-5-

1.7K 225 10
                                    

Singto dan Namtan sudah sampai didepan kamar Krist juga beberapa pelayan yang sedari tadi mencoba mengedor kamar Krist.

Krist mengurung diri dikamar dari pulang sekolah kemarin sampai pagi ini tidak kunjung keluar membuat Namtan khawatir karena keponakannya itu tidak pernah sampai seperti ini dan lebih parahnya lagi dia tidak makan siang maupun malam.

Jadi Namtan mau tidak mau memanggil Singto untuk meminta bantuannya mencari solusi untuk Krist keluar dari kamar atau setidaknya makan karena Namtan tau kalau Singto adalah orang yang dekat dengan Krist akhir-akhir ini.

Singto menghela nafas karena dia tau Krist merajuk karenanya tapi dia bukan yang sepenuhnya harus disalahkan di sini. Krist membuatnya sangat khawatir.

"Khun-Singto coba kau bujuk dia." Suara Namtan membangunkan Singto dari lamunannya.

Singto mengetuk beberapa kali tapi tidak ada jawaban.

"Kit.. Buka pintunya." kembali mengetuk tapi tidak ada jawaban.

"Apakah ada kunci serap kamar ini?"

Namtan menggelengkan kepalanya, "Krist sebelumnya tidak pernah seperti ini jadi kami tidak pernah membuat kunci serap untuk kamarnya.. Aku takut terjadi sesuatu dengannya."

Wajah Singto seketika berubah menjadi panik dan khawatir di kalimat terakhir yang diucap Namtan dan berkali-kali terulang di kepalanya seperti menggema.

"Shi* Apa mungkin dia membunuh dirinya sendiri hanya karena dia pikir aku membencinya?! Harusnya Aku jangan memarahinya." Singto berkata dalam hati

Singto mengetuk lebih keras kali ini, "Kit.. Kittt buka pintunya tolong." sadar atau tidak suara Singto sekarang lebih ke mohon.

Masih tidak ada jawaban yang membuat Singto gelisah.

"Kit.. Kalau Kit tidak mau buka pintu, beritahu Phi apa yang Kit mau ya?" suara Singto terdengar sudah pasrah.

"Tinggalkan aku sendiri!"

Singto memutar menatap Namtan yang memberikan ekspresi wajah yang sama dengan Singto. Akhirnya. Setidaknya Krist tidak membunuh dirinya sendiri dan itu hal yang baik bukan.

Namtan memberikan signal ke Singto, "Tetap bicara."

Singto mengangguk, "Apa kau marah dengan Phi? Dengar Phi tidak bermaksud untuk memarahimu tapi kau membuat Phi khawatir. Jika Kit ingin bermain beritahu Phi, Phi akan membiarkanmu bermain semaumu asal Phi bisa mengawasimu."

Namtan tidak tau hal apa yang mereka bicarakan tapi masih mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Aku benci dengan Phi! Phi tidak perhatian denganku. Phi hanya perhatian dengan bibi Namtan, Aku tau Phi suka dia bukan aku!" Krist berteriak dari dalam kamarnya.

Beberapa pelayan yang mengikuti Singto dan Namtan kekamar Krist melihat mereka berdua dengan tatapan curiga, muka Namtan bersemu merah karena perkataan keponakannya itu, "Apa? Aku tidak."

Singto membiarkan mereka dan masih tetap fokus dengan Krist.

"Kit buka pintunya ya supaya Kit bisa makan. Kit tidak makan apa-apa semenjak pulang kan, nanti Kit bisa sakit. Sekarang ayo buka pintunya ya." Singto dengan suara pelan berharap Krist berubah pikiran.

Ada sekitar 10menit diam sebelum Krist membukakan pintunya.

"Beri aku nampannya." Singto menatap pelayan dan pelayan itu melihat Namtan untuk mendapatkan persetujuan yang dibalas anggukan dari Namtan dan membantu Singto membuka pintu kamar Krist.

Singto memberi sinyal untuk Namtan untuk tunggu diluar saja karena kondisi Krist yang masih labil ini dan tidak mau keadaan tambah runyam. Namtan mengerti untuk menunggu diluar dan masih dengan wajahnya yang bersemu merah.

My little preciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang