Menyebalkan

252 49 32
                                    

Bagi Viola hari minggu sangat membosankan. Apalagi hanya diam di rumah memperhatikan Kakaknya yang sibuk main game.

"Kak, " panggil Viola yang melihat Vino sibuk dengan androidnya.

"Apa," jawab Vino.

"Pinjem HP!" pinta Viola.

"HP lo kan ada," sela Vino malas.

"Gak ada kuota," jawab Viola dengan senyum kecutnya.

"Ck," decak Vino lalu memberikan ponselnya ke Viola. Sedangkan Viola hanya tersenyum melihat kakaknya.

"Kau memang kakak terbaik di Dunia," tukas Viola merayu.

"Giliran ada maunya," lirih Vino malas. Viola tidak peduli dengan tanggapan Vino.

Viola membuka FB-nya dan muncullah postingan terbaru Dino.

'Aku ingin ke Jakarta, melihatmu.'

"Bulshit!" Setidaknya kata itu yang pertama keluar dari bibir mungil Viola. Di satu sisi ia sangat merindukan Dino, namun di sisi lain ada rasa benci yang masoh memoar dalam matinya. Bagitulah, jika cinta berawal dari benci, tidak menutup kemungkinan benci berawal dari cinta.

"Enak ya jadi cowok, kalau mau lihat Buaya tinggal ngaca," jeda Viola sebelum sepasang mata horor terlihat ingin menelannya hidup-hidup.

"Bercanda," sela Viola menahan tawanya.

"Lebih enak jadi kamu, kalau mau lihat Bidadari tinggal ngaca," sahut seseorang yang entah sejak kapan duduk di samping Vino. Siapa lagi kalau bukan si pengganggu Farel, Farel dan Vino memang selain sahabat juga sudah seperti saudara, selama Viola di lombok Farel-lah yang selalu menemani Vino.

"Lo sejak kapan disini?" tanya Viola ke Farel.

"Sejak lo ada disini," jawab Farel sambil menunjuk hatinya. Viola yang memang sebenarnya baperan berusaha untuk mengendalikan tingkat bapernya.

"Mau lihat orang alay? Nih di sebelah gue," sindir Vino.

"Mau lihat orang jelek? Nih di sebelah gue," balas Farel tak kalah.

"Mau lihat orang utan? Noh di depan gue," tambah Viola, sontak Farel dan Vino menatapnya.

"Jangan tatap gue, mata kalian jelek." Pernyataan Viola semakin membuat Vino dan Farel jengkel.

"Rel, bunuh adik sendiri dosa nggak?" tanya Vino.

"Allah melaknat siapa saja yang membunuh saudaranya," sahut Viola memberi ceramah lalu menyalakan TV.

"Terserah!" ucap Vino menuju dapur.

"Viola, nomer 2!" pinta Farel saat melihat remot dikuasai tangan Viola.

"Jangan jadi nomer 2. Enak sih, tapi kau sama saja mengambil kisah pemeran utama," ucap Viola dramatis.

"Nomer 3!" pinta Farel yang malas debat dengan Viola.

"Jangan jadi nomer 3, Kau sama saja menghancurkan kisah antara 2 pihak utama," jawab Viola. Lagi-lagi Farel harus menahan kakinya agar tidak menendang Viola ke daratan Slandia baru. Vino yang baru datang menahan tawanya.

"Vin, dulu mama lo ngidam apasih nyampe ngelahirin dia?" bisik Farel ke Vino, samar-samar didengar oleh Viola.

"Dulu pas ngidam, mama gue pengen liburan ke Neptunus," Jawab Vino yang membuat Farel tertawa.

"Pantesan hahaha," tawa Farel mengundang tatapan Viola. Vino sepertinya sudah tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Gue ke toilet bentar," sahut Vino meninggalkan Farel yang masih tertawa.

Bugh, Remot yang dipegang Viola langsung mendarat sempurna di muka Farel.

Matematika Cinta (Sudah Terbit✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang