part 3 - kabar anak baru

25 4 0
                                    

"Pagi anak-anak," sapa wanita cantik berkaca mata, pada anak-anak muridnya.

"Pagi bu," balas seluruh murid.

"Pagi hari ini kita kedatangan teman baru dari garut, jawa Barat. Euis kemarin!"

Euis yang tadinya melamun di depan pintu, masuk dengan ragu-ragu, karena ia takut dengan sorotan mata, apa lagi ini anak-anak kota semua.

Senyum malu menghiasi wajah gadis itu, "nah Euis, ayo perkenalan diri kamu!" ucap wanita itu.

Euis meneguk ludah. Saat guru itu memerintahkannya untuk memperkenalkan diri.

"Hai! Saya teh Euis, panjangnya Euis sartika sari, saya teh dari garut," ucap Euis dengan nada gugup.

"Nah Euis, kamu bisa duduk dekat sila! Di pojok sana," ujar guru itu, seraya menunjuk kursi kosong dekat gadis yang mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda.

Gadis itu menuruti perintah, lalu berjalan kearah yang tadi guru itu maksud.

*****

Bel pelajaran telah usai, berganti dengan jam istirahat yang membuat seluruh murid bersorak ria atas kebebasan mereka.

Sedangkan Euis tengah memasukkan buku-buku serta alat tulisnya kedalam tas.

"Hai Euis."

Gadis cantik itu menoleh, saat mendengar sapaan dari seseorang.

Ternyata itu sila-teman sebangku nya, senyum ceria terukir jelas di wajah cantik namun penuh dengan enerjik itu.

Itu tergambar jelas di wajahnya, karna terkadang Euis dapat membaca karakter seseorang hanya dengan melihat wajahnya saja.

"Hai juga sila," balas Euis.

"Wah! kok lo bisa tau nama gue, lo peramal ya?"

"Bukan, aku tau nama kamu teh dari bu guru."

"Ih lo ini serius amat sih, gue itu mau ngegombal, biar akrab gitu, hehehe," ucap Sila, yang diakhir tawa bodoh, dan Euis hanya ber-O ria karnanya.

"Oh iya is, lo beneran orang garut?"

"Iya."

"Berarti bisa bahasa Sunda dong ya?"

"Bisa, emangnya kenapa?"

"Ajarin dong is, sekalian main gitu, abis klo di rumah lesnya Inggris mulu, kan bosen."

"Oh boleh nanti istirahat kedua, kita belajar nya."

"Oke! Ke kantin yuk is," Ajak Sila, sesudah menyipitkan matanya satu dan menyatukan ibu jari dengan jari telunjuk menjadi bulat, dan menyisakan tiga jari lainnya untuk berdiri.

*****

Sedangkan di lapangan basket, suara bola memantul terdengar begitu nyaring di telinga.

Seorang pria berdiri menatap ringan basket dengan tajamnya, indra penglihatannya.

Mata setajam pisau itu mengunci sasaran. Dilempar nya bola berwarna oranye itu, tepat kearah ring.

Dan bola itu masuk kedalam ring, "hmmm membosankan."

"Chika, Chik, chiko."

Pria bernama chiko itu menoleh. Saat sebuah suara memanggil namanya dengan kencang.

Cinta EuisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang