"

"Just be you."

**

Gita tersentak bangun karena bunyi dering ponselnya. Ia baru ingin meraba-raba kasur saat sadar disisinya terbaring Tara dengan gayanya yang menandai kasur tersebut berada di bawah kekuasaannya. Ponselnya tak berhenti berdering, membuat Tara ikut terbangun.

"Who dare to wake me up? Arghh!!" Kemudian kembali tertidur dalam sekejap.

Gita mendapatkan ponselnya dan melihat deretan angka tak dikenal di layar ponselnya.

"Assalamu'alaykum?" ucap seseorang di seberang sana.

"Wa'alaykumussalam. Ini siapa ya?"

"Saya siapa ya?" Gita mengernyit heran dan kembali memandangi layar ponselnya.

"Lho, kok, malah nanya balik? Telfon iseng ya?"

TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang