Chapter - 7

13.6K 431 4
                                    

Kelsey berdiri ditengah ruangan. Menatap Greg yang baru saja menutup pintu. Pria itu berjalan kearah mejanya melewati Kelsey. Membuat Kelsey bingung karena Greg lebih dulu meletakkan jari telunjuknya dibelahan bibirnya. Mencegah Kelsey untuk bicara.

Greg meraih sesuatu dibawah mejanya dan memperlihatkan pada Kelsey. Alat perekam.

"Declan tidak percaya padamu sampai memasang alat itu di ruanganmu?" Tanya Kelsey setelah Greg mematikan alat itu.

"Bukan. Aku yang memasangnya."

"Kau!" Tunjuk Kelsey dengan bingung. Greg memang aneh tapi Kelsey selalu melihat keanehan yang baru setiap harinya.

"Hanya untuk berjaga-jaga kalau ada yang memakai ruangan ini untuk membicarakan sebuah rahasia. Seperti yang akan anda bicarakan dengan saya."

Kelsey menatap Greg kesal. Sangat sadar kalau secara tidak langsung pria pendiam itu tengah menyindirnya. Kelsey juga tahu betapa bencinya Greg melakukan apa yang dimintanya. Greg adalah orang yang royal dan saat Kelsey datang padanya, cukup waktu yang begitu lama untuk membuat Greg bungkam.

"Jadi anda bisa mulai." Greg menyilahkan.

Kelsey bersedekap. "Namanya Andreas Steven, dia tinggal di Korea Selatan. Incheon."

"Saya hanya perlu tahu apa dia masih hidup atau sudah mati?"

"Betul."

"Jika dia masih hidup apa yang harus saya lakukan dan jika juga sebaliknya apa yang saya harus lakukan?"

"Kurasa hanya itu dulu yang aku butuhkan. Untuk yang lainnya aku bisa meminta tolong padamu nanti." Jawab Kelsey enteng.

"Baiklah saya akan membawa jawaban untuk anda satu minggu lagi. Untuk jaga-jaga saja apa saya perlu tahu kenapa anda mencarinya?"

Kelsey memutar bola matanya. "Kau pikir aku akan dengan senang hati memberikan informasi yang bisa kau katakan pada kakakku kapanpun kau berubah pikiran?" Kelsey mendengus.

Greg tersenyum. Jarang senyum itu muncul tapi Kelsey sudah melihatnya beberapa kali jadi Kelsey tidak begitu merasa kagum.

"Anda sangat hati-hati rupanya. Anda menggali rasa penasaran saya."

Kelsey menunjuk Greg. "Awas saja kalau kau mencari tahu lebih dari yang aku inginkan. Kau mati di tanganku."

Greg mengangkat tangannya. "Saya sangat takut."

Pria itu jelas mengolok dirinya. Sialan Greg! "Sebaiknya aku kembali ke tempat kakakku. Berada bersamamu disini membuat aku sakit kepala." Kelsey beranjak hendak pergi tapi suara Greg menghentikan ia.

"Bukankah kakak anda sedang terjebak dalam sebuah kisah hati yang rumit?"

Entah darimana Greg menemukan kalimat semenarik itu tapi bukan itu intinya. Maksud dari kalimat itulah yang membuat Kelsey terhenti. Kenapa dia lupa kalau Declan sedang ada tamu. Apa Kelsey pergi ke tempat lain saja? Karena disini Greg bisa menggali dirinya lebih dalam. 

Tapi kemana ia harus pergi?

"Aku akan pergi ke kafe dibawah, kurasa otakku butuh kafein."

"Mr. Declan akan marah kalau tahu anda pergi sendiri. Saya akan mengantar."

"Tidak. Aku ingin sendiri."

"Tapi Ms. Sandars," Kelsey tidak mendengar Greg lagi. Ia terus berjalan dan keluar dari ruangan pria itu.

Kelsey menyandarkan tubuhnya pada dinding setelah ia berhasil keluar. Memejamkan mata, entah kenapa ia harus menyuruh Greg untuk melakukan pencarian itu. Greg memang hebat, tidak di ragukan lagi tapi lebih dari kata itu Kelsey tahu sedekat apa Greg dan Declan. Kelsey juga tahu sesetia apa Greg pada kakaknya itu. Lalu kenapa harus Greg? Entahlah, Kelsey juga tidak mengerti pada dirinya sendiri.

"Angel?"

Suara sapaan itu membuat Kelsey membuka mata dengan nyalang. Melihat siapa yang berdiri didepannya langsung membuat Kelsey sakit jantung.

"Kau!" Kelsey menunjuk tidak percaya.

Sedangkan yang di tunjuk hanya cengir dan meraih tangan Kelsey untuk diturunkan, Kelsey menarik kasar tangannya. Menatap pria dihadapannya dengan angkuh.

"Apa yang kau lakukan disini?" Pria itu adalah seseorang yang mengaku salah satu Anderson. Anderson? Ia baru ingat kalau nenek dan gadis yang tadi bertemu dengannya juga adalah Anderson. Apa mereka keluarga? Sepertinya begitu? Declan juga mengatakan kalau mereka membuat Kelsey ikut serta dalam permainan ini. Berarti tebakan Kelsey pria inilah yang dibuat untuk memancingnya masuk serta. Kelsey mendengus memikirkannya.

"Nenekku mengundang aku untuk datang ke tempat ini, katanya ada hal yang perlu kami bahas." Pria itu bersedekap.

"Jadi, selamat melakukan pembahasanmu." Kelsey beranjak hendak pergi tapi pria itu mengejar dan berdiri didepan Kelsey.

"Ngomong-ngomong namaku, Dennis. Dennis Anderson."

Kelsey berdecak. Nama itu lagi. "Aku tidak bertanya. Jadi minggir."

Dennis bukannya tersinggung malah tersenyum. Senyum cerah yang membuat ia terlihat seperti baru saja memenangkan lotere. "Aku hanya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat kita lebih dekat. Jadi siapa namamu Angel?"

Kelsey menatap Dennis dengan kesal. Bukankah harusnya dia sudah tahu namanya? Mereka mengincar Kelsey dan kakaknya, setidaknya nenek tua itu harus memberitahu cucunya siapa dia dan kakaknya. Kepura-puraan ini membuat Kelsey ingin sekali melayangkan pisau kearah wajah tampan Dennis. Setidaknya mereka memiliki wajah yang lumayan, sepertinya itulah senjata yang membuat mereka menang. Tapi wajah Dennis bagi Kelsey memuakkan.

"Beritahu namamu dan aku akan merasa puas. Kau tentu tidak ingin berdiri disini seharian bukan?"

"Apa aku harus mengatakan sesuatu yang sudah jelas?" Kelsey menatap marah.

"Hah? Apa yang jelas?"

Kelsey mengerang kesal. "Minggir dari hadapanku, biarkan aku pergi. Kau benar-benar menguji batas sabarku."

"Kau mau kemana? Kenapa bisa ada di tempat ini? Perusahan ini bekerjasama dengan nenekku? Apa kau karyawan disini."

"Kau adalah pria yang cerewet." Kelsey mengambil jalan lain. Membuat Dennis hanya tersenyum dan mengikuti langkah Kelsey, tentu saja dengan cerita dari mulut Dennis yang sepertinya tidak ada habisnya.

***

Vote komen jangan lupa

Scandal With My Brother | Sin #1 ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang