8. Sunset

23 13 0
                                    

"Nggak seharusnya gue maksa lo karena gue sadar gue hanya temen lo yang baru lo anggap sahabat."

~~~

Setelah mereka debat panjang tentang video itu, akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke rumah pohon itu.

"Le.."

"Hm?"

"Kalau lo pulang malem, lo gak di marahin ortu?"

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Kan kita mau liat sunset dulu, otomatis lo bakal pulang malem, tapi sans nanti gue anter kok."

"Maksud gue, kenapa lo nanya gue bakal di marahin atau nggak?"

"Kan biasanya, kalau anak cewek suka di khawatirin berlebihan gitu."

"Hahaha, lucu lo. Apa lo bilang? Khawatir? Boro-boro Ka."

"Lo... Broken home?"

"Bisa jadi, tapi gue aneh."

"Aneh? Why?"

"Orang bilang gue anak manja, manja dari mananya coba?"

"Mungkin dari wajah lo."

"Wajah gue emang kenapa?"

"Keliatan banget anak manjanya." tertawa

"Atau mungkin dulu."

"Dulu?"

"Iya dulu, kehidupan gue dari kecil sampai kelas X, aman aja."

"Sekarang?"

"Yaa, semenjak kelas XI, kehidupan gue berubah. Seakan berbanding terbalik sama kehidupan gue dulu."

Tanpa sadar gadis itu meneteskan air matanya.

"Lo nggak usah nangis, ada gue. Gue bisa ko jadi temen curhat lo."

Aleta mengangguk, tiba tiba terlintas di kepalanya untuk bertanya pada Raka.

"Hhmm..."

Raka menengok ke arah Aleta.

"Kalau lo gimana?"

"Mungkin untuk saat ini, gue sama kayak lo."

"Broken home?"

"Iya."

"Kita sama."

"Udah-udah gak usah bahas itu, tuh sunsetnya."

"Mana?"

"Itu tuh." tunjuk Raka

"Mau gue foto."

"Norak lo."

"Jarang-jarang gue liat sunset indah gini, di tempat nyaman lagi."

Aleta mengambil gambar dari ponselnya.

"Sini, lo gue fotoin."

Aleta menyerahkan ponselnya kepada Raka.

Setelah di foto, Raka kembali memberikan ponsel Aleta kepada pemiliknya.

A L E T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang