Chapter - 11

10K 400 11
                                    

Declan membuka pintu ruangannya dengan kasar menatap penuh amarah pada tiga orang yang sedang duduk di sofa ruangannya. "Apa yang sudah kalian lakukan dengan semua berita palsu yang kalian sebarkan!?"

Abigail bangun dari duduknya. "Aku hanya mencoba menutup semua mulut karyawanmu. Aku mendengar mereka berbisik-bisik tentang hubunganmu dengan adikmu sendiri."

"Hubunganku dengan adikku?"

"Kalian saling mencintai, bukan seperti cinta saudara yang seharusnya tapi lebih dari itu. Apa itu memang benar?" Suara tanya nenek tua itu membuat Declan mengepalkan tangannya.

Declan menahan nafasnya kesal. Ditatapnya Gregory yang berdiri disudut ruangan.

"Sampai sejauh mana kekacauan ini?" Tanya Declan pada Gregory.

"Beritanya sudah masuk di tabloid perusahaan. Saya rasa semua orang sudah tahu kalau anda memiliki tunangan dari keluarga Anderson."

Declan memijit pelipisnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku anak muda! Apa itu benar? Karena kalau benar maka aku tidak berniat menjadikan cucuku sebagai tameng antara kau dan adikmu. Kau tahu betapa menjijikkannya hal itu?"

Suara Margaret benar-benar membubuhkan garam diatas kegusarannya. Ia menatap nenek itu dengan pandangan tajam yang siap menyayat siapapun. "Apa aku meminta cucumu menjadi tameng kami? Tidak sama sekali, aku tidak membutuhkan tameng seperti cucumu."

"Beraninya kau! Pikirmu kau bisa.."

"Apa!? Kau ingin aku menegaskan siapa yang lebih membutuhkan kerjasama ini? Kalau aku menjadi dirimu maka aku tidak akan berani bahkan hanya untuk sekedar mengeraskan nafasku sendiri." Declan benar-benar sudah hilang sabar dengan wanita tua di depannya. Sudah lama sekali Declan benar-benar ingin mengatakan semua isi hatinya dan sekarang dorongan itu terasa benar-benar nyata.

Margaret tidak percaya dengan apa yang dikatakan Declan padanya. Selama ini Declan selalu bersikap sopan, walau sekeras apapun Margaret padanya. Tapi sekarang, Declan berbeda.

"Bawa Kelsey kemari, Gregory. Aku tidak mau dia mendengar semua ini dari orang lain."

"Baik tuan." Gregory langsung beranjak pergi.

"Sebaiknya kita pergi dari sini. Disini kita sudah tidak dihargai lagi." Suara Margaret penuh dengan rasa terhina.

"Kalian tahu pintu keluarnya." Declan menjawab cepat. Langsung berjalan kearah kursinya dan duduk disana dengan kesal. Declan tidak pernah merasa kalau masalahnya dengan Kelsey akan kembali terungkit seperti ini.

Declan kira setelah apa yang dia lakukan pada dua karyawan yang dulu didengarnya membicarakan masalahnya dengan Kelsey, akan cukup membuat yang lain tidak berani lagi bahkan untuk sekedar memikirkannya. Tapi rupanya semuanya memang harus dicabut sampai keakarnya. Untung saja usul Gregory meletakkan alat perekam di setiap ruangan dan kubikel kantor akan membuat mereka tahu siapa dalangnya.

Declan mengangkat kepalanya dan melihat kalau Anderson masih ada di ruangannya. Mereka bertiga.

"Apa yang kalian tunggu?" Tanya Declan dengan kesabaran yang hampir habis.

Margaret mendengus. Tampak ingin cepat beranjak, membuat Declan ingin sekali mencibir. Nenek tua itu sungguh tidak tahu apa yang bisa dilakukan Declan kalau semua ini akan berakhir menyakiti Kelsey. Hanya butuh satu nama itu untuk membuat Declan menghancurkan semua orang.

"Declan, jadi kau dan Kelsey.."

"Apa yang kau butuhkan, Abigail? Sebuah kejujuran? Atau kau hanya perlu merasakan kalau kau tidak kalah sama sekali? Kau selalu menang melawan target-targetmu tapi bukankah sudah kukatakan kalau aku berbeda. Aku memiliki Kelsey disisiku, dimana ia telah mengendalikan aku dengan seutuhnya. Aku bahkan tidak pernah berani memikirkan orang lain di kepalaku selain dirinya jadi kau tahu jawabannya."

"Menjijikkan." Suara gumaman Margaret didengar Declan dengan jelas. Wanita tua itu sengaja membuat Declan mendengarnya.

"Kau berbeda, Declan!" Suara Abigail memenuhi ruangan. Hingga bahkan Declan sendiri bingung apa yang membuat Abigail seemosi itu.

"Aku tahu. Bukankah sudah aku katakan kalau aku berbeda." Tapi Declan masih menjawab dengan tenang.

"Bukan itu maksudku." Abigail menggeleng. "Dihatiku. Kau berbeda dihatiku, aku mengharapakanmu. Aku menginginkanmu." Mata Abigail menatap Declan penuh harap.

Declan mendengus. "Apa ini salah satu caramu untuk membuat aku bertekuk lutut."

"Kau pikir cucuku serendah itu?"

"Nenek, biarkan aku yang bicara." Abigail menahan suara neneknya. "Aku tidak pernah bermain-main dengan perasaanku Declan. Apa yang aku rasakan padamu adalah sebuah kenyataan, percayalah padaku." Abigail meneteskan airmata. Kalau Abigail sedang menipunya maka gadis itu sangat pandai melakukannya.

"Jikapun itu semua kenyataan maka aku hanya bisa memintamu untuk menghentikannya. Aku sudah tidak tertarik pada siapapun selain adikku, bahkan dosaku ini bisa aku orasikan pada dunia jika Kelsey menginginkannya. Jadi kau bisa tahu seberapa besar perasaanku padanya bukan?"

"Declan, dia adikmu! Harusnya kau sadarkan dirimu!"

"Kau pikir aku juga tidak menghujat diriku dengan apa yang aku rasakan? Kau pikir aku juga dengan senantiasa merasakan semua ini? Salah, Abigail. Aku sendiri menangisi diriku atas apa yang aku lakukan tapi aku tidak bisa menghentikan diriku padanya. Berhenti hanya akan seperti raga tanpa jiwa. Dia adalah segalanya bagiku."

Suara pintu yang dibuka membuat Declan menatap dengan cepat. Tapi yang masuk hanya Gregory tanpa ada Kelsey dibelakangnya. Declan menatap Gregory dengan bingung.

"Dia pergi, tuan. Seseorang melihat dia masuk taksi dan pergi. Kami sudah mencoba mengejar tapi saya rasa ia pergi sudah cukup lama. Juga, saya menemukan ini." Gregory menemukan benda tidak berbentuk itu pada Declan.

Declan memegang benda itu dan tahu kalau itu adalah ponsel adiknya. Pria itu malah melempar benda itu lebih keras hingga kembali menjadi kepingan-kepingan.

"Pecat semua orang yang harus bertanggungjawab dengan semua ini. Aku ingin semuanya di bereskan sampai ke akar-akarnya. Tidak boleh ada satupun yang tersisa." Declan dengan mata menyala penuh amarah meninggalkan kantornya.

Bahkan Abigail sendiri tidak berani lagi menyuarakan satu patah kata. Declan tidak perlu diragukan lagi kengeriannya jika itu sudah menyangkut adiknya.

***

Jangan lupa vote dan komen..

Scandal With My Brother | Sin #1 ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang