part 7 - pengumuman (2)

32 4 3
                                    

Euis bangkit dari posisi duduknya, lalu melihat sekeliling.

Sekejap ia melihat seorang pria, tengah bermain piano, dengan lihainya.

Wajahnya begitu datar dan berkonsentrasi tinggi, dalam nada yang dimainkan.

Nada itu sangat indah dan merdu, Euis merasa hanyut dalam nada itu.

Sedangkan pria berwajah datar itu , merasa ada sesuatu yang aneh.

Pasalnya ia melihat bayangan seseorang. dan itu membuat dirinya buyar dalam bermain.

Ia menghentikan permainannya, berniat melihat sesuatu dibalik bayangan itu.

Matanya mulai memutar, begitu pula dengan kepalanya, ia mengerjap kaget, saat melihat seorang gadis dengan rambut yang terurai, dan sedikit berantakan, tengah berdiri didepan jendela.

Seakan tak membiarkan cahaya masuk dari jendela dan sengaja menakuti pria berkaca mata itu.

"Siapa lo?" tanya Giam, dengan nada gemetaran karna takut.

Melihat sang pemain berhenti dan malah merasakan takut, saat melihat dirinya, Euis pun mendekatkan diri pada Giam, agar pria itu tenang.

Jelas dan semakin jelas, itu yang dilihat Giam, saat Euis mendekat kearahnya.

"Maaf! saya teh bikin kamu takut ya?"

Giam membetulkan posisinya, "gak, gue cuma kaget," balas pria itu, dingin.

"Maaf sekali lagi ya."

"Iya."

"Eh lo tadi, ngapain disana?" lanjut Giam.

"Saya teh ketiduran, capek abis beres-beres," balas Euis.

"Oh jadi, elo yang ngebersihin ini tempat, hebat juga bisa ngebersihin sendiri," kagum Giam.

"Iya, makasih," balas Euis.

"Klo gitu, saya teh permisi, mau ke kelas," lanjut Euis.

Gadis itu pun melangkah pergi, menuju pintu keluar.

Saat sampai didepan pintu, Giam berkata, "TUNGGU," untuk menghentikan Euis yang hendak pergi meninggalkannya.

Gadis itu pun berbalik, "iya?"

"Lo anak pindahan dari garut itu, bukan?" tanya Giam.

"Iya."

"Klo gak salah nama lo itu Euis, bener?"

"Iya."

"Lo gak ada jawaban lain selain iya? Apa?" tanya Giam geram.

"Terus saya teh, harus jawab apa atuh?"

"Apa kek gitu? bosen gue dengernya,"

"Maaf."

Giam melempar sesuatu kearah Euis, dan gadis itu menangkapnya.

"Itu buat lo, karna lo udah bersihin nih ruangan,"

Diambilnya kedua ujung kalung tersebut, dan terlihatlah bandul yang begitu indah.

Bandul itu berbentuk bunga, serta terdapat berlian berwarna hijau ditengah bunga itu.

Sederhana namun indah di mata Euis, seketika senyum senang menghiasi wajah manisnya.

"Dengan ya, lo jangan geer dulu, tuh kalung gue nemu di jalan, karna gue ini laki-laki, makanya gue kasih ke elo, ya dari pada dibuang," lanjut Giam.

"Iya, makasih sekali lagi," ucap Euis, lalu benar-benar dari hadapan Giam.

Manis juga tuh cewek, batin Giam, seraya ter senyum-senyum menatap kepergian Euis diambang pintu.

*****

Siang hari sekitar jam 10 pagi, anak-anak yang mengikuti pentas seni untuk perayaan ulang tahun sekolah nanti, diperintah berbaris di lapangan, termasuk juga Euis sendiri.

Suara gaduh terdengar begitu jelas ditelinga, semua orang.

Entah itu karna panas atau soal pengumuman tersebut.

Sedangkan Euis hanya diam, ia tak tau, apa yang harus ia lakukan ditengah kerumunan orang ini.

Tak lama, beberapa orang hadir dihadapan mereka, dan memberikan senyum merkah pada semua.

"Ih apaan sih, orang lagi kepanasan, kok malah seneng banget."

"Tau! Tapi... Klo ada kak Beltran, aku sih gak masalah sampai malam juga."

"Yeee...sonia."

Itulah yang dibicarakan, orang-orang yang ada didekat Euis.

Duh ini teh gara-gara sila, udah mah dia gak ikutan, sekarang Euis harus gimana?, batin Euis bingung.

"Nah harap yang ada di sini, semuanya diam ya!"

"Jadi saya di sini mau mengumumkan ke kalian tentang pentas seni yang akan diadakan, dua minggu lagi,"

"Nah karna berhubung pemerannya hanya berjumlah dua puluh orang, dan yang mendaftarkannya sangat banyak, maka kami memutuskan untuk memilih dua puluh orang tersebut diantara kalian."

"Maka dari itu, mana yang dipanggil harus maju kedepan, kalian paham?"

"Ya," ucap semua orang, yang ada di lapangan, kecuali panitia.

Aku harap, teu dipanggil ku panitia, batin Euis memohon.

*****

"Oke kami sudah memiliki dua puluh orang yang menurut kami cocok untuk pemerannya," ucap Beltran dengan senyum hangat diwajahnya.

Kali ini nasib baik tak berpihak pada Euis, pasalnya ia terpilih menjadi karakter utama, padahal dirinya tak bisa ber ekting sama sekali.

"Baik bagi kalian yang tak terpilih,  harap kembali ke dalam kelas,"

Para murid yang tak terpilih kembali ke kelas mereka masing-masing, ada yang merasa sedih dan ada yang merasa senang karna tidak dipilih oleh panitia.

"Jadi disini, kalian akan menerani cerita yang berjudul snow white, maka dari itu baca dan coba mendalami peran kalian dalam cerita tersebut, kalian paham?"

"Paham!" ucap mereka serempak, terutama Euis.

"Sore nanti, kalian latihan, saya harap kalian tak terlambat, kalian semua paham?"

"Ya."

"Bagus, kembali ke kelas kalian!" Perintahnya.

Euis kembali dengan wajah murung, dan kegelisahan yang mendalam dihatinya.

Cinta EuisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang