Sekarang Euis dan sila, tengah asik dengan hidangan, yang baru saja mereka pesan.
Sila dengan baso dan es tehnya, sedangkan Euis dengan soto dan air putih miliknya.
"Makanan di sini ternyata enak ya, la," ucap Euis, yang kagum akan masakan ibu kantin sekolah.
"Lah.... Emang di sini tuh juaranya is, gue aja ketagihan, terkadang kalo libur gue sempetin mampir ke rumahnya, cuma buat makan masakannya," balas Sila dengan girang.
"Kamu teh rajin pisan, la."
"Ya pastilah, Sila."
Mereka berdua tertawa bahagia, dan melanjutkan makan siang mereka.
Hingga tiga wanita berhasil merusak kesenangan Euis dan Sila.
"Heh orang kampung! Minggir lo!" ucap salah satu wanita, yang mengusir mereka dengan paksa.
Euis mendengak ke atas, dan melihat ketiga gadis itu dengan jelas.
Pakaian mereka begitu ketat dan terkesan sexy dipandang mata.
Belum lagi dandanan mereka yang terkesan berlebihan. Mereka tampak seperti seorang pelacur dari pada pelajar.
Sila berdiri sambil menggebrak meja, karna tak Terima diusir.
"Heh lo betiga, kagak ada kerjaan lain apa? selain bikin onar," marah Sila.
"Wah, wah, si kutu asem berani banget. Gak bisa dibiarin nih bar," ucap seorang gadis yang memiliki rambut bergelombang, dengan poni menyamping kanan dan agak panjang, dia bernama mawar.
"Iya bar, gak bisa dibiarin, hajar bar! Hajar!" ujar gadis satunya, berambut terikat jatuh, lurus kebawah, dia bernama Kinar.
"Sila, sila, padahal gue cuma minta lo pergi, tapi lo bicara yang enggak-enggak sama kakak kelas lo yang cantik ini, jadi lo mau gue hukum kayak apa?" ucap gadis si ketua geng. Bermata sedikit sipit dan bibir yang mempesona, menambah aura gelap dari gadis yang kerap disapa ambar tersebut.
Euis yang melihat masalah semakin rumit, langsung berdiri dan segera menenangkan Sila.
"Udah Sila! kita pergi aja! Gak ada gunanya ribut, hayuh!" bujuk Euis.
"Gak bisa gitu is, mereka nyari ribut duluan."
"Udah sil! Kita pergi aja," bujuk Euis.
"Oke! Tapi inget ya! Urusan kita belom selesai."
Pada akhirnya Sila mengalah, karna bujukan dari Euis.
"Tunggu!"
Saat hendak menjauh, suara Ambar memerintahkan mereka untuk berhenti melangkah.
Alhasil mereka berdua berhenti, dan berbalik.
Ambar dan gengnya berjalan mendekati kedua orang yang baru saja, berteman tersebut.
"Mau apa lagi lo?"
Terdengar suara Sila yang sudah sangat geram ingin menghajar ketiga orang yang sok berkuasa itu.
"Gue gak ada urusan sama lo, tapi sama anak kampung ini," ucap Ambar.
Mata wanita garang itu begitu tajam, sampai-sampai Euis merasa takut untuk bertatap langsung.
Alhasil Euis melihat kebawah, saat Ambar menatapnya dengan lekat.
"Dengar ya anak baru, lo gak boleh deket-deket sama, siapa girls?" tanya Ambar pada gengnya.
"Calon-calon pacar kita," balas mawar dan Kinar secara bersamaan.
"Yang pertama, chiko blanci si pemilik sekolah dan ketua tim basket," ucap Ambar.
"Yang kedua, Giam desierio, si pintar dalam pengetahuan dan musik," ucap kinar.
"Dan yang terakhir yang mesti lo jauhi adalah beltran aldebania, si cowok bijaksana, dan murah senyum, dia salah satu cowok yang paling banyak penggemarnya di sekolah ini," ucap mawar dengan lantang nya.
"Jadi jangan pernah deket-deket mereka! karna mereka hanya milik Ambar and the gengs," senyum menyeringai nan menyeramkan terukir diwajar Ambar.
"Heh kakak yang gak punya kerjaan, lagian ngapain si Euis deket-deket sama mereka, gak ada gunanya tau gak?"
"Tapi iya juga ya, mereka juga gak bakal mau deket-deket sama kalian, karna kalian itu banyak kuman," ucap mawar yang disambut tawa teman-temannya.
"Engges sil, udah! Jangan didengerin! Gak baik ribut mulu," ujar Euis mencoba meredakan Emosi Sila yang sekarang sedang meluap-luap.
Sila akhirnya mengalah dan ikut bersama Euis.
"Ih klo gak ada ada elo is, abis pasti mereka," marah sila, sambil mengepal-ngepal tangannya, di perjalanan ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Euis
Teen FictionBerniat pergi dari cinta, malah terjebak dalam tiga pria yang menyukainya. Mau tau gimana kisahnya? Baca ya semoga aja suka 😘 WARNING!!! cerita gaje Typo bertebaran Tanda baca yang masih amburadul Dan dapat merusak mata 😁😁😁