Chapter - 8

12K 432 9
                                    

Declan tidak tahu kenapa ia bisa berakhir di kafe ini dengan gadis yang sekarang sedang mengaduk kopinya. Pria itu melirik kearah Abigail dan tidak senang dengan apa yang sudah dilakukan nenek tua itu pada situasi ini. Nenek itu sangat pandai merancang sebuah pertemuan bahkan acara minum kopi seperti ini, tapi semua karena Abigail yang ikut andil didalamnya. Gadis disampingnya benar-benar berpengalaman dalam hal ini.

"Aku belum sempat mengatakan terimakasih padamu untuk malam itu. Jika kau tidak ada.."

"Aku hanya melakukan hal biasa. Setidaknya dengan melakukan itu aku bisa pulang dengan cepat dan tidak bermalam dijalanan." Sindiran halus dari Declan seharusnya mengenai Abigail. Mudah saja bagi Declan menolak semua ini, pertemuan, minum kopi, bahkan apapun tentang Anderson. Tapi jika Declan melakukan itu semua, rasanya akan sangat aneh. Setidaknya ia harus tahu apa tujuan Abigail untuk semua ini. Tebakan Declan pastinya adalah perusahannya. Tidak akan salah.

"Aku tahu kalau aku salah. Intinya, terimakasih Declan Sanders."

Declan menatap jalanan diluar sana. Tidak menimbali Abigail. Pikirannya sedang tertuju kearah adiknya, sedang apa dia sekarang? Kenapa Declan merasakan rindu merajainya? Pengaruh Kelsey semakin kuat saja di setiap detik yang berlalu. Declan bahkan yakin kalau Kelsey pergi darinya, ia tidak akan bisa hidup lagi. Kelsey adakah segala apa yang mampu membuat Declan menjalani kenormalan hidup.

"Nenek memberitahu aku untuk merayumu dan menjadikan kau milikku. Setidaknya nenek ingin kita menikah agar sahammu aman dengan adanya pernikahan itu."

Suara Abigail menembus gendang telinga Declan. Apa ia salah dengar? "Apa?"

"Aku setidaknya sudah jujur padamu. Nenek sering memakai kami untuk meraih jalannya sendiri."

Keterusterangan Abigail membuat Declan tidak percaya. "Dan kenapa kau merasa harus jujur padaku?"

Abigail menatap Declan dengan senyum manis. Gadis yang ditolong nya malam itu benar-benar tidak ada didepannya. Jelas apa yang di perlihatkan Abigail sekarang sangat berbeda dari karakter gadis lugu yang terluka.

"Setidaknya harus kukatakan sejak awal, karena begitulah aku bekerja. Walau pada akhirnya kau ataupun pria yang lain aku jatuh berlutut padaku. Aku seperti memiliki keberuntungan yang diberikan dewi Fortuna. Setiap pria yang aku dekati hanya berakhir dengan jatuh cinta padaku, begitupun kau."

Declan tertawa kecil. Dia tahu sekarang kalau Abigail adalah versi muda neneknya. Penuh percaya diri dan juga meyakini dirinya.

"Kau akan menolakku diawal tapi nanti pasti akan berakhir sama." Abigail menyeruput kopinya. Menatap Declan dengan tatapan dalam yang membuat Declan yakin kalau itu salah satu bisa yang ditanam Abigail untuknya.

Declan mengangguk. "Percaya diri. Cantik. Kaya. Kau adalah perempuan dengan kesempurnaan yang tidak bisa diragukan. Kau adalah idaman pria normal manapun. Jadi patut kau merasa seluruh dunia akan bertekuk lutut padamu." Declan memuji membuat Abigail tersenyum.

"Tapi bukan hanya aku yang patut diperingati, kau juga." Tambah Declan.

Abigail mengerutkan keningnya. Menatap Declan dengan penasaran.

"Tidak jarang bahkan terlalu sering perempuan memujaku pada akhirnya. Tapi harus kutegaskan dari sekarang kalau aku tidak tertarik, padamu atau siapapun wanita diluar sana. Hanya satu orang yang ada didalam hatiku. Hanya satu mahluk hidup yang bisa membuat aku menghancurkan dunia ini. Dan pastinya itu bukan gadis sepertimu, Ms. Anderson." Declan tersenyum miring.

"Bukankah kita belum tahu kalau kita belum menjalaninya. Mari mulai permainan menahlukkan hati ini."

"Aku tidak akan memulai apapun, Ms. Anderson. Mundur lah sekarang dan katakan pada nenekmu kalau dia memilih target yang salah, karena aku tidak bisa mengorbankan waktuku untuk bermain denganmu. Dengan sosok yang sudah aku tahu tidak akan bisa membuat aku berubah pikiran."

Declan bangkit dari duduknya. Membuat Abigail menatap jengah. "Apa hanya sampai disini kau berani, Declan? Setidaknya kukira kau tidak sepengecut ini."

Declan memutar tubuhnya. Dia tidak perlu menimpali ucapan Abigail, karena sekarang dia benar-benar ingin bertemu adiknya dan menggenggam tangan adiknya untuk mengorasikan pada dunia siapa yang pantas ada di sisinya.

Saat ia berhasil keluar dari kafe, Abigail sudah menarik lengannya. Membuat Declan terpaksa berhenti karena dia tidak ingin menjadi tontonan orang lain. Declan tidak suka berdrama.

"Kita harus bicara.. tunggu dulu, bukankah itu Dennis? Dia bersama adikmu?"

Suara Abigail membuat Declan memutar tubuhnya dan menatap kesegala arah. Mencari-cari sosok yang sangat dirindukannya. Ia menemukannya, sedang kewalahan menghindari pria yang tadi disebut Abigail sebagai Dennis.

"Siapa pria itu?" Declan tidak menatap Abigail saat bertanya. Fokusnya tertuju pada kerisihan Kelsey pada hadirnya pria itu.

Declan sangat mengenal Kelsey. Bukan karena larangannya Kelsey menghindar dari pria tapi karena Kelsey juga tidak suka dengan pria yang datang menghampirinya. Kerisihan Kelsey saat ini terlihat sangat jelas bagi Declan. Seperti kerisihan yang dirasakan Declan pada kehadiran Abigail. Mereka saudara, tentu saja mereka memiliki sifat dan sikap yang sama.

"Dia Dennis, Dennis Anderson. Adikku."

Suara Abigail bagai genderang perang bagi Declan. Pria itu dengan api yang membara penuh amarah berjalan tapi Abigail menggenggam lengannya dengan lebih erat. Membuat Declan menatap Abigail dengan bara amukan dimatanya.

"Dennis tidak tahu tentang perintah nenekku. Dia tidak pernah ikut campur, jadi melihat mereka seperti itu aku yakin semuanya hanyalah kebetulan Declan. Jangan marah pada adikku."

"Kau pikir karena dia Anderson? Mungkin nama Anderson memang cukup mengganggu, apalagi nama itu ada disekeliling adikku. Tapi lebih dari itu, aku tidak pernah membiarkan adikku sedekat itu sama pria manapun. Jadi aku tidak bisa membuat semuanya seperti tidak pernah terjadi."

Ketenangan Declan sudah lenyap dari matanya. Pria itu menatap Abigail dengan badai yang siap mengamuk dan Abigail tahu kalau pria yang sekarang dengan pria yang tadi berada di kafe bersamanya adalah pria dengan tubuh yang sama namun jiwa yang berbeda. Declan akan berubah mengerikan karena adiknya?

Declan menarik tangannya dengan kasar saat Abigail tidak juga melepaskan. Meninggalkan Abigail yang hanya bisa meringis dengan apa yang ia hadapi. Declan akan menjadi pria yang sulit.

***

Up up.. jangan lupa vote dan komen

Scandal With My Brother | Sin #1 ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang