A L E T A

2. Rindu

"Entah kenapa hati gue sedih, saat lo bilang tentangnya, apalagi dengan keadaannya yang gue nggak tau."

~~~

"Luna..."

"Hm."

"Kok hm doang sih lo? Gue punya berita nih?"

"Berita apa?"

"Gue juga gatau."

"Lo gimana sih Ta? Kok gatau sih?"

"Kemarin itu Kak Naufal mau ngomong sesuatu sama gue, gue juga gatau apaan, sampe dia maksa gue buat pulang bareng yaudah gue ikutin, eh pas gue tanya apa yang mau di omongin dia bilang besok aja, gue kepo banget Lun, kira kira apaan ya?"

"Mungkin dia mau nembak lo Ta." senyum menggoda

"Kalo itu gak mungkin Lun."

"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, termasuk imipian gue buat milikin dia."

"Ah kok lo jadi bucin sih? Eh iya akhir akhir ini gue minta maaf ya Lun."

"Setau gue lo gak ada salah deh sama gue, kalo lo ada salah juga atau marah sama gue, lo sendiri yang bakal balik ke gue."

"Maaf kalau akhir akhir ini lo jadi sering pendengar gue, sementara gue akhir akhir ini jarang nanya tentang lo, lo juga jarang cerita ke gue."

"Sans aja kali Ta."

"Lun, sekarang lo anter gue ke kantin ya."

"Tumbenan lo."

"Kan biasanya kak Naufal di kantin, gue masih kepo soal kemaren."

"Yaudah."

***

Di sepanjang koridor Luna tak berhentinya mengoceh sendiri yang menurut dia, kak Naufal bakal ngungkapin perasaannya sama Aleta, tetapi Aleta yang tak mendengarkan semua ocehan Luna, dia menangkap sosok seseorang.

Mengerutkan dahinya "Siapa sih dia?"

Luna yang mendengar Aleta yang tiba-tiba berbicara langsung menghentikan langkahnya.

"Siapa apanya Ta?"

"Hah? Engga."

"Yang bener lo."

"Iya, udah lah gausah di bahas gak penting." memperlihatkan senyumnya walau kelihatan kaku

"Tunggu di situ aja yu Lun."

"Yaudah lo duluan, gue mau pesen makanan dulu. Lo mau nitip?"

"Iya deh, gue batagor sama es jeruk aja."

"Oke."

Siapa dia? Setiap gue ada, gue selalu liat dia. Apa gue harus cari tau? Tapi, masalah sama kak Naufal aja belum beres.

"Ngelamun terus lo."

"Eh?" gue yang lagi serunya mikirin siapa cowok misterius itu, sontak kaget saat Luna ngagetin gue.