Hallo gak kerasa udah malming aja 😅
Baiklah selamat menikmati 😊
Tapi typo bertebaran, harap maklumin 😊😊😊Happy Reading 😘😘😘😘
"Ambu, abah, tolong pisang atuh ih, Euis teh arek pindah sakola, kamana weh. Asal jauh ti dieu (ibu, ayah tolong banget ih, aku mau pindah sekolah, kemana aja. Asal jauh dari sini)," pinta Euis.
Muka natural namun babyface itu, memelas pada kedua orang tuanya.
Sekarang ibunda Euis tengah menyender pada tiang penyangga atap rumah, sedangkan ayahanda tengah asik memainkan burung lovebird seraya bersiul.
Endah memasang wajah masam, sambil melipat kedua tangan di dada.
"Maneh teh arek naon Euis, sagala hayang pindah sekolah, emang na sekolah eta ku naon? (kamu mau apa Euis, segala mau pindah sekolah, emangnya sekolah itu kenapa?)," tanya Endah dengan nada tinggi.
"Inti na mah, Euis teu betah sakola didinya, Euis hayang pindah ambu. (intinya, Euis gak betah sekolah disana, Euis mau pindah ibu)," balas Euis dengan nada orang menangis.
"Bereweh atuh ambu, Euis teh da ges gede iyeh. (Kasih aja atuh bu, Euis kan sudah besar ini)," bela Aang-ayahanda Euis, yang tak menyukai putri semata wayangnya, memelas seperti itu pada ibunya.
"Ai abah teh kumaha, Euis teh parawan abah, emang na abah teu paus kitu? (Ayah itu gumana, Euis itu anak gadis ayah, emangnya ayah gak khawatir?)," tanya Endah, yang tak setuju dengan ucapan suaminya.
"Ari kos kitu bereweh Euis, ka adi maneh, nu di jakarta, adik maneh kan, hayang pisan Euis tilaletik. (Klo kayak gitu Euis dikasih aja ke adik kamu yang di jakarta, adik kamukan mau banget Euis dari kecil)," balas Aang.
Endah berbalik menghadap suaminya dan tersenyum ceria.
"Bener pisan nya bah, tumben si abah otak na encer pisan. Engges is, maneh engke sore geura peperen! ambu ayena arek nelpon bibi maneh. (Bener banget ya yah, tumben ayah otaknya encer banget, ya udah is, kamu nanti sore buruan beres-beres, ibu mau nelepon tante kamu)," Perintah Endah, kemudian masuk ke dalam rumah, dengan girang.
*****
Keesokan harinya, di terminal.
"Neng! Dengekeun! Maneh ayena teu tinggal deui jeung abah, sareng ambu, kamu tong bangornya neng, abah ngijinkeun soten, ambeh kamu loba pangalaman. (Neng! Dengerin! Kamu sekarang gak tinggal lagi sama ayah dan ibu, kamu jangan nakal ya neng! Ayah ijinin biar kamu banyak pengalaman)," Nasihat Aang pada Euis, seraya mengusap pucuk kepala putri semata wayangnya.
"Enya abah, (iya ayah),"
"Euis maneh tong nyusahkeun ibi maneh nya, kade siah! (Euis kamu jangan nyusahin tante kamu ya, awas kamu!),"
"Enya ambu, Euis mangkat nya, ambu jeung abah jaga kesehatan, (iya ibu, Euis berangkat ya, ibu sama ayah jaga kesehatan)," ujar Euis setelah mencium punggung telapak tangan kedua orang tuanya.
"Ati-ati nya, geulis, (Hati-hati ya, cantik)," ujar Aang.
Gadis manis itu hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil tersenyum.
Euis mulai melangkah kakinya pada anak tangga bis, ia mendengus nafas kasar dan menghirupnya lagi.
Ia percaya Tuhan sudah merencanakan ini sejak lama, dan ia berjanji pada Tuhan untuk tak ingin mengenal cinta lagi, selama luka yang digoreskan cinta pertamanya belum sembuh.
Semoga kamu bahagia, cinta pertama, batin Euis.
Sekarang Euis Duduk tepat di kursi nomer dua dari yang terakhir, dan ia juga ditemani seorang ibu parah baya, yang usianya lebih tua dari pada usia Endah-ibunda Euis.
Gadis itu menaruh barang-barangnya dibawah kursi yang sekarang tengah ia tempati, kebetulan kursi yang ditumpanginya, terdapat tempat menyimpan barang dibawahnya.
Bis mulai berjalan, karena penuhnya penumpang, dengan kecepatan normal membuat gadis berusia 17 tahun itu, tersenyum simpul.
"Kamu mau kejakarta juga neng?" tanya ibu patuh bayar yang berada disampingnya.
Euis tersenyum manis "iya bisa, Euis mau ke rumah bibi na Euis,"
Ibu itu mengangguk tanda mengerti.
"Klo bibi teh, mau keJakarta juga ya?"
"Iya, Saya mau kejakarta, kebetulan saya kerja di sana neng,"
Euis ber-O ria, saya mengangguk-anggukan kepalanya.
*****
Malam semakin larut, Euis nampak pulas dalam tidurnya.
"Neng! neng! Bangun udah sampai, neng!"
Euis membuka matanya dengan perlahan, matanya terbuka lebar seketika, saat melihat seorang pria yang membangunkannya.
Ia menguap dengan lebar karna mengantuk, "udah sampe nya mang?"
"Udah dari tadi neng, ayo cepet turun!yang lain juga udah turun," ucap pria itu yang diyakini Euis adalah kenek.
Dengan cepat gadis itu bergegas turun dari bus dan membawa barang bawaannya, untuk ikut bersamanya.
Kota jakarta kini diguyur gerimis, namun berhasil membuat hawa di sekitar merasa dingin.
Euis pun meneduh di terminal, sambil memeluk dirinya sendiri menggunakan tangan.
Tak lama notifikasi dari hape judulnya, berbunyi begitu keras.
Ternyata itu dari nomor yang tadi dikenal, siapa ini, batin Euis bertanya.
Tanpa pikir panjang, gadis itu lantas mengangkat telepon dari nomor yang tak dikenalnya tersebut.
"Hallo," sapa Euis.
"Hallo cantik, kamu dimana sekarang, usai kamu udah sampaikan?"
"Punten, ini siapa ya?"
"Masa kamu gak kenal? Tante Anna, bibi kamu,"
"Oh bibi, kirain Euis siapa,"
"Iya, makanya kamu di mana sekarang?"
Gadis manis itu, segera memperhatikan sekitar.
"Aku di terminal bisa, tempatnya panjang, pokok na mah, Euis gak jauh dari bis yang tadi Euis Naikin bi,"
"Oh di situ. Ya udah kamu diam di situ! Nanti klo ada orang bajunya hitam dan rapih, kamu ikut aja sama dia, oke!"
"Iya, bi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Euis
Teen FictionBerniat pergi dari cinta, malah terjebak dalam tiga pria yang menyukainya. Mau tau gimana kisahnya? Baca ya semoga aja suka 😘 WARNING!!! cerita gaje Typo bertebaran Tanda baca yang masih amburadul Dan dapat merusak mata 😁😁😁