Chapter - 5

18.1K 530 11
                                    

"Greg, antar aku ke kantor. Aku pergi sendiri." Kelsey meraih tas kecil yang ditaruhnya diatas sofa ruang tamu. Menatap Greg yang baru saja dari luar.

"Tapi Mr. Sanders?"

"Dia punya banyak mobil dan dia bisa menyetir sendiri jadi kau pergi denganku." Perintah Kelsey masih dengan wajah yang muram. Wajah yang mengorasikan pada dunia kalau dia sedang bertengkar dengan kakaknya itu.

"Tapi Ms. Kelsey.."

"Tidak perlu mendengarkan dia, siapkan saja mobil dan kita pergi sepuluh menit lagi."

Kelsey menarik nafas kesal mendengar suara Declan yang ada dibelakangnya. Greg sudah berlalu pergi meninggalkan Kelsey tanpa menatap ia lagi. Membuat Kelsey ingin sekali melepaskan sepatunya dan melempar Greg. Pria itu hanya patuh pada kakaknya.

Pelukan dari belakang tubuhnya membuat Kelsey tersentak. Melihat lengan Declan yang tepat berada didadanya. Tangan itu terlihat begitu indah dari dekat. "Maafkan aku."

Kelsey terdiam. Seperti inilah mereka, Kelsey mendebat Declan mengalah. Kelsey marah maka Declan akan senantiasa meminta maaf. Tidak pernah berubah sama sekali. Declan tidak pernah berteriak padanya. Declan tidak pernah marah padanya dan Declan tidak pernah membencinya. Semua itulah yang membuat Kelsey takut kalau nanti Declan tahu semua rahasia yang ia simpan rapat-rapat. Rahasia yang dia kunci didalam sanubarinya. Rahasia yang hanya dirinya yang tahu karena mereka yang tahu telah tiada semuanya. Kelsey berharap semua rahasia itu terkubur rapat didalam hatinya.

Declan meraih kedua bahu Kelsey, memutar tubuh gadis itu dan menatap Kelsey dengan hangat. Tatapan yang selalu membuat Kelsey ingin meraih seluruh diri Declan. Diri Declan yang menyentuhnya tanpa rasa bersalah. Karena setiap saat Kelsey akan menemukan rasa bersalah pada mata itu. Rasa jijik pada diri Declan yang akan selalu membuat pria itu terluka sendiri.

"Akan aku suruh bibi memindahkannya ke gudang. Bagaimana?"

Kelsey menutup matanya. Merasakan rasa bersalah yang menghujat dirinya didalam sana. "Tidak."

"Aku tahu kau marah. Maafkan kakak, oke? Tidak seharusnya kukatakan hal seburuk itu? Jadi kita baikan." Declan merangkai sebuah senyuman.

"Tidak kakak. Aku sudah tidak marah."

Declan tampak bahagia. Semudah itulah seorang Declan bahagia.

"Kita tidak perlu memindahkan foto itu, aku tahu kalau itu adalah satu-satunya kenangan kita tentang ibu dan ayah. Jadi aku tidak ingin kakak menyingkirkan foto itu."

Declan meraih pinggang ramping Kelsey. Mendekatkan mereka hingga Kelsey yakin tidak akan bisa ada yang melihat jarak diantara mereka walau hanya setitik. "Apa ini dari hatimu?"

Kelsey tersenyum. "Tentu."

"Aku senang mendengarnya." Declan membubuhkan kecupan didahi Kelsey. Membuat Kelsey memejamkan matanya. "Jadi kita berangkat?"

Kelsey mengangguk dan meraih tangan kakaknya. Membawa pria itu berjalan bersamanya yang membuat Declan menggeleng dengan senyuman tapi pria itu sudah menggantikan posisi Kelsey dengan dia menggenggam tangan Kelsey dan membawanya berjalan. Mereka tertawa bersama.

Declan membukakan Kelsey pintu mobil dan memegang kepala gadis itu untuk menjaganya agar tidak terluka. Kelsey masuk dan tersenyum. Mereka berempat didalam mobil. Kelsey, Declan, Greg dan si sopir.

Greg menatap Declan yang sedang bicara dengan Kelsey dibelakang. Berdehem untuk menarik perhatian bosnya. Declan menatapnya.

"Saya baru saja mendengar kabar kalau si tua Anderson sedang ada di kantor."

Declan mengerutkan kening. "Untuk apa dia ke kantor tanpa janji temu. Apa ada masalah dengan hotel?"

"Dia ingin mengenalkan anda pada seseorang."

"Mengenalkan aku pada seseorang?" Declan merasa aneh dengan kalimat itu. Mengenalkan seseorang? Siapa?

"Saya rasa ini sudah dimulai tuan." Suara Greg yang penuh misteri membuat Kelsey menatap mata orang kepercayaan kakaknya itu, Greg menunduk saat tahu Kelsey sedang memperhatikan dirinya.

"Apa yang dimulai kak?" Kelsey bertanya dengan bingung.

Declan menatap Kelsey yang tidak senang dengan apa yang didengarnya. Dihusapnya rambut adiknya. "Hanya masalah dikantor."

"Masalah apa? Greg sangat serius saat mengatakannya."

"Seseorang mencoba menjebak kita." Kejujuran Declan tidak pernah bisa diragukan Kelsey. Jika ada yang harus diberikan predikat pria paling jujur maka Declan akan keluar sebagai pemenangnya.

"Kita? Siapa kita? Kakak dan Greg?"

"Bukan. Tapi kau dan aku."

"Hah?" Kelsey tidak mengerti. "Aku? Aku tidak pernah ikut campur masalah kantor, kenapa mereka membuat aku terlibat dalam penjebakan ini?"

Nada tidak terima Kelsey membuat Declan mengusap bahu gadis itu untuk menenangkan. "Kita akan membuat pelajaran pada mereka." Declan berjanji. Selama Declan mempunyai musuh tidak pernah ada yang menyentuh adiknya, jadi kali ini Declan tidak akan membuat perhitungan yang sedikit pada siapapun yang telah berani membawa adiknya dalam masalah ini.

Kelsey menghela nafas.

"Nanti malam kau mau makan apa?"

"Kurasa masakan bibi akan enak nanti malam."

Itu adalah jawaban dari Kelsey kalau mereka lebih baik makan dirumah. Declan tersenyum. Meraih Kelsey dalam dekapannya.

Dulu saat awal-awal mereka dekat seperti pria dan wanita, Kelsey selalu merasa risih dengan sentuhan ataupun suara mesra Declan didepan orang lain. Tapi sekarang semuanya terasa biasa saja karena Kelsey tidak pernah lagi menganggap Declan saudaranya. Tidak seperti Declan yang masih berpikir kalau mereka saudara sedarah.

Pasti sangat berat bagi Declan untuk menyentuh Kelsey. Tidak hanya ditempat ramai tapi saat mereka berdua juga Kelsey merasa Declan ragu. Walau Kelsey tidak mengerti apa yang membuat Declan begitu tidak bisa jauh darinya. Perasaan Declan sudah seperti perasaan orang gila saja.

Jika Declan normal pasti Declan akan menekan perasaannya sendiri dan tidak melakukan semua yang dilakukan Declan pada Kelsey. Tapi disitulah ketidaknormalan Declan.

Tak bisa dipungkiri Kelsey senang Declan tidak normal.

Scandal With My Brother | Sin #1 ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang