18. Teka-Teki Rahasia Jaemin

1.2K 135 5
                                    



Shinna sudah berada di rumahnya, tepatnya berada di kasurnya, berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal sembari menendang-nendang udara yang tentu saja tidak membuahkan hasil apapun.

Jaemin sudah pulang beberapa menit yang lalu. Saat ingin pulang pun, Jaemin memberikan sesuatu lagi. Kecupan di kening dan sebuah pelukan hangat.

Sebagai tanda perpisahan yang membuat rindu walau hanya bentar.

Shinna yakin dirinya tidak bisa tidur. Tentu saja pikirannya masih terbayang apa yang sedang di laluinya hari ini.

Begitu indah.

Sangat.

Sangat indah!

Shinna menyikirkan bantal dari wajahnya, sekarang dirinya menatap langit-langit kamarnya dengan berbinar.

Untuk pertama kalinya setelah beban yang datang bertubi-tubi di kehidupannya beberapa tahun terakhir.

Shinna merasakan kebahagiaan yang begitu tulus.

Jaemin. Sekarang menjadi sumber kebahagiaannya.

Senyum yang tidak pernah lepas dari wajah Shinna menjadi buktinya.

Shinna ingin berteriak! Tapi dirinya tahu, tidak mungkin. Tidak bisa apalagi ini sudah sangat larut malam.

Permohonan Shinna.
Tuhan, jagalah Jaemin untuknya.

Di tempat yang berbeda.

Jaemin sudah di jemput oleh supir pribadi keluarganya. Ya Keluarga Jaemin termasuk golongan orang sangat berada.

Jika yang lain sudah memiliki harta melimpah tentu saja lupa akan daratan, sombong. Berbeda dengan keluarga Na, mereka tetap rendah hati.

Keluarga Na juga memegang prinsip untuk siapapun hidup mandiri. Tidak selalu bergantung pada uang orang tua.

Jaemin pun begitu. Dia memiliki kerja paruh waktu yang begitu mulia. Bekerja memasak di tempat lansia, contohnya. Dan ada satu lagi yang membuat keluarga Na bangga kepada Jaemin. Tapi untuk yang satu ini tidak bisa dibeberkan begitu saja.

Belum.

Nanti. Ada waktunya.

"Uhuk uhuk!" Jaemin berada di mobil dalam perjalanan pulang.

"Tuan?" panggil supir.

Jaemin mendongak menatap kaca yang memantulkan wajah supir yang juga menatapnya khawatir.

"Tuan tidak apa-apa?"

Jaemin mengangguk sembari mengatakan "Iya, hanya terkena angin malam. Sudah biasa, bukan masalah."

"Apa perlu kita singgah dulu, akan saya belikan obat biasa."

"Tidak perlu. Saya batuk bukan karna kambuh." ucap Jaemin.

Kambuh? Apa-apaan ini?

"Fokuslah pada jalanan pak." suruh Jaemin.

Supir itu kembali fokus sesuai perkataan Jaemin.

Jaemin menatap tangannya yang menggenggam gantungan kunci Dolphin couple itu sembari tersenyum.

Dirinya bahagia bisa merasakan apa yang dirinya inginkan tercapai.

Berpacaran dengan Shinna, pujaan hatinya.

'Maaf.'

'akhh!' Jaemin memegang dada bagian kirinya. Sakit itu menyerangnya kembali. Bukan apa yang ada pada dada kirinya.

Hanya saja, setiap nafas yang ia keluarkan membuat dadanya nyeri dan sakit.

Jaemin berusaha agar tidak mengeluarkan suara yang sebenarnya bisa meredakan sedikit sakitnya. Seperti batuk misalnya.

Tapi, tetap tidak bisa.

"Uhuk! Uhuk!"

Jaemin dengan cepat mencari tombol di samping kursi yang bisa menurunkan sandaran kursi agar dirinya bisa berbaring.

"Tuan!"

"T-tidak apa-apa! Jangan bilang pada mama saya tentang ini!" titah Jaemin.

"Biarkan saya istirahat."

Jaemin menutup matanya mencoba menghilangkan rasa sesaknya dengan tidur sejenak. Setidaknya sampai di rumah.

Sesampainya di rumah. Mesin mobil sudah dimatikan. Biasanya Jaemin akan bangun dengan sendirinya. Tapi ini kenapa tidak? Jaemin tidak bangun.

Supirnya biasanya akan turun setelah tuannya turun, begitulah aturan yang dibuat oleh keluarga Na, karena tidak ingin diperlakukan seperti keluarga kerajaan.

Sudah lebih 2 menit. Tapi Jaemin belum juga bangun.

"Tuan?" panggil supir itu melihat tuannya dari kaca.

Jaemin tidak merespon.

Supir itu tidak menoleh kebelakang masih memastikan dengan menatap kaca menyipitkan matanya.

Oh tidak, Darah!

Darah baru saja keluar dari hidung tuannya, Jaemin. Supir itu membolakan mata.

Membuka pintu. Berlari ke belakang menghampiri Jaemin.

Jaemin pingsan bukan tidur!

Supir itu bergegas mengangkat tubuh Jaemin.

Setelah memastikan mobil sudah terkunci. Supir itu berlari masuk ke rumah.

Di dalam rumah sudah terlihat mama Jaemin yang sudah dengan wajah khawatir setengah mati.

"Jaemin kenapa?"

"Pingsan nyonya."

Papa Jaemin yang sedari tadi berkutat pada berkasnya, langsung beranjak memasang wajah yang berwibawa. Tetapi, tetap saja perasaannya khawatir sebagai seorang ayah.

"Bawa dia ke ruangan." ucap papa Jaemin.

Supir yang mengerti akan perintah itu langsung membawanya.

Papa Jaemin adalah seorang dokter. Jadi tak perlu jauh-jauh. Di dalam rumah sudah di sediakan ruangan untuk kesehatan.

04.23 Waktu Korea.

"Kita ke Jeonju sekarang!"

Candle Light » Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang