Chapter - 4

20.7K 622 21
                                    

Declan menatap bingung. Melihat Kelsey yang sudah siap diatas ranjangnya dan sedang memoles kuku jarinya. "Mau kemana?"

Kelsey mendongak. Melihat Declan yang masih memakai handuk, pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan tampilan segarnya membuat Kelsey sangat ingin menyerang Declan. Setidaknya Kelsey bisa menahan dirinya untuk pagi ini mengingat apa yang telah ia niatkan sejak tadi malam.

"Kekantor."

"Kantor?" Declan mungkin saja salah mendengar. Kelsey paling ilfil diajak kekantor. Walau Declan memohon sekalipun, Kelsey akan menolak. Tapi lihatlah apa yang dilakukan gadis kesayangannya. "Kenapa?"

"Kekantor kakak harus ada alasan?"

Pertanyaan Kelsey yang dipenuhi dengan keluguan membuat Declan tersenyum. "Tentu. Jika orang yang akan pergi adalah dirimu."

Kelsey mencebik. "Jadi aku adalah orang yang harus memiliki alasan jika ingin pergi ke tempat kerja kakakku sendiri? Wah, betapa hebatnya kakak memperlakukan aku."

Declan berjalan keatas ranjang, meletakkan salah satu lututnya di kasur empuk itu. Mendekatkan wajahnya kearah Kelsey yang masih menatap polos. "Berikan alasan yang tepat?"

Kelsey menggigit bibirnya berpikir.

Declan mengepalkan tangannya. Kebiasaan Kelsey yang satu ini sungguh tidak bisa di tolerir oleh tubuh Declan. Cara gadis itu mengigit bibirnya yang merah membuat Declan merasakan seluruh kefrustasian dunia ada di kepalanya.

Entah Kelsey memang sengaja melakukan semua itu untuk menggodanya. Tapi kepolosan gadis itu membuat Declan tidak menemukan cela dalam sikap tersebut.

Kelsey menatap Declan dengan senyuman aneh. Declan merasa panas dingin, tatapan itu menjurus ke ruang lingkup dewasa. Declan sangat tahu arti tatapan itu.

"Sekretaris kakak memberitahu kalau kakak punya kursi kerja yang baru, kursinya terasa nyaman. Bagaimana kalau kita coba?" Kelsey menatap Declan dengan matanya yang menggoda.

Declan menelan ludahnya. Semudah itulah Kelsey membuat deru nafasnya berubah. Bahkan tubuh Declan terasa panas dan benda diantara pahanya mengerang.

Declan menatap tubuh Kelsey. Melihat pakaian yang di kenakan gadis itu, cukup tertutup tapi bagi Declan bukan hal sulit untuk membukanya. Declan meraih bagian atas pakaian tersebut. Mencoba mencari tahu apa Kelsey bisa melakukannya disini saja karena sepertinya ia tidak akan tahan kalau mereka harus menunggu di kantor.

Tapi tentu saja Kelsey adalah Kelsey. Jika sekali saja tidak menyiksa Declan pada seks mereka maka gadis itu tidak akan puas. Seperti sekarang, dengan gampangnya Kelsey menepis tangan Declan. Membuat Declan mengerang frustasi dan menjatuhkan kepalanya diatas kasur.

Kelsey dengan lembut mengusap kepala kakaknya. "Kakak harus berpakaian, kakak tidak ingin terlambat bukan?"

Declan meletakkan kepalanya di pangkuan Kelsey. "Aku bosnya. Aku bisa datang kapanpun aku ingin."

Kelsey mendengus. "Kakak ingin karyawan kakak memandang rendah jabatan kakak? Jadi ayo berpakaian dan kita pergi kekantor." Kelsey meraih kepala Declan dan mengangkatnya.

Declan duduk didepan Kelsey. "Kau adalah alasanku mati muda. Kau tahu?"

Kelsey melongo. "Kenapa aku?"

Declan menarik hidung Kelsey yang membuat gadis itu mengerang sakit. Tapi Declan malah tertawa.

"Kakak jahat!"

"Kau lebih jahat. Kau lihat ini?" Declan menunjuk selangkangannya. "Sudah berapa kali kau menyiksa dia."

Kelsey menatap kesana dengan senyum malaikatnya. "Dia mengerti aku kak. Tidak seperti kakak."

"Wah, siapa yang mengajarkanmu berkelit semudah itu? Semakin hari bahasamu semakin bagus saja. Apa sudah saatnya kau membantu kakak dikantor? Bagaimana menurutmu?"

Kelsey meringis. "Apa kita bisa membahas yang lain? Seperti misalnya apa menu makan malam kita nanti. Aku benar-benar sedang ingin masakan China sekarang." Kelsey mengetuk-ngetuk dagunya berpura-pura berpikir.

Declan menatap adiknya cela. "Si pandai berkelit." Ejek Declan.

Kelsey hanya tersenyum-senyum tidak jelas. Melihat Declan yang sudah bangun dari ranjang dan mulai berjalan menjauh. Pria itu membuka lemarinya dan memilih beberapa pakaian secara acak. Tatapan Kelsey jatuh pada foto mereka berempat yang dipajang Declan tepat diatas kepala ranjang. Tatapan gadis itu berbeda melihat ibu dan ayahnya. Tatapan itu jatuh pada ayahnya, tatapan antara kesal dan juga kasihan.

Dikamarnya Kelsey tidak meletakkan foto orangtuanya. Hanya foto dirinya dan Declan.

Foto orangtua mereka adalah cara Declan menyadarkan dirinya kalau Kelsey masih adiknya yang sah. Kelsey tahu itu. Sebab itulah jika mereka melakukannya, mereka akan selalu melakukannya dikamar Kelsey dan bukan kamar ini. Seolah kamar ini sangat suci bagi Declan. Tapi tadi Declan tergoda pada pancingannya, Declan lupa pada aturannya sendiri.

Sekarang Kelsey melihat kearah lemari dan menemukan Declan masih berdiri disana. Kelsey tahu kalau Declan pastinya sedang menyesal sekarang, menyesali dirinya atas apa yang terjadi tapi apa yang harus Kelsey lakukan? Mengatakan semuanya pada Declan dan membiarkan Declan membencinya? Tidak mungkin! Kebencian Declan adalah neraka untuk Kelsey dan Kelsey tidak akan dengan sadar mengatakan semua itu. Tidak akan pernah.

Biarkan Declan berdiri diantara rasa bersalahnya karena dengan cara itu Declan akan tetap berada disisinya. Kelsey egois, ia tahu itu. Tapi Kelsey tidak peduli. Kesalahan ibunya dimasalalu tidak akan membuat Kelsey melakukan hal bodoh. Dia bukan ibunya. Dia bukan wanita curang itu.

Declan sudah menutup lemari dan wajah Declan pastinya telah ia buat normal. Declan menatap adiknya dengan senyuman.

"Kakak, apa kita bisa meletakkan foto ayah dan ibu digudang?" Kelsey tahu permintaan itu gila. Tapi Kelsey tidak peduli, dia harus membuat Declan melupakan ikatan darah yang dipercayai Declan.

Declan menatap Kelsey dengan bingung. "Kenapa? Kau tidak merindukan mereka?" Declan sudah memakai celana dan kemejanya.

"Rindu pastinya. Tapi aku sering sedih melihat foto ini, jadi bisakah kita taruh di gudang saja?"

"Opini lainnya adalah tidak masuk ke kamarku, Kelsey. Bagaimana?"

"Jadi kakak melarang aku masuk kesini?"

"Kelsey, bukan begitu. Maksudku.."

Kelsey beranjak dari ranjang. Membuat Declan hendak mengejar karena melihat perubahan tidak baik pada wajah Kelsey. Tapi gadis itu dengan gesit sudah membuka pintu dan pergi. Declan mengerang kesal.

Mata hijau Declan menatap figur ayah dan ibunya. "Apa yang harus aku lakukan?" Declan bertanya pada figur itu dan pastinya tidak mendapatkan jawaban apapun.

Scandal With My Brother | Sin #1 ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang