Singto terus mencoba menelpon Krist tetapi tidak kunjung ada jawaban. Membuatnya tambah kesal. Kenapa anak itu tidak menurut saja.
Singto melesatkan mobilnya dengan kecepatan tinggi, masih mencoba berpikir kemana perginya Krist, dia tidak tau sama sekali temannya Krist dan kalau dia memberitahu Namtan, pasti situasi tambah runyam.
Singto memberhentikan mobilnya karena lampu merah. Melihat kearah luar dari kaca mobilnya masih berpikir.
Disana Singto lihat lapangan sepak bola dan apa yang membuatnya kaget ialah disana ada Krist yang bermain bola dengan senang dengan anak luar sekolahnya.
Singto memijak pedal gas dengan kuat tanpa peduli lampu lalulintas yang masih merah dan bertolak ke lapangan sepak bola. Turun dari mobil dan menutup pintu kembali dengan kencang, berjalan dengan cepat dengan raut wajah ekspresi marah.
Krist masih tidak tau kalau bodyguard marahnya berjalan kearahnya sampai dia mendengar namanya diteriakan ,"Krist!" selanjutnya yang ia tau ia diseret keluar lapangan dan masuk kedalam mobil.
.
.Singto dengan kebutnya membawa mobil mencoba meredahkan amarahnya dan Krist yang masih takut untuk mengatakan sesuatu ke Singto tetapi karena sudah tidak bisa menahan lagi Singto menepikan mobil dan tiba-tiba meninju setir mobil yang membuat Krist terkejut.
Singto mengadahkan kepalanya ke setir mobil dengan tangannya yang masih memegang setir, mengontrol nafasnya. Setelah cukup lama, Singto berbalik menghadap Krist.
"Kau tau apa yang sudah kau lakukan?"
"....." Krist tidak berani bersuara, menundukkan kepalanya menolak untuk melihat Singto.
"Bisakah kau lihat aku?"
Krist melihat Singto perlahan, dia berharap kenapa tidak Singto memakai kacamatanya sekarang karena bisa dia lihat setelahnya mata Singto yang memancarkan marah dan kecewa.
"A-aku hanya mau bermain." Krist dengan suara yang sangat kecil.
"Main? Cuman mau main?" Singto bertanya dengan nada tidak percaya.
Tiba-tiba Krist menangis, matanya berkaca, air matanya jatuh sampai pipinya yang gembul itu dan Singto tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia benci melihat seseorang menangis.
.
.Mobil berhenti di depan utama mansion probadi presiden dan Krist turun dengan cepat.
"Hei.. Krist.. Gimana sekolah?" Namtan bertanya tetapi Krist hanya berlalu langsung ke kamarnya.
"Krist.. Kristt, Khun-Singto apakah terjadi sesuatu dengan Krist disekolah?" Namtan bertanya dengan nada khawatir.
Singto memberikan tas Krist ke Namtan, "Hanya masalah kecil, jangan khawatir tapi hanya saja mungkin dia akan meggantikanku dengan bodyguard yang baru." Singto berlalu membuat Namtan bingung
.
."Aku akan dipecat." Singto dengan nada casualnya ketika mendengar kakaknya mengangkat telepon.
"Hah? Apa? Kenapa?" P'Off bertanya
Singto menghela nafas, "Mungkin kau benar Phi dia butuh babysister bukan bodyguard. Anak itu bahkan tidak tau kalau diluar sana ada yang mengincarnya yang dipikirannya hanya ada main dan main, lebih parahnya lagi dia menangis."
Off tertawa kecil, "Aku rasa tumbuh besar denganku membuatmu membenci orang yang menangis ya?"
Giliran Singto yang tertawa kecil sambil merebahkan tubuhnya, "Aku tau dia hanya anak kecil, Aku tidak bisa menyalahkannya, berbeda dengan kita dan dia tidak punya kakak yang kejam yang akan memukul kepalanya kalau dia menangis."
"Ao. Siapa yang kau sebut kejam. Gpp kalau kau dipecat masih banyak orang penting yang membutuhkan jasamu."
"Ya.. Aku tau hanya saja.." Singto tidak tahu mengapa tetapi hatinya yang lain tidak mau dia dipecat dan kalau iya dia bakalan meninggalkan Krist. Anak itu lucu.
"Phi, Aku akan menelponmu lagi ya. Ada orang mengetuk pintuku. Bye."
"Bye.. Aku sayang kau."
Singto tersenyum, P'Off selalu menganggap dia anak kecil, "Ya. Aku tau."
Menutup telepon, Singto lalu membuka pintu. Ada Namtan dengan wajah khawatirnya.
"Ya?"
"Sorry menganggumu Khun-Singto tapi bisakah kau membantuku?", suara Namtan seperti orang yang mau menangis.
"Ya? Ada yang bisa Aku bantu?"
"Itu.. Krist dia.."
"Krist? Mengapa?" dan sekarang Singto juga mulai khawatir.
— To Be Continue 🌝🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
My little precious
Fiksi PenggemarCast: Singto Prachaya, Krist Perawat Rating: PG-13 > R Genres: Romance, Fluff, Angst Summary: Apa yang terjadi kalau anak orang penting di negeri tapi manjaaanyaaaa gak ketolongan bertemu dengan bodyguard /cool/ tapi punya masalalu yang kelam? (ps:...