Viola Vs Aurel

114 28 2
                                    

"VIOLA DEWI NEPTUNUS PUTRI KADALUARSA!"

Seketika Viola bangun dari mimpi indahnya, namun terlihat buruk ketika ia menyadari bahwa itu hanya mimpi. Ia membuka matanya hingga terlihatlah Vino yang berkacak pinggang dengan tatapan yang menyeramkan. Viola hanya tersenyum geli lalu meninggalkan Vino yang siap meledak layaknya Supernova di Semesta.
***

"Vio? Kok lo baru dateng sih? Telat bangun?" Itu suara Farel, si kepo dari lembah Pluto.

"Itu tadi Vino telat bangunnya," jawab Viola, si misterius dari bukit Neptunus. Viola juga mempunyai bakat sebagai drama queen. Lihat saja bagaimana ia mudah menyusun diksi-diksi alasan yang meleset jauh dari kebenaran asal. Farel mengangguk mengerti.

"Viola!" Aurel memanggil Viola. Viola sudah cukup tahu tentang Aurel dengan Vino. Ia pun tahu Aurel mencintai Alvan, si guru matematika.

"Flashback On"

"Dulu, Vino sama Aurel pacaran, mereka kayak bahagia banget. Vino sangat mencintai Aurel, tiba-tiba Aurel minta putus tanpa alasan. Hingga suatu waktu, Vino mengetahui bahwa Aurel sedang mengejar Alvan, si guru yang cukup tampan," jelas Farel.

"Lalu bagaimana reaksi Vino?" tanya Viola.

"Vino menangis, iya terdengar cengeng untuk laki-laki. Tapi perempuan mana tahu, kita sebagai laki-laki juga makhluk yang dianugrahkan perasaan dari sang causa prima. Kita juga bisa nangis," tambah Farel.

"Flashback Off"

"Lo tuh jangan sok kecakepan, lo cantiknya cuma sedikit selebihnya cantikan gue," ucap Aurel, Viola bergidik ngeri mendengar omelan Aurel.

"Ini tuh sekolah. Bukan ajang nyari kategori si cantik," sinis Viola santai.
Farel yang bingung memutuskan menjadi penonton yang baik. Pacar durhaka memang.

"Lo tuh ya gue ingetin lo jauhin Alvan, karena dia itu milik gue. Milik Aurel!" ucap Aurel semakin jelas.

"Gue itu ga bisa inget. Memori otak gue itu mahal. File murah ga bisa ditampung," balas Viola, Bukan tentang Viola merebutkan Alvan. Tapi tentang Viola kesal dengan Aurel yang pernah menyakiti kakaknya.

"Lo berani sama gue?" Lagi-lagi nada suara Aurel membawa hawa tegang di kelasanya.

"Gue takutnya sama Allah, sama Malaikat, Nabi, hari akhir dan Neraka. So, nama lo ada?" tanya Viola balik.

"Lo tuh ya bisa diam gak!" bentak Aurel.

"Fungsi mulut itu untuk berbicara. Emang elo, yang bicara pake hidung," balas Viola nyinyir. Sontak semua seisi kelas tertawa. Aurel jangan ditanya, andai saja ia adalah Mak lampir, sudah dipastikan ia akan menyihir Viola menjadi sisir."

"VIOLAA!" Akhirnya keluarlah ayat suci dari bibir sakti Aurel.

"Aurel! kamu kenapa ribut-ribut?" Alvan yang tidak sengaja mendengar kegaduhan masuk ke kelas XI-Ips 1.
Aurel diam, jika sudah tentang Alvan sudah dipastikan mulut Aurel terbungkus sopan.

"Hmm tidak apa-apa kok, cuma latihan drama," jawab Aurel dengan senyum ramahnya.

"Ia Pak, lagi latihan drama. Jangan lupa nonton di Indosiar nanti, Pak. Judulnya Azab, ntar ceritanya mayat Aurel kesandung di atas tower depan sekolah," cerca Viola. Aurel melotot, Farel hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat gadis aneh yang berstatus sebagai pacarnya. Alvan jangan ditanya, ia tidak mengerti sama sekali.

"Permisi, Pak! Kelas bapak sepertinya sedang mengalami kanker ribut stadium lanjut," sahut Farel.

Alvan mengangguk lalu keluar, "saya permisi!"

Matematika Cinta (Sudah Terbit✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang