******"Ha. Ha. Ha." Ora berlagak tertawa. "Untuk seorang perwira yang menjabat kepala, selera humor Anda cukup--" memiringkan kepalanya dan menatap dengan cara mencela-- "receh."
Bayu malah tersenyum memesona. "Yang receh itu yang mudah diingat, Debbie, oh ... maaf, Deborah Christine. Mau taruhan?" sahutnya manis.
"Taruhan?"
"Kata orang, perempuan itu suka ngemil. Mana yang lebih enak buat camilan, kue black forest, atau gorengan? Pasti gorengan, tho? Tidak mungkin orang ngemil black forest kalau tidak kepengin gemuk atau bangkrut. Jadi gorengan itu pilihan paling logis, walaupun gorengan juga bikin gemuk. Gorengan itu ... lebih murah, lebih receh, lebih banyak dipilih."
Ora mengerutkan kening. "Saya tidak suka ngemil," tandasnya. Dia bangkit, dan mengangguk dengan sopan.
"Permisi."Anggun, Ora melangkah keluar dari ruangan itu, meninggalkan Bayu yang senyum-senyum sendiri seperti orang stres. Saat pengacara cantik itu sudah tak terlihat, Bayu langsung berdecak.
"Oalah, Bay! Receh betulan lho sampeyan," gumamnya pada diri sendiri. Dia bangkit, lalu berjalan ke mejanya, dan memutar sebuah nomor.
"Halo? Mim, siang ini saya kirim barang bukti yo, kasus perkosaan. Hm ... pinter. Inget, langsung email duluan ke saya. Iya, matur suwun."
Sambil meletakkan gagang telepon kembali, Bayu tercenung.
Ada banyak kasus terjadi di yurisdiksinya, tetapi sejujurnya, kasus Tatik ini cukup membunyikan alarm tanda bahaya di kepalanya. Dia yakin, kasus ini tidak akan mudah. Buktinya, belum mulai saja Tatik sudah berniat menarik laporan yang diajukan Puspa. Apa motivasinya, Bayu bisa menerka, dan dia tidak akan sampai hati untuk menilai wanita itu. Apalagi menganggapnya penakut. Karena siapa pun yang ada di posisi Tatik bisa saja melakukan hal yang sama.
Itulah sebabnya, Bayu tanpa ragu menggunakan hak dan kewajibannya sebagai petugas dengan memasukkan laporan polisi. Yaitu laporan yang dibuat petugas jika mendapati adanya indikasi pelanggaran atau tindak pidana.
Dengan begitu, Bayu berharap agar wanita malang itu mendapatkan keadilan, tanpa harus mendapatkan tekanan lebih dari seharusnya.
Diambilnya berkas laporan Ora dan dipelajarinya dengan sungguh-sungguh. Meski menjabat sebagai kepala di Polres, bukan berarti Bayu melepaskan semua pekerjaan kepada anak buahnya. Ada beberapa hal yang tetap dia kerjakan sendiri dengan berbagai pertimbangan, seperti kasus ini. Kasus yang dia yakin tidak akan sesederhana kelihatannya.
Dan ... jangan pernah salah menilai Sangiang Bayu Buana, si perwira playboy. Meski sekarang pembawaannya terkesan lebih santai dan terlihat kurang tegas, tetapi ketajaman sebagai salah satu penyidik terbaik Polri sama sekali tidak berkurang. Malah, semakin terasah seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
Dengan hati-hati dan teliti Bayu menelusuri data diri Tatik, si korban, terlebih dulu. Dia punya firasat, latar belakang inilah yang akan menjadi bagian dari pekerjaan rumah terberat petugas dan juga pengacaranya.
Tatik adalah seorang ibu tunggal berusia empat puluh tahun, dengan penampilan jauh lebih muda dari usianya. Tipe wanita yang sangat menarik perhatian. Wajahnya yang cantik dengan tubuh indah memungkinkan dia bekerja sebagai pemandu karaoke dan waitress di malam hari. Tatik juga berjualan kue di pasar pagi harinya, menunjukkan kalau dia juga seorang pekerja keras.
Jadi ... kalau ada yang bisa dicurigai sebagai pelaku kekerasan terhadapnya, tempatnya bekerja adalah titik pertama dan utama untuk mencari.
Hm ... akan sangat membantu kalau pemilik karaoke dan bar tempat Tatik mau meminjamkan rekaman CCTV mereka. Kalau tidak mau pun ... ada si biang kerok Yemima, sahabatnya di Labfor yang jago meretas jaringan macam peretas profesional, meski itu berarti akan melanggar prosedur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penantang Badai (Sudah Terbit)
ChickLitKini tersedia di Gramedia. (Cerita dimulai Februari 2019, selesai April 2021, dihapus 23 Juli 2021 untuk penerbitan) Pernahkah kamu memegang sayap kupu-kupu? Indah, tetapi rapuh dan dengan mudahnya tercabik. Namun, tahukah kamu kalau dengan sayapny...