Part 16

216 21 4
                                    

Kagami menumpu badannya dengan tangan kanan ke dinding. Napasnya tersengal-sengal. "G-gila... tak kusangka dia bisa sampai begitu...." Dia menyandarkan punggungnya. Perlahan ia lemaskan tubuhnya dan mulai duduk.

"Wah. ternyata kau pandai akting juga." Seseorang muncul di depan Kagami. Dia bertepuk tangan. "Kagami-kun." Dia menyeringai.

"Kau...." Kagami menatap tajam pria itu.

"Heh... apa? Kenapa kau menatapku begitu?" Dia berkata dengan nada seakan bingung. "Aku memberimu selamat, lho." Namun, senyumnya yang beribu makna itu tak hilang dari wajahnya.

"Apa maumu, hah?!" Kagami mulai tersulut.

Dia mengangkat tangan seperti menyerah. "Tunggu dulu. Tenanglah. Aku hanya penasaran kenapa kau melakukan itu." Senyumnya tak kunjung pudar.

Kagami terlihat kesal. "Tak ada hubungannya denganmu."

Sosok yang di hadapan Kagami justru tertawa. "Tentu saja, ada! Aku ini penonton setia."

"Berisik!" Kagami langsung bangkit dan hendak meninju orang itu tetapi gagal sebelum melancarkannya. Kakinya terkilir.

"Lihat itu. Kau benar-benar ketakutan dengan si kulit hitam, ya? Kasihan." Tangannya mengulur ke surai merah itu. "Mau kubantu berdiri?" tanya pria itu dengan senyuman.

Tanpa basa-basi, Kagami menepisnya. "Aku tidak percaya padamu."

"Wohoho~ drama picisan, nih?" Gaya orang itu seperti merendahkan. "Maaf, ya. Aku juga tidak percaya."

Tatapan Kagami menajam kembali. "Lalu, untuk apa kau membuntutiku?!"

Pria itu menghela napas kasar. "Bukannya aku sudah bilang tadi? Aku penasaran saja." Kagami mengigit bibirnya, menahan amarah yang mulai meluap. "Tidak percaya padaku tapi ragu dengan temanmu. Orang macam apa kau ini?"

Benar. Kagami tidak tahu harus mempercayai siapa. Tak ada hal pasti di depannya saat ini. Mencari kepastian pun bukan perkara mudah. Dia sudah mencoba menggali informasi dari internet maupun media massa tapi hasilnya tetap nihil. Tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Kalau tidak keberatan," ucapan lelaki itu membangunkan Kagami. "Aku bisa membantumu mencari apa yang kau butuhkan." Lagi-lagi pria itu tersenyum penuh arti.

Pemuda yang sebelumnya tinggal di Amerika ini menimbang-nimbang. Tawaran yang bagus, menurutnya. Tetapi, dia juga sangat curiga pada orang ini. Bisa jadi, informasi yang dia berikan palsu. Jadi, tidak ada jaminan bahwa dia bisa menjadi rekan untuk sementara ini.

Melihat sikap Kagami yang tengah berpikir, kembali orang itu membuka suara. "Tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Ingat saja, jika kesempatan ini dibuang begitu saja, kau takkan dapat apapun."

Kening Kagami berkerut. Sudah berapa lama otaknya berputar sedari tadi? Dia masih belum menemukan titik terangnya. Masih banyak hal janggal saat ini. Perlu diteliti ulang setiap potongan puzzle yang dia temukan. Belum ada kecocokan sama sekali.

Dan tanpa sadar, pria tadi sudah luput dari pandangannya. Kagami berdiri dengan tangan kanannya yang bertumpu pada dinding. Denyutan di kakinya membuat pemuda ini meringis. Menyedihkan, memang. "Sebaiknya aku pergi ke UKS dulu," gumamnya.

Di sisi lain, Aomine sudah tenang di kursinya walau masih ada kerutan di dahinya. Pembicaraan berlanjut.

"Jadi, apa rencana selanjutnya-ssu?" Kise melempar pertanyaan.

Aomine memajukan kursinya. "Kemungkinan kita menelusuri ulang rentetan kejadiannya dari beberapa hari sebelum terjadi hal itu. Atau memang hanya itu?"

"Masih ada satu lagi dan dapat menghemat waktu karena kita lakukan bersama," kata Akashi.

Alis Murasakibara terangkat. Sebelumnya dia sepakat dengan Aomine. "Eh? Ada lagi, Akachin?"

Si absolut mengangguk. "Kita menunggu pelaku beraksi kembali."

"Benar," sambar Midorima.

"Tunggu!" Kise menggebrak meja. "Kita membiarkan pelakunya melakukan aksinya lagi? Tidak. Aku tidak terima!"

Murasakibara menatap sayu si surai kuning. "Tenanglah, Kisechin."

"Siapa bilang membiarkannya, nanodayo?"

Akashi tersenyum. "Tentu saja, kita akan menangkapnya ketika mereka melancarkannya lagi."

"Baiklah." Kasamatsu-sensei menegapkan punggungnya. "Sepertinya sudah diputuskan. Kita akan menunggu pelakunya menampakkan batang hidungnya. Sekian."

"Baik!" sahut murid-murid itu.

Keesokan harinya, mereka menjalani keseharian seperti biasa. Pagi hingga petang mereka bersekolah lalu dilanjutkan menyelidiki kasus tersebut.

Bersambung....


Maaf baru update dan ini cuma sedikit :" maaaaffff banget *nangis darah* /g

Semester ini lagi musim ujian wkwk. Mohon dimaklumi *sungkem*

Oh iya, part selanjutnya mulai aksi lagi ya (kalau tidak terkendala)

Oke. Mohon dukungannya ya~! See you~ :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~Unexpected Incident~ [Kuroko no Basuke FanFic] [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang