-3-

1.6K 224 5
                                    

"Krist.. Krist.. bangun" Namtan membangunkan Krist.

"Ehmm.." Krist memutar badan dan membuka matanya.

"Selamat pagi Krist, bangun kau harus pergi sekolah." Namtan membantu Krist duduk di ranjang, membuka tirai jendela otomatis

Krist mengucek matanya melihat sekeliling, "Dimana P'Sing?"

Namtan tersenyum keponakannya itu memanggil Singto dengan Phi. Tidak biasanya Krist bersikap seperti ini, "Dia tidur dikamarnya, meninggalkanmu pada saat kamu sudah tidur. Sekarang siap-siap pergi sekolah ya." Namtan mengelus kepala Krist.

.
.

Singto menge-cek mobil sebelum pergi, memastikan semua baik-baik saja.

"P'Sing."

Singto berbalik melihat Krist yang tersenyum manis kepadanya.

"Pagi."

"Apakah kau tidur nyenyak?" Krist tersenyum yang membuat lawan bicaranya juga senyam-senyum.

"Lebih dari nyenyak." Singto membukakan pintu mobil untuk Krist dan dia masuk.

Ketika Singto juga ingin masuk ke mobil dia melihat Namtan tidak jauh dari mobil berdiri melihat mereka. Singto membungkukan badannya. Namtan tersenyum padanya, "Pagi Khun-Singto."

"Aku harus pergi sekarang. Permisi"

"Tunggu.. Tunggu." Namtan berlari kearah Singto membaikkan letak dasinya, "Nah. Sudah rapi."

Krist yang melihat adegan yang dilakukan bodyguard dan bibinya membuatnya kesal, membuka kaca mobil dan teriak, "Ayo. P'Sing aku bisa telat."

.
.

Singto melihat Krist dari kaca depan mobil. Anak itu hanya diam, memanyunkan bibirnya dan hanya melihat luar melalui kaca.

"Apakah kau tidur nyenyak?" Singto mencoba mencairkan suasana.

"Buka kacamata-mu kalau berbicara denganku. Aku tidak suka." Krist marah sambil masih melihat luar.

Singto hanya bisa menghela nafas, melepas kacamatanya "Tidur Nyenyak?"

"Nggak. Aku mimpi buruk tentang alien yang mirip dengan bibi Namtan dan dia ingin memakan otakku." Krist berbicara dengan kesal.

Singto hanya tersenyum.

"Ao. Apa Phi kira itu lucu?"

"Yap.. Aku kira itu lucu." Singto melihat reaksi Krist yang memberikan wajah kenapa-aku-terjebak-dengan-orang-yang-tidak-peka-sepertimu.

.
.

Mereka tiba di sekolah Krist. Sekolah exclusive dan privat yang khusus untuk anak yang mempunyai orangtua dengan jabatan diatas rata-rata di negara mereka seperti Krist.

Singto memegang lengan Krist ketika dia mau keluar mobil.

"Kenapa? Ada yang salah?"

Singto meraih kantong celananya, "Ini Pin Pelacak. Pakai ini supaya aku bisa tau dimana posisimu."

Singto memakaikannya bagaikan badge di blazer Krist, "Ingat. Jangan pernah sekalipun melepaskan ini."

"Sudah. Sekarang sekolah. Jadi anak yang baik, dengarkan gurumu. Aku akan menjemputmu pulang nanti."

Krist masih tetap tidak bergerak dan hanya melihat pin pelacak yang sangat kecil itu dan melihat Singto, "Terima kasih. Aku suka. Dengan ini Phi bisa menolongku kalau ada alien yang mau menculikku."

Singto tersenyum, mengelus kepala Krist. Dia menunggu sampai Krist masuj ke gedung sekolah untuk memastikan dia aman. Singto bisa melihat ada beberapa wanita yang mengikuti dan juga meneriakkan namanya ataupun mengikutinya.

"Dengan wajah seperti itu wajar saja banyak yang suka." Singti tersenyum dari jauh.

.
.

Singto menunggu Krist di gerbang sekolah sudah beberapa jam tetapi Kris tidak kunjung keluar dari gedung sekolah. Menunggu sampai sekolah sangat sepi.

Singto mengeluarkan monitor pelacak yang terhubung dengan pin-nya Krist, monitor menunjukkan kalau Krist masih didalam sekolah.

Singto lari masuk secepat mungkin mengikuti arah signal pelacak. Takut terjadi apa-apa ke Krist, sudah membayangkan sesuatu yang buruk terlintas dipikiran Singto. Berhenti didepan kelas Krist yang diarahkan oleh pelacak.

Membuka pintu kelas yang isinya kosong itu dan disana Singto melihat pin pelacak yang dia pakai ke Krist ada diatas meja.

"Shi*" Singto mengerang marah, mengambil pelacak pin itu dan keluar dari kelas.

— To Be Continue 🌚🌝

My little preciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang