Chapter 1

3K 199 22
                                    




Enam bulan setelah putus.

Forth Pov

Kesedihan. Aku rasa aku tahu semua tentang hal itu. Karena hal itulah yang menemaniku sejak aku bangun di pagi hari sampai waktu tidur di malam hari. Bahkan dalam mimpiku, selalu penuh dengannya. Tawanya, matanya, kulitnya, kehangatannya, tangannya, semua tentangnya.

Aku menunggu. Jam demi jam, hari demi hari. Aku menunggunya kembali untuk menjelaskan padaku, aku menunggunya meminta maaf padaku, memberitahuku bahwa dia salah, bahwa dia telah membuat kesalahan, bahwa dia tidak akan pernah melakukannya lagi. Tapi penantianku sia-sia, yang ku terima hanyalah kesunyian. Beam tidak pernah muncul di hadapanku dan aku ditinggalkan sendirian.

Kesendirian. Kegelapan. Putus asa. Kesedihan. Kemarahan. Semua emosi itu bercampur mengisi hari-hariku. Tanpa sadar, kakiku berjalan ke arah lemari baju di kamarku, lalu aku mengambil bajunya. Bau tubuhnya hampir hilang, tapi aku menciumnya dalam-dalam dan berbaring di tempat tidur memeluknya. Kenapa Beam, kenapa kau membuatku begitu sakit? Apa yang telah aku lakukan hingga aku mendapatkan semua ini?

Kenapa itu sangat menyakitkan? Kenapa cinta itu menyakitkan? Jika  kita ditakdirkan untuk bersama, kenapa kau memilihnya? Aku berharap aku bisa melupakan. Melupakan senyumnya, melupakan matanya, melupakan suara tawanya, melupakan lengannya yang memelukku, melupakan obrolan kami sebelum tidur, melupakan kepeduliannya kepadaku ketika aku melewatkan makan, melupakan perawatannya, melupakan tubuhnya bergerak bersama dengan milikku, ketika tubuh kami menjadi satu, bersama menggapai bintang, melupakan bau tubuhnya. Melupakan ... Melupakan dia.

Aku rasa yang paling menyakitkan adalah mengetahui bahwa dia sangat berarti bagiku, tapi aku bukan segalanya baginya.

Aku tahu ini tidak sehat. Dax sudah memberitahuku jutaan kali. Di depannya, aku berpura-pura menjadi lebih baik, aku berpura-pura tersenyum dan menikmati, aku berpura-pura menjadi diriku yang dulu, aku menekan perasaan dan pikiranku untuk Beam. Semua hari-hari berakhir sama. Dengan pikiran-pikiran itu sambil memeluk baju Beam, aku tertidur.

Maafkan aku, aku tidak ingin kau mengetahuinya seperti ini ...

Aku terbangun tiba-tiba. Gelisah dan berkeringat. Aku merasakan mataku basah dan tiba-tiba sebuah melodi terdengar di kepalaku.

Aku mencari kertas dan pensil kemudian mulai menulis. Lirik lagu itu terngiang di kepalaku dengan begitu lancar. Tanganku bergerak cepat menulis satu demi satu kata sementara air mata terus membasahi pipiku.

Semua perasaanku tercurah dalam lagu ini. Aku membuka hatiku dan mengekspresikan semua yang aku rasakan. Setiap kata, setiap paragraf, menggambarkankan semua kesedihanku, malam-malamku yang tak bisa tidur, kurang nafsu makan, amarahku dan akhirnya, penerimaanku. Aku harus move on, aku harus melupakannya, aku harus meninggalkan Beam.

Setelah membuat keputusan ini, aku menatap baju Beam, mencari gunting dan mulai menghancurkannya, lalu membuang potongan-potongan baju Beam ke tempat sampah. Kemudian, aku mengambil kunci mobil dan pergi keluar.

Satu tahun setelah putus. Saat ini.

"Ayolah Forth, katakan iya. Ini sebuah acara TV terkenal dengan nama 'Stars' dan promosinya benar-benar bagus untuk memutar lagu barumu." Dax, manajerku, memberitahu sambil mencoba meyakinkanku untuk tampil di acara musik TV sabtu depan.

"Entahlah, Dax. Aku rasa lagu ini tidak begitu bagus."

"Apa katamu? Lagu itu bagus! Selain itu, penggemar menyukai lagu-lagu sedih dan melankolis semacam itu." Katanya sambil tertawa.

"Biarkan aku memikirkannya dulu, aku akan mengabarimu nanti." Kataku dan setelah itu, Dax pamit karena harus mengurus beberapa urusannya sendiri.

Aku melangkah keluar dan pergi ke taman. Taman yang sama yang selalu kami kunjungi. Aku berjalan di jalan setapak yang sering kami lewati bersama, kemudian duduk di pinggir danau, di 'tempat kami' di bawah pohon sambil melihat bagaimana bebek berenang dan menyelam untuk mangsa mereka.

Tidak lama kemudian, sekelompok gadis mendekatiku.

"Permisi, apa kau Forth Jaturapoon?" Salah satu dari mereka bertanya.

"Satu-satunya." Jawabku sambil tersenyum.

"Kyaaaaaa ! Aku tahu itu! Lihat Lila, aku sudah bilang kalau itu dia." Kata gadis yang berbicara padaku lebih dulu, menyikut salah satu dari mereka.

"Bisakah kau memberi kami tanda tangan?" Lila bertanya

"Tentu saja!" Jawabku dan meraih kertas dan pena yang mereka berikan padaku.

Setelah menandatangani tiga kertas yang berbeda, mereka ingin berfoto bersamaku. Jadi aku berdiri dan berpose bersama. Aku memberikan senyum terbaikku. Senyum palsu dan kosong yang tidak pernah mencapai mataku. Tapi mereka terlihat tidak peduli.

"Kapan albummu berikutnya keluar, Forth?" Salah satu dari mereka bertanya padaku.

"Secepatnya. Maaf membuat kalian menunggu." Jelasku pada mereka.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku suka lagu-lagumu. Lagu-lagu itu sangat indah, menggambarkan begitu banyak perasaan yang semuanya bisa aku kenali. Lagu-lagumu memiliki kekuatan seperti itu." Tiba-tiba dia berbicara serius.

"Terima kasih banyak. Jika kalian mengijinkan, aku harus pergi! Tetaplah setia menunggu! Mungkin sebentar lagi aku akan muncul di televisi." Kataku sambil mengedipkan mata pada mereka, lalu aku berjalan pergi.

Aku tahu lagu-laguku bagus. Aku tahu jika itu mencerminkan perasaan dan membuat orang mengidentifikasi diri dengan lagu-lagu tersebut. Semua ditulis oleh Beam. Dan ini akan menjadi pertama kalinya aku menyanyikan lagu yang aku tulis sendiri.

Aku berhenti lagi. Kali ini, aku bersandar di pagar dari sudut yang melihat ke arah pohon-pohon taman.

Pernahkah kau memikirkan aku Beam? Pernahkah kau menginjakkan kaki di tempat ini setelah kita putus? Tempat kita? Apa kau pernah mengingatku dalam hidupmu? Masihkah aku memiliki ruang dalam memori dan hatimu? Aku rasa tidak. 

Aku masih enggan memberitahu publik tentang laguku. Aku menaruh begitu banyak perasaan di dalamnya, aku terlalu larut di dalamnya, hingga  aku benar-benar merasa seperti aku akan telanjang di depan penonton. Tiba-tiba, aku merasa Beam harus mendengarnya, agar dia tahu bahwa aku sudah move on dari apa yang dia lakukan padaku, agar dia tau jika aku baik-baik saja.

Akhirnya, aku membuat keputusan.

"Dax, ayo kita melakukannya. Aku akan membawakan lagu baruku pada Sabtu malam. Atur jadwalnya."

Aku mengirim pesan pada Dax dan meletakkan ponselku kembali di saku.

Selamat tinggal, Beam. Selamat tinggal selamanya. Setahun yang lalu, aku mengucapkan selamat tinggal pada tubuhmu, pada kehadiranmu. Hari ini, aku mengucapkan selamat tinggal pada memori tentangmu, pada esensimu. Aku sangat berharap kau bahagia. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, dengan seluruh kehidupanku.

Aku berharap kau bahagia, cintaku. Berbahagialah di manapun kau berada.

_______________________________________

Bapak Forth ternistakan 😆😆😆
Save bapak Forth 😘😘😘

Broken Heart (Bahasa Translate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang