18. TOD

34 3 0
                                    

"Gue bukannya nggak mau cerita, cuma gue belum siap orang lain tau tentang gue dan gue juga nunggu waktu yang pas untuk cerita."

***

"Kan udah beres nih tugasnya, gimana kalau kita.. Main TOD?" tanya Luna semangat

"Percuma ah Lun, rahasia gue udah terbongkar sama Reva!!" ucap Milka kesal

"Gue juga lagi males Lun.." timpal Reva yang berada di sebelah Luna

Tetapi Luna memberi kode dengan mengedipkan sebelah matanya kepada Reva, Reva yang tak mengerti menaikan kedua alisnya tanda 'apaan' kemudian Luna berbisik "Yang tadi.." dan langsung di anggukan setuju oleh Reva

"Mending kita semua ikutan aja biar seru." ucap Aleta

"Terpaksa laahh." ucap Diva

Mereka semua duduk melingkar kemudian Luna memutarkan pensil yang berada di tengah meja itu, dan berhenti di... Yap, Reva!!

"Yah, kok gue sih?"

"Tadi aja semangat lo Re." ucap Aleta sambil terkekeh

"Pilih apa lo?"

"Dare aja lah."

"Hari senin di sekolah lo sapa Fandi Carvallo, kalau bisa sih lo ke kelasnya aja." ucap Milka menantang

"Senin? Kan kita mainnya sekarang.."

"No ngelak-ngelak."

"Yaudah iya, yang nge chat Marcel tapi nggak di bales mah beda." ucap Reva dengan nada yang meninggi dan mereka semua tertawa

Pensil kembali di putar dan sekarang tepat di hadapan Aleta.

"Yah gue."

"Ayo, lo mau pilih Truth or Dare?"

"Truth aja deh." ucap Aleta

"Beneran lo?" tanya Diva yang kini bersuara

"Oke nggak bisa ganti." ucap Reva

"Tapi maaf ya sebelumnya Ta.." ucap Luna

"Maaf buat apa?"

"Tadi pas gue sama Reva nonton drakor di laptop lo, gue nggak sengaja klik folder yang isinya tentang puisi lo, lo suka banget bikin puisi ya?"

"Iya.. Terus kenapa minta maaf?"

"Tapi.. Tapii.." kali ini Reva yang menjelaskan

"Tapi, kenapa?"

"Tadi tuh saat kita udah selesai baca semua puisi lo, Luna nggak sengaja ke klik folder yang tanpa nama, dan itu tuh beberapa folder sampe lama ngekliknya, karena gue juga kepo. Kita klik sampai folder akhir yang isinya tentang..." ucapan Reva terhenti dan malah menangis kecil

"Lo kenapa Re?" tanya Diva

Reva menggeleng saat Diva bertanya dan mengabaikan pertanyaan itu.

Tiba-tiba Aleta bersuara dengan isakan tangis "Gue bisa jelasin semuanya.."

"Iya Ta, maka dari itu.. Sesuai Truth lo. Lo harus jujur sama kita semua, sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Lo semua liat apa yang ada di sekitar gue?"

Refleks, mereka semua melihat ke sekitar mereka, seperti rumah rumah umumnya, ada TV, sova, vas bunga, lantai rumah yang tingkat dan luas dengan kolam berenang di belakang rumah dan taman kecil.

"Gue nggak bahagia dengan ini semua, gue cuma bahagia dengan kasih sayang. Sementara gue tidak mendapatkannya. Gini aja deh. Karena di antara kalian cuma Luna yang kelas x sekelas sama gue, gue tanya Lun, Apa lo pernah denger tentang mamah yang nggak peduli sama gue?" tanya Aleta yang perlahan air matanya keluar

Luna menggeleng "Yang gue tahu tante Maya sayang banget sama lo."

Aleta tersenyum miris "Berbanding terbalik sama sekarang, orang tua gue selalu mikirin harta. Mereka terus bekerja tanpa mikirin gue." Aleta mengucapkannya dan perlahan air matanya keluar

"Lo harus sabar Ta." ucap Diva di sela-sela tangisannya

"Apalagi mamah, seakan gue tuh beda dengan bang Gibran. Kadang gue iri sama bang Gibran yang dapat perhatian mamah, bang Gibran juga tau kok, walaupun gue sama mamah dalam satu negara yang sama tetapi kami tidak saling dekat, artinya gue pun sama seperti bang Gibran. Jauh dari mamah dan papah..."

Mereka berempat menatap Aleta tidak percaya dengan sikap mamahnya.

"Kadang juga gue suka mikir, kenapa mamah seperti itu, nggak mungkin tanpa alasan kan? Atau.. Gue suka mikir atau mungkin gue bukan anak kandungnya?" ucap Aleta setelah mengeluarkan semua unek-unek nya dan menutup mulutnya perlahan air matanya semakin membanjiri wajah cantiknya

"Aleta, gue yakin lo kuat, lo sahabat gue yang periang, selalu tersenyum, tapi gue nggak nyangka lo punya masalah seberat ini, seharusnya lo jangan tanggung semua masalah lo sendiri Ta, ada kami." Milka memberi penguatan untuk Aleta dan langsung memeluknya

"Kalau lo butuh kami, kami siap ada untuk lo Ta.." kali ini Luna yang bicara

"Karena kalian nggak ngerasain apa itu senyum palsu.." tiba-tiba perkataan itu keluar dari mulut Reva dan semuanya langsung mengalihkan mata kepada Reva

"Re?" tanya Diva yang di sebelahnya

"Lo kenapa Re?" Aleta bertanya karena takut sahabatnya itu kenapa-napa

Reva menghapus semua sisa air mata yang mengalir di pipinya "Hah? Gue.. Kayaknya salah ngomong, maaf ya... Euumm efek nonton drakor, sory ya." perkataan Reva yang terdengar sangat kaku dan kemudian berjalan ke arah Aleta, mereka semua berpelukan

"Lo harus kuat Ta, gue yakin suatu saat nanti semuanya akan berubah." bisik Diva saat memeluk Aleta

"Tunggu, tunggu.. Kita pelukan gini udah kaya teletubbies aja." tiba-tiba Luna berbicara, mereka semua tertawa

"TOD lagi?" tanya Reva dengan semangat

"Siapa takut, ayo!!!" teriak Milka tak kalah semangat dari Reva

Pensil di atas meja kembali di putar, dan sekarang berhenti di.... Yap!! Milka.

"Mati gue!!" bisik Milka pada dirinya sendiri

"Dare?"

"Yaudah iya gue pilih dare."

"Syiiaapp laaa." Luna yang berbicara tetapi Reva yang menantang

"Oke, darenya lo har-" ucapan Luna terpotong oleh Reva

"Lo harus kasih susu kotak, hari senin ke kelas Marcel pagi hari." Reva menaikan sebelah alisnya kemudian tertawa kencang

Milka yang tak mau kalah menantang juga "Siapa takut!!"

Mereka semua tertawa, Aleta pun ikut tertawa yang kemudian ada suara dari pintu luar membuat semuanya terhenti tertawa.

Tok.. Tok.. Tok..

"Siapa Ta?"

"Jangan-jangan..."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A L E T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang