1 ^Prolog

55 7 2
                                    

Seorang wanita sedang berdiri memegang pagar kayu sembari memandangi langit biru.

"Hari ini sangat cerah, sayang." Ucap seorang pria di belakangnya.

Sang wanita menoleh sembari tersenyum hangat. Ia mengangguk pelan.

"Andai dia berada di sini, pasti lebih menyenangkan." Ucap sang wanita sendu.

Ia kembali menatap langit biru. Terlihat aura penyesalan berada di sekelilingnya.

Greb

"Sudahlah jangan menyesalinya. Dia sudah bahagia, kita juga bahagia. Jangan menyalahkan dirimu lagi." Ucap sang pria sembari memeluk tubuh istrinya dari belakang.

"Aku tau. Hanya saja-









Aku merindukannya." Ucap sang wanita lirih.

Sang pria tertegun mendengar suara lirih istrinya, tampak rasa kerinduan tersirat di ucapannya.

Sang pria memutar tubuh istrinya lalu menatap kedua manik istrinya yang menatapnya sendu terlihat rasa rindu yang teramat dalam di sana.

"Aku tau, aku juga merindukannya. Mau menemuinya?" Tawar sang pria.

Sang wanita pun mengangguk semangat.

"Kita siap-siap dulu."






...



Semua itu bermula di Sekolah Menengah Atas.

Hubungan persahabatan antara 2 remaja laki-laki dan seorang remaja perempuan.

Hubungan yang kini hancur karena sebuah ikatan cinta yang pupus di antara mereka.

Ketika semua harapan telah hilang, karena putusnya sebuah ikatan yang telah mengikat hati kedua insan selama 2 tahun yang lalu.

Rutinitas yang biasanya di lakukan berdua, kini telah terbiasa untuk di lakukan sendiri.

Ketika tatapan, perlakuan dan ucapan hangat yang selalu di rasakan kini tak bisa di rasakan kembali.

Senyuman manis yang selalu terukir setiap mereka bertemu kini telah pudar. Berganti dengan cekungan bibir yang sangat terlihat tanda hilangnya kebahagiaan yang telah di jaga selama ini.

Seperti puzzle yang kehilangan beberapa keping memorynya.

Seperti ruang kosong yang hanya menggemakan suara ke setiap sudut ruangan.

Hampa

Itu lah yang kini mereka berdua rasakan.


○■TBC■○

Don't be EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang