Arti Cinta ~ 32

7K 449 21
                                    

Kekesalan Zio sudah di ambang batas. Perempuan bernama Vira tersebut selalu mengacaukan tiap langkahnya. Kehadirannya seperti setan yang mengganggu manusia tiap detik. Vira juga sok menjadi ibu pengganti yang siaga untuk Gumi. Dia pula yang memilih hadiah untuk anak-anak Zio. Katanya belajar ingin jadi ibu yang baik.

"Jangan dibenci, Kak. Karena benci dan cinta itu tipis banget bedanya," bisik Jasmin saat melihat wajah kesal kakaknya. Bukannya tenang, Zio semakin menggerutu.

Jasmin juga tak akan rela jika perempuan bernama Vira tersebut masuk ke dalam kehidupan kakaknya. Sewaktu Vira mengajukan diri untuk ikut ke mal, Jasmin pun tak mau tinggal diam. Padahal Jasmin paling anti ke mal bersama Amarillys. Dia malas diajak berputar-putar tanpa ujung. Gara-gara tak menghendaki si Vira, dia rela diajak keliling mal.

"Mau dengar pendapatku nggak?" tanya Jasmin saat mereka sedang menunggu pesanan. Saat ini mereka ada di Rainbow Ice cream. Ingin melepas lelah setelah berkeliling mencari hadiah untuk Berlin dan Gumi. Si Vira yang centil itu mendongeng untuk Gumi. Sementara Illy memilih sibuk berpose kemudian posting ke instagram.

"Hmm."

"Kakak sebenarnya ada rasa nggak sih sama Kak Cinta?"

"Nggak tahu. Yang aku tahu, bayangan Cinta yang selalu menemaniku selama ini."

"Kakak rela nggak kalau Kak Cinta dan Kak Abi nikah?"

"Mau gimana lagi? Aku nggak mau nyakitin dia terus. Biarkan Cinta hidup bersama dengan laki-laki yang dia cinta."

"Kalau yang dia cintai itu laki-laki bernama Muhammad Lazio, gimana menurutmu?"

"Nggak usah ngawur, Jasmin."

Jasmin menggeleng, kemudian berbisik. Khawatir kalau rencananya didengar si centil Vira. Dia akan melakukan usaha terakhir sebelum Cinta dimiliki orang lain. Menurut Jasmin, Abi laki-laki baik. Akan tetapi, hatinya tak rela jika Abi yang memiliki Cinta. Jasmin ingin Cinta kembali pada kakaknya. Tapi, dia harus memastikan kalau kakaknya sudah move on dari monster masa lalu. Jika kakaknya memang tak ada rasa pada Cinta, maka dia akan mengikhlaskan Abi dan Cinta menikah.

Zio menarik napas lega setelah berpisah dengan si centil Vira. Tiba di rumah dia menuju paviliun. Gumi tertidur pulas dalam gendongannya. Cinta membukakan pintu kamar. Zio membaringkan si kecil Gumi ke ranjang kemudian menyelimutinya. Setelah mengecup kening Gumi, Zio melangkah keluar. Dia memperhatikan Berlin yang sedang menyusun lego. Namun, anak itu berdiri dan masuk ke kamar saat Zio mendekatinya.

"Dia butuh waktu, Zi." Cinta mencoba bersikap ramah. Dia tak mau menyimpan dendam. Luka terbesar yang ditorehkan Zio itu kala dia tak mau mengakui anak-anaknya. Cinta bisa terima jika dirinya tak diakui, tapi tak sanggup jika ana-anak itu diingkari. Kalau sekarang Zio sudah mau menerima anak-anaknya, untuk apa lagi dia marah-marah.

"Kenapa liatin aku kayak gitu?" Cinta mendadak salah tingkah. Zio memandangnya lekat-lekat. Cinta tak sanggup ditatap mata yang sangat dirindukan itu. Mata yang selalu memesona. Mata itu yang mampu menyihirnya.

Zio tertawa pelan, teringat obrolannya dengan Jasmin. Dia ingin meyakinkan diri bahwa rasa untuk Cinta itu ada di hatinya. Dia tak ingin membuat Cinta tak nyaman.

"Kamu gendutan." Mata Cinta melotot. Saat itulah Zio sadar kalau sudah salah bicara. Padahal dia sangat tahu, perempuan yang dibilang gendut itu seperti mendengar terompet sangkakala. Ibarat kiamat telah menyapa. Jadi, sebelum Cinta meneriakinya, Zio cepat-cepat menambahkan kata yang semoga membuat perempuan itu baper.

"Benaran, Cin. Kamu memang gendutan, tapi seksi."

Bibir Cinta masih manyun, tapi pipinya memerah. Zio menahan tawanya. Perempuan memang senang pada pujian. Apalagi pujian itu datang dari orang spesial. Ah, apakah Cinta menganggapnya spesial? Zio bertanya-tanya dalam diam. Tanya yang tak akan ditemukan jawabanya.

(Bukan) Istri Bayangan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang